Berita Bengkulu Tengah

Abrasi di Pondok Kelapa Bengkulu Tengah, Rumah, Lahan hingga Hotel Menghilang jadi Lautan

Abrasi di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu sejak tahun 2000 semakin mengkhawatirkan.

Penulis: Suryadi Jaya | Editor: Yunike Karolina
Suryadi Jaya/TribunBengkulu.com
Ketua Kelompok Perempuan Sungai Lemau Rania. Abrasi pantai di Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu semakin mengkhawatirkan. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Suryadi Jaya

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU TENGAH - Abrasi di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu sejak tahun 2000 semakin mengkhawatirkan.

Akibat abrasi yang sudah berlangsung puluhan tahun itu mengakibatkan hotel dengan 20 bangunan, rumah warga dan 1 kilometer lahan menghilang tergerus ombak. 

Rania, Ketua Kelompok Perempuan Sungai Lemau mengungkapkan, abrasi tersebut saat ini sudah berjarak hanya beberapa meter saja dari rumah warga. 

"Dulu sekitar tahun 2000, lahan di belakang rumah warga ini mencapai 1 kilometer, tapi lihat lah sekarang tinggal hanya beberapa meter saja," ujar Rania, Rabu (15/5/2024). 

Lahan tersebut merupakan lahan milik warga yang telah bersertifikat resmi, namun hilang begitu saja ditelan lautan. 

"Saya ingat sekali, dulu banyak nelayan di daerah sini, tetapi karena abrasi, lokasi untuk mendaratkan perahu sudah tidak ada, sehingga pekerjaan nelayan pun ditinggalkan," kata Rania. 

Sekitar tahun 2005, ada seorang pengusaha yang tertarik dengan keindahan pantai Desa Pondok Kelapa dan memutuskan untuk membangun hotel. 

"Jadi bangunan hotel itu sudah dibangun sekitar 20 bangunan, tetapi karena abrasi terus terjadi, tidak dilanjutkan pembangunannya. Sekarang tempat bangunan hotel itu sudah jadi lautan," beber Rania. 

Terbaru, abrasi menelan rumah milik warga setempat yang terjadi pada tahun 2021. 

"Hampir seluruh rumahnya ambruk karena abrasi dalam satu malam, sekarang orangnya sudah pindah," jelas Rania. 

Tidak ingin berdiam diri, Rania bersama kelompok perempuan Sungai Lemau, mulai melakukan penghijauan dan pembibitan di sekitaran pantai. 

"Tapi langkah kami seperti percuma, ombak-ombak besar selalu menghanyutkan bibit yang baru kami tanam, sehingga penghijauan terpaksa dihentikan," ungkap Rania. 

Selain itu, diakui Rania pihaknya juga telah mengajukan bantuan kepada pemerintah, namun hal tersebut tak mendapatkan respon yang baik. 

"Kami sudah ketemu dengan DPRD provinsi dan kabupaten, BBWSS VIII, Dinas PU Provinsi, Pemkab Bengkulu Tengah, tapi sampai saat ini nihil semua," beber Rania. 

Dia pun berharap pemerintah bisa mendengar dan melihat langsung bencana abrasi yang terjadi serta mengambil tindakan secepat mungkin. 

"Tidak menutup kemungkinan, dalam beberapa tahun ke depan abrasi ini sudah sampai ke jalan raya, semoga pemerintah bisa segera bertindak," harap Rania. 

Baca juga: Kondisi Rumah Korban Banjir Bandang 2019 di Bengkulu Tengah, Pasrah Meski Tak Nyenyak Tidur

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved