Kisah Keluarga Tinggal di Kampung Mati
Alasan Selma, Gadis Asal Kuningan yang Rela Tidak Sekolah Demi Tinggal di Kampung Mati
Alasan Selma (14) putri sulung dari pasangan Maman (35 dan Intan (28) relah tidak sekolah demi tinggal di kampung mati.
Penulis: Yuni Astuti | Editor: Hafi Jatun Muawiah
TRIBUNBENGKULU.COM - Alasan Selma (14) putri sulung dari pasangan Maman (35) dan Intan (28) rela tidak sekolah demi tinggal di kampung mati.
Diketahui Selma tinggal di Kampung Mati, Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kuningan.
Berbeda dengan anak sekolah pada umumnya, Selma lebih memilh untuk tinggal di kampung mati.
Bukan tanpa sebab, ada alasan yang kuat dengan pilihan yang harus Selma lalui saat ini.
Baca juga: Kisah Shelma, Gadis 14 Tahun, Rela Tinggal di Kampung Mati Meski Tanpa Tetangga
Kendati demikian, dalam hati kecilnya, Selma sangat ingin untuk sekolah namun sayangnya karena kendala biaya, membuat Selma mengurungkan niatnya untuk bersekolah.
"Ya, Selma hingga sekarang tidak sekolah, hanya melaksanakan kegiatan sehari-hari bantu orang tua," kata Selma, dilansir dari TribunCirebon, Minggu (1/10/2023).
Tak hanya karena kendala uang, Selma juga mengaku jika perjalanan dari rumah menuju sekolah sangat jauh.
"Sebenarnya perasaan ingin sekolah ada, kayak anak-anak lain gitu, tapi kasihan orang tua kan gak punya uang, terus jalan menuju sekolah sangat jauh," ujarnya.
Aktivitas yang Selma lakukan dalam sehari-hari hanya membantu orang tuanya bertani dan memberi makan ternak.
"Hari-hari saya bantu orang tua saja, cari rumput buat sapi, kadang ikut ke kebun bertani," ujarnya.
Terpisah ayah Selma, Maman memiliki alasan tersendiri mengapa dirinya dan keluarganya tetap bertahan di kampung mati.
"Kami memilih bertahan tinggal di sini, karena rumah yang diberikan pemerintah di sarana (zona relokasi) rusak parah. Terus juga, dari duitnya untuk perbaikan rumah tersebut," ungkapnya.
Saat ini Maman bekerja serabutan untuk menghidupi keluarganya.
"Ya, untuk bisa bertahan dan memenuhi hajat hidup keluarga, saya harus banting tulang. Ya, kalau ada orang suruh bekerja bangunan, ke ladang atau cari pakan ternak, saya lakukan," ujarnya.
Maman mengatakan jika dia sangat ingin Selma bersekolah namun untuk ekonomi saat ini, Maman mengaku masih belum bisa menyekolahkan Selma.
"Sambil kerja dan makan untuk keluarga, saya sisipkan untuk nabung. Kasihan anak pengen sekolah dan kami ingin punya rumah di sana juga," ujarnya.
Viral di Media Sosial
Kisah kehidupan Shelma pun viral di media sosial setelah dipublikasikan di sejumlah akun YouTube.
Diketahui, Shelma tinggal di Dusun Cigerut Kulon, Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Tempat tinggalnya menjadi kampung mati setelah bencana longsor pada 2018 silam.
Bencana itu membuat 79 kepala keluarga (KK) pindah, dan hanya keluarga Shelma yang masih bertahan.
Sehingga membuat Shelma dan keluarganya tidak memiliki tetangga dan hidup sendirian.
Karena tak terurus, Kampung Mati tersebut kini dipenuhi rumput yang menjulang tinggi.
Untuk berangkat ke sekolah, Shelma harus menempuh perjalanan satu jam.
Gadis remaja ini kerap kali bersama dengan adiknya dan membantu orang tua mengurus sang adik.
Inilah kisah gadis pemberani yang tinggal di kampung mati menjadi inspirasi.
Dikutip dari TribunCirebon.com, sebutan kampung mati ini muncul akibat terjadi bencana alam.
Kejadian bencana alam yakni longsor terjadi pada tahun 2018.
Meski tidak ada korban jiwa, namun beberapa tiang listrik roboh.
Kampung mati ini juga secara geografis cukup jauh dari pusat pemerintahan desa setempat.
Lantaran hal itulah, hanya kampung mati di lereng gunung ini dihuni 1 keluarga dan hanya tersisa ternak dan kebun.
Awalnya terdapat sebanyak 80 rumah di kampung tersebut, kini 79 rumah sudah kosong lantaran ditinggalkan pemiliknya ke perkampungan baru.
Dilansir melalui kanal YouTube Jejak Bang Ibra, terlihat kondisi rumah-rumah di kampung mati itu sudah tidak terawat.
Di sekelilingnya ditumbuhi rumput-rumput liar yang semakin menutupi bangunan rumah.
Sehingga alasan warga pindah karena khawatir longsor dan tanahnya sering bergerak.
Kini, hanya ada satu keluarga yang dikepalai Kang Maman yang menghuni kampung tersebut dengan anak gadis bernama Shelma.
Saat ini Shelma duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ia juga harus menempuh waktu selama satu jama berjalan kaki menuju sekolah.
Meski masih berusia 14 tahun, Shelma tumbuh menjadi sosok gadis yang tangguh.
Diketahui jika Shelma dan adiknya berusia 6 tahun tinggal sendiri di saat ibunya sedang mengambil rumput untuk makanan sapi.
Kehidupan di kampung tesebut cukup memprihatinkan bagi Shelma.
Pasalnya dia harus berjalan kaki melewati perbukitan untuk melakukan kegiatan.
Untuk ke warung saja ia harus menempuh perjalanan sejauh 3 KM.
Selain itu, kabel-kabel listrik juga jaringannya sudah terputus sehingga tenaganya tidak kuat untuk mengecas.
Pilihannya ialah memakai tenaga surya, namun membutuhkan waktu lama.
Selain itu, ada alternatif lain yakni turun ke warung untuk mengecas di bawah.
| Masuk 25 Kepala Daerah Terpilih, Wali Kota Bengkulu Ikuti KP2D 2025 di Jakarta dan Singapura |
|
|---|
| Kalender 2025: Besok Hari Nachos Nasional, Peringatan Apa Itu? Cek Hari Penting Bulan November |
|
|---|
| Malu Telak Abdul Somad, Bantah Gubernur Riau Abdul Wahid Terjaring OTT KPK, Kini Pakai Baju Oranye |
|
|---|
| Agenda Menteri Wihaji di Bengkulu 14-15 November, Isi Kuliah Umum-Peringati Hari Ayah Nasional |
|
|---|
| Kantor Imigrasi Bengkulu Ikuti Pembahasan Pemanfaatan AI untuk Perkuat Peran Humas Pemerintah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Alasan-Selma-Gadis-Asal-Kuningan-yang-Rela-Tidak-Sekolah-Demi-Tinggal-di-Kampung-Mati.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.