Berita Bengkulu Tengah

Sekda Bengkulu Tengah Minta Dinsos Segera Cek Korban Banjir 2019, Belum Terima Bantuan

Sekda Bengkulu Tengah Rachmat Riyanto meminta kepala dinsos untuk segera mengecek kondisi korban banjir 2019 yang tak menerima bantuan.

Penulis: Suryadi Jaya | Editor: Yunike Karolina
Suryadi Jaya/TribunBengkulu.com
Sekda bengkulu Tengah Rachmat Riyanto telah memerintahkan kadis sosial untuk mengecek kondisi korban banjir 2019 yang mengkhawatirkan. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Suryadi Jaya

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU TENGAH - Sekda Bengkulu Tengah Rachmat Riyanto meminta Kepala Dinas Sosial (Dinsos) untuk segera mengecek kondisi korban banjir 2019 yang tak menerima bantuan. 

Menurutnya, seluruh korban terdampak banjir dan abrasi 2019 lalu sudah diberikan bantuan serta diminta untuk pindah lokasi. 

Namun, masih banyak korban bencana banjir dan abrasi yang menolak untuk di relokasi. 

"Nanti akan kita cek dulu, seperti apa kondisinya," ujar Rachmat, Kamis (16/5/2024). 

Bantuan dari pemerintah diakui Rachmat sudah disalurkan kepada seluruh korban bencana, meski bersifat accidental. 

"Seluruhnya sudah kita berikan bantuan, pokoknya nanti saya minta Kadis Sosial untuk cek ke rumah korban," ungkap Rachmat. 

Kisah Pilu Korban Banjir

Mengenakan pakaian sederhana, Tarzan (60) dengan tatapan nanar melihat kondisi rumahnya yang tersisa setengah bagian saja usai diterjang banjir bandang pada April 2019 lalu. 

5 tahun berlalu, rumah Tarzan yang berada di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah tak kunjung diperbaiki. 

Tarzan dan sang istri memilih untuk bertahan hidup di rumah yang merupakan harta satu-satunya itu dengan kondisi yang serba terbatas. 

Tatapan Tarzan menyiratkan kenangan kelam saat banjir 2019 lalu menghanyutkan hampir seluruh rumahnya saat ditemui TribunBengkulu.com, Rabu (15/5/2024). 

"Saya masih sayang sama rumah ini, lagian mau pindah juga kemana mas, untuk makan saja pas pasan," ujar Tarzan. 

Rumah itu dibangun oleh Tarzan setelah mengumpulkan uang selama 7 tahun lebih dari hasil kerja sebagai kuli bangunan. 

"Dulu sebelum banjir, saya sudah mengumpulkan semua bahan-bahan untuk menyelesaikan rumah, keramik, besi semen, semua sudah ada, tapi hanyut dibawa banjir," kata Tarzan. 

Pekerjaan sebagai kuli bangunan hanya mencukupi biaya hidup Tarzan bersama sang istri. 

"Ya namanya juga kuli bangunan mas, kadang kalau ada kerjaan ya ada uangnya, kalau seperti sekarang lagi tidak ada, ya kosong aja mas," ucapnya. 

Tampak di depan rumah Tarzan yang hanya seluas 1x2 meter itu ditanami sejumlah tanaman seperti sayur-sayuran hingga bumbu dapur. 

Dari lahan yang tadinya mencapai 16 meter, kini hanya tersisa tak lebih dari 4 meter saja, sisanya mengalami erosi. 

"Setiap hujan lebat malam hari, saya tidak pernah nyenyak tidur, karena kami takut kejadian tahun 2019 lalu itu terjadi kembali," ungkapnya. 

Meski dengan keterbatasan yang ada, Tarzan dan sang istri tetap membuat rumah yang hanya tinggal ruang tamu itu menjadi nyaman. 

Ruang tamu disulap menjadi dua ruangan, lalu untuk memasak, mandi dan buang air harus dilakukan di luar rumah. 

"Mau gimana lagi mas, masa saya harus merepotkan anak-anak, kasihan mereka, pelan-pelan semoga kondisi kami bisa membaik nantinya," ucap Tarzan lirih. 

Dengan keadaan seperti itu, Tarzan mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk perbaikan tempat tinggalnya. 

Tak hanya rumah Tarzan, tiga rumah milik tetangganya pun tak kalah memperihatinkan akibat erosi sungai yang semakin melebar. 

"Semoga pemerintah mau membantu kami dan bisa memindahkan rumah kami ke tempat yang jauh lebih aman, kalau seperti ini terus kami tidak nyenyak tidur mas, takut ada banjir lagi," katanya. 

Baca juga: Abrasi di Pondok Kelapa Bengkulu Tengah, Rumah, Lahan hingga Hotel Menghilang jadi Lautan

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved