Laporan Wartawan TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi
TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG – Aksi pembegalan yang terjadi di jalur sepi Desa Tanjung Gelang Kecamatan Kota Padang pada Senin (11/8/2025) pagi memicu rasa khawatir mendalam terutama di kalangan guru dan murid SMAN 10 Rejang Lebong.
Jalur yang menjadi satu-satunya akses menuju sekolah itu dinilai semakin rawan karena kejadian seperti ini bukanlah yang pertama.
Kepala SMAN 10 Rejang Lebong, Leni Marlina, mengatakan banyak siswa dan guru melintasi jalan tersebut setiap hari.
Jaraknya sekitar 16 kilometer dari desa ke sekolah, melewati kebun-kebun dengan kondisi jalan yang rusak dan minim pengawasan.
“Siswa-siswi kita ada cukup banyak yang lewat jalur itu, termasuk guru juga, karena itu akses satu-satunya, Ini bukan kejadian pertama, tapi sebelumnya sudah pernah ada korban juga,"jelasnya.
Pasca kejadian terbaru, suasana di sekolah menjadi penuh kewaspadaan sejumlah siswa mulai khawatir saat hendak berangkat sekolah pada pagi harinya.
Bahkan termasuk para guru yang mengajar disana karena merasa was-was saat melintasi jalur tersebut, para guru dan murid yang berangkat menuju sekolah menunggu rombongan terlebih dahulu.
"Rasa khawatir tentunya ada, kita berharap ini ada solusinya,"lanjutnya.
Baca juga: Siswi SMAN 10 Rejang Lebong Bengkulu Jadi Korban Begal, Polisi Buru Dua Pelaku Bertopeng
Leni berharap pihak berwenang meningkatkan pengamanan, baik melalui patroli rutin maupun pemasangan pos pengawasan di titik-titik rawan.
“Harapan kami agar anak-anak ini bisa merasa aman saat berangkat dan pulang sekolah. Kami berharap pihak kepolisian bisa mewujudkannya,” ujarnya.
Sebagai langkah pencegahan jangka panjang, pihak sekolah telah mengusulkan pembangunan rumah dinas yang difungsikan seperti asrama untuk siswa dari daerah jauh.
Jika ada rumah singgah, anak-anak tidak perlu lagi menempuh perjalanan jauh dan berisiko.
Bahkan guru-guru yang rumahnya jauh juga bisa tinggal di sana. Keberadaan rumah singgah akan menjadi solusi penting untuk memutus risiko di jalur rawan.
“Guru dan murid bisa lebih tenang, tidak lagi harus melintasi jalur yang pernah terjadi pembegalan beberapa kali itu,”tutupnya.