Berita Viral

Respon Sahara Saat Yai Mim Minta Maaf, Sinis Bak Ogah Salaman, Padahal di Poadcast Pasang Muka Sedih

Respon Sahara saat Yai Mim minta maaf, dirinya sinis seperti ogah salaman. 

Editor: Rita Lismini
Thread
YAI MIN VS SAHARA - Foto detik-detik Yai Mim meminta maaf ke Sahara usai berseteru panjang, Senin (6/10/2025). 

TRIBUNBENGKULU.COM - Respon Sahara saat Yai Mim minta maaf, dirinya sinis seperti ogah salaman. 

Baru-baru ini Yai Mim membagikan video saat menemui Sahara untuk meminta maaf.

Awalnya, permintaan maaf dari Yai Mim tidak ditanggapi oleh Sahara. 

Saat itu, Yai Mim berkaos singlet putih dan bersarung merah sedang menyiram jalanan.

Kemudian, Sahara bersama dua perempuan lain berjalan melewati rumah Yai Mim.

Yai Mim lalu berusaha meminta maaf, namun Sahara tetap berjalan tanpa memandang eks dosen itu.

"YaAllah, semua orang sini diam, ya udah," kata Yai Mim dikutip dari akun instagram pribadinya pada Senin (10/6/2025).

"Yai MIM sudah berusaha meminta maaf kepada Ibu Sahara tapi beliau tidak mau merespon," tulis akun instagram itu.

Kemudian, Yai Mim kembali mengunggah video permintaan maaf.

"6/10/2025 jam 10 pagi. Alhamdulillah berhasil minta maaf kepada ibu sahara tindak lanjut podcast densu yang belum tayang, dimana bu S telp saya meminta maaf," tulis video tersebut.

Dalam video tersebut, Yai Mim bersama istrinya Rosida Vignezvari mendatangi pos tempat Sahara dan suaminya sedang duduk.

"Minta maaf ya," kata Yai Mim kepada suami Sahara, Mohammad Shofwan.

"Ya Yai," kata Shofwan.

Istri Yai Mim juga menyampaikan permintaan maaf. "Ya Allah terimakasih," kata Yai Mim.

Yai Mim lalu menyampaikan permintaan maaf kepada Sahara. Namun, Sahara memiliki permintaan khusus.

"Taruh aja hapenya dulu jangan di rekam terus kalau dari hati," kata Sahara.

"Dari hati, Mbak," kata Yai Mim. 

Sahara seperti ogah melihat Yai Mim yang sedang meminta maaf, tatapannya bahkan terlihat sinis. 

Padahal saat diundang sebagai bintang tamu di poadcast Denny Sumargo, Sahara memasang wajah yang sedih. 

Dirinya bahkan sempat meminta maaf ke Yai Mim melalui panggilan telepon. 

Dengan nada penyesalan, Sahara menyampaikan permohonan maaf yang juga disaksikan Denny Sumargo. 

“Saya mohon maaf atas omongan saya yang kasar, perkataan saya yang kurang baik kepada panjenengan,” ucapnya.

Yai Mim juga sempat meminta maaf kepada tetangganya. Momen itu dibagikan melalui unggahan video di akun instagramnya pada Senin (10/6/2025).

"Sudah di udara, sekarang di darat. Dengan rendah hati, Yai Mim minta maaf menindaklanjuti di Podcast Densu dan KDM," tulis akun Yai Mim.

Dalam video yang diunggah terlihat Yai Mim memakai kaos singlet putih dan bersarung warna merah. 

Ia terlihat membawa dua konblok berjalan ke parkiran mobil tetangganya. 

Disana terlihat Mohammad Shofwan serta sejumlah pria nongkrong di pos.

"Mas Agil maaf ya, Mas Shofwan maaf ya," kata Yai Mim.

Mereka lalu bersalaman. Selain itu, Yai Mim sempat bertanya mengenai mobil milik Sahara.

Mobil tersebut ternyata telah laku dijual. "Lama tak tinggal nambah bersih," katanya.

Yai Mim ngaku diusir dan diteror

Dosen Filsafat Muhammad Imam Muslimin alias Yai Mim mengaku tidak hanya diusir oleh tetangganya pemilik rental mobil, Nurul Sahara, tetapi juga diteror.

Saat perseteruan bergejolak, Yai Mim mengaku kerap mendapat teror dari pihak Sahara.

Teror yang diterima Yai Mim pun beragam, mulai dari rumahnya yang dicemari dengan kotoran manusia, sajadahnya yang dibakar, hingga dugaan disantet.

"Saya terus diteror, tiap malam itu ada kotoran manusia (di rumah)," kata Yai Mim, dikutip dari YouTube Cumicumi, Jumat (3/10/2025).

Yai Mim juga mengaku bahwa sajadahnya yang seharga Rp48 juta dibakar oleh suami Nurul Sahara, Shofwan.

"Ditambah lagi dengan pembakaran sajadah saya. Yang membakar siapa? Ditunjukkan oleh auditor Irjen Kemenag, gambarnya itu di situ ada Pak Sofyan (suami Sahara)," kata Yai Mim.

"Padahal sajadah itu sajadah istri saya. Limited, hanya diproduk 12 barang. Sajadah itu ciri khasnya, kena rokok dikit langsung hilang. Empuk sekali. Hanya diproduk 12. Itu harganya Rp48 juta," jelasnya.

Tidak berhenti di situ, Yai Mim juga mendapat teror santet yang dilakukan oleh Sumaryono, pemilik rumah yang ditempati oleh Nurul Sahara.

"Ada teror santet yang dilakukan oleh Pak Sumaryono, pemilik rumah yang dikontrak oleh Pak Sofyan. Rumah sekarang itu milik Sahara berdasarkan keterangan Pak Yono," katanya.

Alih-alih menerima santet yang dilakukan oleh Sumaryono, Yai Mim justru berdrama seolah santet yang dilakukan oleh Sumaryono berhasil.

Ia berpura-pura mengalami sakit stroke saat disantet oleh Sumaryono.

"Pak Yono ini juga yang ahli ilmu santet. Dia nyantet saya pakai tanah punden. 'Lailahaillallah, ini hukuman bagi amin.' Jadi keliru yang disantet mestinya Yai Mim, bunyinya amin," tuturnya.

"Saya nggak kena, makanya saya pura-pura kena, maka ketika mediasi saya bilang 'Pak Yono tolong diobati, saya stroke.' Itu gaya saya memecah konsentrasi Pak Yono supaya tidak melakukan praktik santet," imbuhnya.

Selain itu, Yai Mim juga menyebut bahwa di rumahnya tercium bau bangkai yang tak kunjung hilang selama 10 hari.

Saat menelusurinya, Yai Mim menemukan daging sapi yang sudah membusuk.

Ia pun membakar daging sapi yang busuk tersebut.

"Besoknya ada bau bangkai, sampai seminggu lebih, hampir 10 hari saya nggak nemu," kata dia.

"Saya babati, saya itu nggak punya rasa takut, santet itu nggak ada. Ini doktor kok. Sahara ini mahasiswa S3 doktor UB (Universitas Brawijaya), universitas ternama, kok mahasiswanya main dukun dan santet."

"Daging sapi yang sudah sangat membusuk di situ saya temukan. Baunya itu tiap sepanjang 24 jam. Saya bakar udah hilang," paparnya.

Sosok Yai Mim yang Mengaku Keturunan Wali Songo

Yai Mim ternyata memiliki latar belakang keluarga yang sekarang menjadi tokoh-tokoh terkenal di Jawa Timur.

Mantan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang itu ternyata merupakan saudara dari pendakwah kondang asal Blitar, yakni Muhammad Iqdam Kholid alias Gus Iqdam.

Tidak hanya itu, Yai Mim juga masih bersaudara dengan kyai senior di Nahdlatul Ulama (NU) yaitu KH Marzuki Mustamar.

Hal itu Yai Mim ungkapkan saat bertemu dengan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi.

Ia mengaku juga berasal dari Blitar, Jawa Timur.

"Saya itu saudaranya Kyai Marzuki, Gus Iqdam, itu masih saudara dengan saya," kata Yai Mim, dikutip dari YouTube Dedi Mulyadi, Kamis (2/10/2025).

Yai Mim sendiri juga pernah mengaku sebagai keturunan keenam dari dua anggota Wali Songo, yaitu Sunan Ampel dan Sunan Bonang.

Ia merupakan anak dari pasangan H. Achmad Mochammad Mardi Hasan Karyantono dan Hj. Siti Katmiyati.

Kepada Dedi Mulyadi, Yai Mim juga mengaku, dirinya memiliki pondok pesantren bernama Pondok Pesantren Al Adzkiya’ Nurus Shafa (Anshofa).

Saat dipuji Dedi Mulyadi ia adalah keluarga dari ulama-ulama terkenal di Jawa Timur, Yai Mim berusaha untuk merendah.

Ia menegaskan, dirinya bukan sosok ulama terkenal seperti Gus Iqdam dan Kyai Marzuki tersebut.

"Saudara tokoh-tokoh terkenal Jawa Timur ya?" tanya Dedi Mulyadi.

"Saya nggak terkenal tapi, saya di bawahnya," jawab Yai Mim.

Di sisi lain, Yai Mim mendapatkan pujian dari Dedi Mulyadi saat menjelaskan tafsir musyarokah.

Yai Mim mengaitkan konsep musyarokah dengan konsep hidup berdampingan bersama alam.

Ia menilai istilah musyrik sering dipahami dengan negatif.

Padahal, kata itu bisa dimaknai sebagai kebersamaan atau kerja sama dalam menjaga ciptaan sang pencipta, Allah SWT. 

"Kang Dedi, itu ajarannya kan itu yang musyrik-musyrik lah. Saya justru kalau ada pohon besar, orang-orang tak ajak musyrik dulu untuk apa? Untuk musyarokah, itu artinya kerja sama," ujarnya.

"Musyrik itu apa? Memelihara kepada sesuatu, misalnya pohon itu besar, lalu kita pelihara, kita obong-obong, kita jaga kita supaya dia mengeluarkan oksigen."

"Kita memelihara pohon, dia memberikan perlindungan pada kita. Namanya musyarokah. Syirik, musyarokah menuju Allah," imbuhnya.

KDM, sapaan akrap Dedi Mulyadi tampak mengapresiasi cara pandang mantan dosen Filsafat Tasawuf tersebut. 

"Waduh ini Pak Yai, malah nge-fans sama berandalan kayak saya. Tafsir musyarokah-nya keren banget dan semoga menambah wawasan netizen sekalian," tulis Dedi Mulyadi di akun Instagramnya.

Dedi menyebut istilah musyarokah bisa dimaknai seakar dengan diksi 'masyarakat' bermakna kebersamaan dalam komunitas. 

"Betapa kita hidup dalam komunitas manusia dan komunitas alam, baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata. Duh pagi-pagi malah kuliah shorof dan ma'ani," pungkasnya. 

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved