Viral di Media Sosial

Isak Tangis Orang Tua Mahasiswa Udinus yang Tewas Gegara Dibacok Gengster di Kota Semarang

Keluarga Muhammad Tirza Nugroho Hermawan (21) tak kuasa menahan tangis saat mendapat kabar bahwa dirinya tewas gegara dibacok di Kota Semarang.  

Editor: Rita Lismini
Tribun Jateng
Foto di kediaman korban. Isak Tangis Orang Tua Mahasiswa Udinus yang Tewas Gegara Dibacok Gengster di Kota Semarang 

TRIBUNBENGKULU.COM - Keluarga Muhammad Tirza Nugroho Hermawan (21) tak kuasa menahan tangis saat mendapat kabar bahwa dirinya tewas  gegara dibacok di Kota Semarang.  
 
Seperti diketahui, Muhammad Tirza mahasiswa Udinus menjadi korban pembacokan oleh sekelompok gengster di sekitar Taman Sampangan Semarang sekira pukul 03.00 WIB. 

Padahal korban dikenal sebagai sosok yang pendiam dan menjadi cucu kesayangan dari kakeknya.

Awalnya keluarga hanya mendapatkan kabar dari temannya, jika Tirza mengalami kecelakaan.

"Pukul 03.30 dapat telepon dari temannya Tirza, bahwa cucu saya mengalami kecelakaan," kata kakek Tirza, Sukamta (73) Selasa (17/9/24) dikutip dari Tribun Jateng. 

Mendapatkan informasi tersebut sontak keluarga langsung ke Semarang melihat keadaan Tirza.

Namun tidak selang lama, saat keluarga dalam perjalanan menuju Semarang, temannya kembali menginformasikan bahwa Tirza sudah meninggal dunia.

Sontak mendengar informasi tersebut, keluarga langsung tumpah air mata.

Akhirnya keluarga besarnya memutuskan kembali ke rumah untuk mempersiapkan kedatangan jenazah almarhum.

"Kami sekeluarga niat berangkat ke Semarang, saya dengan istri, mamah sambunganya dan bapak kandungnya."

"Sampai Mlonggo, papahnya dapat telepon kembali dari temannya yang sudah ketemu relawan bahwa Tirza sudah meninggal."

"Di mobil nangis semua," tuturnya.

Sukamta pun menginggat kenangan yang tidak terlupa ketika cucunya itu mengendarai mobil dari rumahnya menuju Bekasi hingga Rembang untuk pergi ke acara pernikahan saudaranya.

Menurutnya, kenanganan tersebut sebagai penanda bahwa Muhammad Tirza Nugroho akan meninggalkan keluarga besarnya.

"Paling terkesan itu keponakan saya dari Bogor menantu, menyupir dari rumah sampai Bogor, kemudian ke Bekasi."

"Mampir rumah pakde di Rembang sampai rumah lagi tidak mau digantikan," jelasnya.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved