Viral di Media Sosial

Sosok NWAP Mahasiswi KKN UNRAM Diusir Warga Gegara Sebut Tak Ada Wanita Cantik di Desa Kayangan

Sosok NWAP, mahasiswi KKN Universitas Mataram (UNRAM) seketika jadi sorotan usai pernyataannya viral di media sosial.

Penulis: Kartika Aditia | Editor: Hendrik Budiman
Kolase TribunBengkulu.com/Twitter @merami_undercover
Sosok NWAP Mahasiswi KKN UNRAM, Digeruduk Warga Gegara Sebut Tak Ada Wanita Cantik di Desa Kayangan 

TRIBUNBENGKULU.COM - Sosok NWAP, mahasiswi KKN Universitas Mataram (UNRAM) seketika jadi sorotan usai pernyataannya viral di media sosial.

Pasalnya, mahasiswi UNRAM itu menyebut bahwa tak ada satupun wanita cantik di desa Kayangan tempat mereka melakukan KKN.

Adapun pernyataan tersebut kemudian tersebar di media sosial.

Awalnya sebuah video menunjukan NWAP bersama satu rekan KKN Unram 2023 lainnya, sedang bercanda saat memasak mi instan dan baru saja ditelepon seseorang.

Baca juga: Mahasisiwa KKN UNRAM Viral Sebut Tak Ada yang Cantik di Desa Kayangan, Berujung Diusir Warga

“Kita bikin mi. Belum ada jadi mi kita. Di telepon sama pak … Hee adek-adek jam 2 ke rumah saya ya. Padahal acaranya setengah 4. Biar kenapa? Susah ya jadi kembang desa di sini. Anak Kayangan ndak ada cantik-cantik. Jadi kita kembang desa jadinya,” bunyi unggahan disampaikan di story instagramnya.

Mengetahui pernyataan tersebut, masyarakat Desa Kayangan segera menggeruduk posko kelompok KKN UNRAM.

Warga meminta NWAP segera meminta maaf dan melakukan kalrifikasinya.

"Selamat sore. Saya Ni Wayan Apriliani Putri dari KKN Desa Kayangan 2023. Saya ingin meminta maaf atas kejadian yang tidak seharusnya saya lakukan yang ada di video tersebut," kata Ni Wayan dikutip TribunBengkulu.com dari twitter @merapi_undercover.

Kendati sudah meminta maaf, namun warga masih merasa sakit hati dengan pernyatan NWAP.

Tak hanya melalu video, NWAP juga diminta untuk meminta maaf secara langsung oleh warga.

Hal tersebut juga ia lakukan sebelum dirinya di usir dan disoraki oleh warga Desa Kayangan.

Lantas siapakah sosok NWAP mahasiswi UNRAM yang diusir warga gara-gara sebut tak ada wanita cantik di desa Kayangan?

Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunBengkulu.com, NWAP merupakan inisial dari Ni Wayan Apriliani Putri.

Ia merupakan mahasiswi Universitas Mataram yang dilepas Rektor Unram pada Selasa, 20 Juni 2023, untuk KKN di semua wilayah NTB.

Ni Wayan Apriliani Putri bersama dengan beberapa rekan KKN Unram 2023 ditugaskan ke Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, dan terjadwal sampai dengan Agustus 2023.

Namun sosoknya menjadi viral karena pernyataanya yang diduga menghina Desa Kayangan.

Entah hanya bercanda atau tidak, Ni Wayan Apriliani Putri menyebut jika tak ada wanita cantik di desa Kayangan tempat dirinya melakukan KKN.

Insiden Ni Wayan Apriliani Putri yang diusir warga tentunya mecoreng nama baik Universitas

Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari Unversitas terkati atas kasus viral tersebut.

Detik-detik Mahasiswi UNRAM Diusir Warga

Dalam video berdurasi pendek yang beredar di media sosial, terlihat detik-detik mahasiswi UNRAM dikerumuni oleh para warga.

Momen tersebut diunggah di akun instagram @ndorobei.official, Senin (24/7/2023)

Dalam video tersebut, terlihat mahasuswi UNRAM tersebut mengenakan hodie berwarna putih dengan rambut tergerai.

Ia berdiri didepan rumah menghadap para warga yang berkumpul disekitarnya.

Samar-samar, terdengar NWAP meminta maaf didepan warga atas ucapannya yang menyebut jika tak ada wanita cantik di Desa kayangan.

Pada saat AP digiring ke dalam mobil, para warga langsung menyoraki mahasiswi UNRAM tersebut.

"Wooooo," sorak para warga seperti yang dikutip TribunBengkulu.com, Senin (24/7/2023)

Bahkan tak sedikit yang mengabadikan momen tersebut dengan kamera.

 

Viral Konten Mahasiswi Singgung Fasilitas Minim saat KKN

Sebelumnya juga terjadi Viral konten Mahasiswi di TikTok, menyinggung fasilitas minim di tempat Kuliah Kerja Nyata (KKN) Bungus Teluk Kabung, Sumatera Barat.

Video tersebut menayangkan sejumlah mahasiswi yang mengekspresikan diri tentang kesannya saat menjalani KKN.

“Kalian libur semester? Mana maen. KKN-lah. KKN kalian di mana? Tanah Datar, Lima Puluh Kota? Bungus lah, air gak ada, mandi di Musala. Diusir? Ngontrak bayar pula,” ucap sejumlah mahasiswi dalam video tersebut.

Adapun video lainnya juga tersebar di lini masa medsos menunjukkan seorang pria tengah berbicara kepada mahasiswa dan mahasiswi KKN itu.

"Adik-adik dianggap tidak ada membawa perubahan, sampai nanti ada penyelesaiannya oleh dosen pembimbingnya kepada kami, kepada Bapak Camat dan Lurah."

"Jadi itu keputusannya, karena untuk mengingat keamanan adik-adik juga di lingkungan, karena pasti ada warga yang membaca itu. Sebab ini bukan masalah adik-adik dengan pemerintah," kata pria dalam video itu.

Usut punya usut, ternyata sejumlah mahasiswi itu berasal dari kampus Universitas Negeri Padang (UNP) yang tengah melaksanakan KKN di Bungus Teluk Kabung Kota Padang.

Pihak kampus pun angkat bicara terkait hal tersebut dan mengakui keteledoran sejumlah mahasiswi yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Bungus Teluk Kabung.

Sekretaris UNP Erianjoni mengatakan, mestinya hal tersebut tidak terjadi.

Menurutnya, bila ada permasalahan atau hal-hal lain yang dialami di lokasi KKN, mahasiswa mesti mengkomunikasikannya dengan dosen pembimbing lapangan (DPL).

Selain DPL, kata dia, UNP juga punya wadah lain untuk komunikasi mahasiswa yaitu unit pelaksana pusat KKN.

"Ini memang keliru. Mahasiswa kita harus diberi pembelajaran, tidak semua harus semuanya lewat media sosial, kan ada wadah komunikasinya, DPL dan unit pelaksana pusat KKN," kata Erianjoni kepada TribunPadang.com, Minggu (25/6/2023).

"Sederhana saja, mereka kebablasan juga bermedia sosial, tentu masyarakat tidak terima. Menyangkut nama daerah tentu sensitif," ujar dia.

Selain itu, Erianjoni menilai sejumlah mahasiswi itu juga belum siap untuk bisa memahami masyarakat dan daerah setempat.

"Jadi, ya mereka (warga) tak terima, mereka (mahasiswa KKN) posting di media sosial kekecewaannya karena harapan yang diharapkan tak terjadi. Fasilitas yang mereka harapkan tidak dapat, sementara mereka harus bayar. Barangkali anak KKN ini juga cemburu di daerah lain ada yang tidak bayar," tutur dia.

Erianjoni melanjutkan, pasca viral video mahasiswi KKN UNP itu, pihaknya akan berdialog dengan Camat Bungus Teluk Kabung terkait hal itu.

Ia memastikan pihak kampus akan memproses kejadian ini. Bila mungkin mahasiswa UNP ini tidak bisa KKN di Bungus Barat lagi, makan akan dipindahkan ke daerah lain.

"Kalau memang ndak bisa mahasiswa itu ditempatkan KKN di situ lagi, akan kita pindahkan ke tempat lain, dan ini memang kesalahan dari mahasiswa kita ya, karena etika berkomunikasinya yang buruk," imbuh Erianjoni.

Lanjutnya, pasca video itu viral, dan diduga warga tak terima, mahasiswa KKN itu sudah kembali ke kos-kosan dan rumah masing-masing.

Sebagai informasi, kata Erianjoni, saat ini sekitar 6.000 orang mahasiswa UNP sedang menjalani KKN yang tersebar di semua kabupaten/ kota di Sumatera Barat.

Kampus Akui Mahasiswa Kebablasan Bermedsos

Pihak kampus mengakui keteledoran sejumlah mahasiswi yang mengeluhkan mengenai fasilitas di lokasi KKN yang minim yang berujung diusir warga.

Diketahui mahasiswi tersebut sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Bungus Teluk Kabung.

Usut punya usut, ternyata sejumlah mahasiswi itu berasal dari kampus Universitas Negeri Padang (UNP) yang tengah melaksanakan KKN di Bungus Teluk Kabung Kota Padang.

Sekretaris UNP Erianjoni mengatakan, mestinya hal tersebut tidak terjadi.

Menurutnya, bila ada permasalahan atau hal-hal lain yang dialami di lokasi KKN, mahasiswa mesti mengkomunikasikannya dengan dosen pembimbing lapangan (DPL).

Selain DPL, kata dia, UNP juga punya wadah lain untuk komunikasi mahasiswa yaitu unit pelaksana pusat KKN.

"Ini memang keliru. Mahasiswa kita harus diberi pembelajaran, tidak semua harus semuanya lewat media sosial, kan ada wadah komunikasinya, DPL dan unit pelaksana pusat KKN," kata Erianjoni kepada TribunPadang.com, Minggu (25/6/2023).

"Sederhana saja, mereka kebablasan juga bermedia sosial, tentu masyarakat tidak terima. Menyangkut nama daerah tentu sensitif," ujar dia.

Selain itu, Erianjoni menilai sejumlah mahasiswi itu juga belum siap untuk bisa memahami masyarakat dan daerah setempat.

"Jadi, ya mereka (warga) tak terima, mereka (mahasiswa KKN) posting di media sosial kekecewaannya karena harapan yang diharapkan tak terjadi. Fasilitas yang mereka harapkan tidak dapat, sementara mereka harus bayar. Barangkali anak KKN ini juga cemburu di daerah lain ada yang tidak bayar," tutur dia.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved