Viral di Media Sosial

Viral Pria Diduga Alumni Unair Pamer Alat Kelamin di Quora, Kenali Perilaku Tidak Wajar Eksibionisme

Viral pria diduga alumni Universitas Airlangga (Unair) berinisial SMYP pamer alat kelamin di Quora.

Editor: Rita Lismini
Twitter @ruwnala/Pixta.com
Foto pria diduga alumni Unair pamer alat kelamin di Quora, kenali perilaku tidak wajar eksibionisme. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Viral pria diduga alumni Universitas Airlangga (Unair) berinisial SMYP pamer alat kelamin di Quora.

For your information, Quora sendiri adalah situs web tanya jawab yang termasuk dalam generasi web semantik. 

Momen pria pamer alat kelamin di Quora ini trending di aplikasi X (Twitter).

Salah satu akun yang ikut membagikan postingan pria pamer alat kelamin di Quora tersebut yakni @ruwnala.

"NANGIS BANGET PAGI-Pagi TADI DAPET PAP KEK GINI, UDAH KECIL DEKIL LAGI.
TOLONG BANGET YANG KENAL TOLONG DI SHARE KE TEMEN SAMA KELUARGANYA DONG AKU BENER2 TAKUT BANGETT," tulisnya dengan emoticon nangis, dikutip tribunBengkulu.com, Senin (10/6/24).

Tampak dari postingan, pria tersebut tengah berdiri tanpa mengenakan busana sekali sembari memperlihatkan alat kelaminnya.

Dalam kesempatan yang sama, sang akun juga mengunggah biodata pria yang pamer alat kelamin di Quora tersebut.

Pria besinial SMYP tersebut diduga alumni Unair, tahun lulus 2018 silam dengan mengambil jurusan S1 Hum di Bahasa dan Sastra Indonesia & Linguistik.

Ia berasal dari Kabupaten Jombang dan menariknya pria inisial SMYP itu aktif dalam berbahasa Inggris.

Sontak, sangat disayangkan sekali atas perilakunya yang tak wajar tersebut.

Yuk tribuners, kenali perilaku tidak wajar Eksibionisme yang telah kami rangkumkan di bawah ini!

Apa Penyebab Eksibisionisme?

Penyebab kelainan seksual eksibisionisme belum diketahui secara pasti.

Namun, ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab atau meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini.

Meski begitu, faktor-faktor tersebut masih menjadi perdebatan dan perlu diteliti lebih lanjut.

Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:

Faktor trauma masa kecil

Beberapa peristiwa traumatis di masa kecil, seperti pelecehan seksual, tekanan emosional, serta kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, juga dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi seorang eksibisionis.

Fantasi seksual yang menyimpang dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme mengatasi trauma masa kecil (coping mekanisme).

Faktor lain

Beberapa faktor lain juga dapat meningkatkan risiko perilaku eksibisionis, seperti kepribadian antisosial , penyalahgunaan alkohol, dan kurang percaya diri.

Apa Ciri-ciri Penderita Eksibisionisme?

Gejala kelainan seksual eksibisionisme biasanya mulai muncul pada usia 15-25 tahun dan mulai berkurang seiring bertambahnya usia. Berikut ciri-ciri penderita kelainan seksual eksibisionis:

1. Merasa puas saat memamerkan auratnya kepada orang asing di depan umum. Ada sebagian penderita eksibisionis yang hanya memamerkan alat kelaminnya kepada kelompok orang tertentu, seperti anak kecil atau lawan jenis.

2. Gairah seksual terjadi ketika korban merasa kaget, takut, atau takjub yang dilanjutkan dengan masturbasi . Namun tidak ada tujuannya untuk melakukan kontak fisik atau hubungan seksual lebih lanjut dengan korban.

3. Memulai atau mempertahankan suatu hubungan, baik romantis maupun persahabatan, cenderung sulit.

4. Tak jarang penderita eksibisionisme juga menunjukkan gejala gangguan paraphilia lainnya dan dianggap hiperseksual.

Adakah Terapi untuk Mengatasi Eksibisionisme?

Tak banyak penderita kelainan seksual eksibisionis yang memeriksakan diri ke psikiater atau psikolog.

Penderitanya cenderung menyembunyikan kelainannya karena merasa bersalah, malu, atau mempunyai masalah keuangan dan hukum.

Bahkan, penderita gangguan ini dianjurkan untuk segera mendapatkan pengobatan, baik secara medis maupun psikologis.

Hal ini perlu dilakukan sebelum ia membahayakan dirinya sendiri dan orang lain atau bahkan melakukan tindak pidana.

Terapi eksibisionisme dilakukan oleh psikiater dengan metode yang beragam, sesuai dengan tingkat keparahan gangguan yang dialami penderitanya.

Beberapa metode terapi yang dapat dilakukan antara lain, psikoterapi dan terapi obat. (**)

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved