Berita Bengkulu

Gubernur Bengkulu Helmi Hasan Kesal, Pertamina Tak Minta Maaf, Diam Seribu Bahasa saat Krisis BBM

Pertamina disebut diam seribu bahasan soal krisis BBM di Bengkulu, Helmi minta masyarakat untuk awasi bersama.

Panji Destama/TribunBengkulu.com
GUBERNUR BENGKULU - Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan saat diwawancarai di Taman Makam Pahlawan (TMP) Balai Buntar Jalan Adam Malik V, Pagar Dewa, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu, Senin (10/11/2025). Pertamina disebut diam seribu bahasan soal krisis BBM di Bengkulu, Helmi minta masyarakat untuk awasi bersama. 
Ringkasan Berita:
  1. Krisis BBM di Bengkulu masih terjadi, ratusan kendaraan antre di SPBU.
  2. Harga BBM eceran tembus Rp20 ribu/liter untuk pertalite, Rp25 ribu/liter untuk pertamax.
  3. Gubernur Helmi Hasan menilai Pertamina tak berkomunikasi terbuka dan “diam seribu bahasa”.
  4. Helmi meminta Pertamina memberikan kejelasan kendala distribusi dan minta maaf ke masyarakat.

 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Panji Destama

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU – Krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bengkulu hingga kini masih terjadi. Di beberapa SPBU di Kota Bengkulu, ratusan kendaraan terlihat mengantri untuk mengisi BBM.

Tak hanya itu, beberapa tempat pengisian BBM eceran di Bengkulu juga dipadati antrean. Harga BBM eceran tercatat mencapai Rp20 ribu per liter untuk pertalite dan Rp25 ribu per liter untuk pertamax.

Terkait hal ini, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan menilai Pertamina tidak pernah berkomunikasi secara terbuka dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu.

“Pertamina harusnya lebih terbuka dan berkomunikasi dengan pemerintah, jika ada kendala kita langsung mencari solusinya,” ungkap Helmi saat diwawancarai TribunBengkulu.com, Senin (10/11/2025) pukul 08.30 WIB.

Helmi menegaskan pentingnya komunikasi agar masyarakat tidak saling salah paham. Ia menyayangkan sikap Pertamina yang hanya “diam seribu bahasa” meski diberi tanggung jawab mengelola BBM di Bengkulu.

“Jangan sampai tunggu masyarakat ribut hingga saling salah, Pertamina yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola BBM di Bengkulu hanya diam seribu bahasa,” tutur Helmi.

Gubernur juga meminta Pertamina memberikan kejelasan soal kendala pendistribusian BBM kepada pemerintah dan masyarakat, sekaligus meminta maaf kepada publik. Menurutnya, meski ada laporan soal pengunjal minyak menggunakan drum hingga mobil dimodifikasi, persentasenya sangat kecil.

“Pertamina harus memberikan kejelasan kepada masyarakat dan pemerintah soal kendala pendistribusian BBM. Pertamina juga harus meminta maaf ke masyarakat Bengkulu,” jelas Helmi.

“Memang ada laporan soal yang gunjal minyak dengan drum hingga modifikasi kendaraan. Pak Kapolda sudah menindak oknum tersebut, namun persentasenya sangat kecil, orang mengunjak paling berapa liter sih,” lanjut Helmi.

Helmi menambahkan, dari empat kapal tangki minyak yang ada, hanya satu unit bergerak, sehingga memastikan ketersediaan BBM menjadi langka. Ia juga meminta masyarakat tidak saling menuduh, karena Pertamina sudah menjelaskan adanya kendala transportasi kapal laut yang mengangkut BBM di hadapan Forkopimda.

Kabarnya, sebelumnya hanya satu kapal tangki untuk biodiesel yang tersedia, namun pagi tadi ada tiga kapal tangki yang sudah merapat. Helmi meminta seluruh masyarakat mengawasi bersama-sama, karena dikhawatirkan kapal yang merapat tidak berisi BBM.

“Kita sama-sama mengawasi kapal tangki itu, siapa tahu bukan minyak di dalamnya. Kita lihat dulu saat ini, Satpol PP, TNI, dan Polri sudah turun memperhatikan. Masalah krisis BBM akan selesai 1-2 hari ke depan,” tutup Helmi.

Cerita Ojol

Sementara itu, Dandi Irawan, 26 tahun, seorang driver ojek online (ojol) di Kota Bengkulu, menceritakan bagaimana ia harus bertahan di tengah krisis BBM.

Beberapa SPBU di Kota Bengkulu terpantau padat antrean karena keterlambatan pendistribusian BBM dari Pertamina. Dandi memilih untuk tidak menarik ojek sementara, karena BBM tidak pasti dan antrean di SPBU cukup panjang.

“Hari ini tidak ngojek dulu bang, beberapa kawan ojol juga tak memilih ngojek, karena BBM langka, antrean panjang,” ungkap Dandi saat diwawancarai TribunBengkulu.com, Minggu (9/11/2025) pukul 14.00 WIB.

Ia menceritakan, kondisi ini membuatnya kesulitan mencari nafkah untuk istri dan anaknya yang baru lahir. Sehari-hari jika BBM lancar, Dandi bisa mendapatkan Rp200 ribu hingga Rp250 ribu per hari, sebelum dipotong biaya BBM, makan, dan rokok. Namun saat ini, pendapatannya tidak lebih dari Rp150 ribu per hari.

Untuk mengisi BBM di eceran, Dandi harus berpikir ulang karena harga pertalite mencapai Rp20 ribu per liter dan pertamax Rp25 ribu per liter.

“Pendapatan juga turun sejak beberapa hari ini. Untuk hari ini tidak narik dulu, minyak terbatas, sekarang harus putar otak karena istri baru lahiran anak pertama. Untuk memenuhi kebutuhan anak, seperti pampers dan lainnya, pakai uang tabungan dulu. Satu bal pampers harganya Rp70 ribu untuk dua hari,” papar Dandi.

Meskipun biaya persalinan istri ditanggung BPJS Kesehatan, Dandi harus mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

“Saat ini cari-cari dulu tambahan, karena kebutuhan anak. Kalau dari ojek online saja tidak cukup, kebutuhan anak sudah banyak, ditambah harga minyak di eceran mahal. Kalau dipaksa ngantri BBM, pendapatan menurun,” jelas Dandi.

Dandi berharap ada solusi dari pemerintah terkait krisis BBM, karena pekerjaannya sebagai ojol sangat bergantung pada BBM.

“Harapan adanya solusi dari pemerintah, karena kami sangat bergantung pada BBM untuk mencari nafkah,” tutup Dandi.

Gabung grup Facebook TribunBengkulu.com untuk informasi terkini

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved