Kisah Sukses Pedagang Telur Banting Setir Jadi Pengusaha Kopi "Landbouw Koffie" Khas Kepahiang
Muspaidi (38), salah seorang pengusaha kopi asal Desa Air Sempiang, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang sebelumnya adalah seorang pedagang telur
Penulis: Muhammad Panji Destama Nurhadi | Editor: Yunike Karolina
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Panji Destama
TRIBUNBENGKULU.COM, KEPAHIANG - Muspaidi (38), salah seorang pengusaha kopi asal Desa Air Sempiang, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang.
Sebelumnya ia adalah seorang pedagang telur keliling.
Muspaidi pun menceritakan awalnya ia sampai membatir stir dari pedagang telur menjadi pendagang kopi seperti saat ini.
Usaha kopi ini digelutinya sejak tahun 2019 lalu. Berawal dari pergaulannya dengan orang-orang pecinta kopi.
"Dulu saya jualan telur keliling mas, karena saya bergaul dengan pencita kopi jadi saya belajar sama mereka," kata Muspaidi kepada TribunBengkulu.com, pada Sabtu (28/5/2022)
Lanjut Muspaidi, usai dirinya belajar dari teman-temanya ia memutuskan untuk menjadi pedagang kopi dengan brand sendiri Landbouw Koffie.
Menurutnya saat beralih menjadi pedagang kopi, ekonominya pun meningkat.
"Mesin roasting biji kopi ini saya beli dulu Rp 12 juta, terus belajar meroasting dan mengemas kopi," ujar Muspaidi
Muspaidi menjelaskan, biji kopi ini jenis robusta hasil dari kebun sendiri di kawasan Bukit Hitam. Dijemur di halaman dengan dilapisi terpal.
"Untuk yang menikmati Landbouw Koffie ini mulai dari anak muda sampai orang tua. Komen mereka semua pas rasanya dilidah," jelas Muspaidi.
Jika biji kopi sudah kering, nanti biji-biji ini dikumpulkan untuk di roasting, proses meroasting biji kopi ini tergantung dari banyak biji kopi.
Jika biji kopi seberat 5 kilogram bisa memakan waktu 45-55 menit.
"Nanti lanjut digiling dengan mesin penggiling, kemudian menjadi bubuk kopi. Selama 1 jam bisa menghasilkan 10 kilogram bubuk kopi, lalu di masukkan ke kemasan untuk dipasarkan," ucap Muspaidi
Untuk harga bubuk kopi Landbouw Koffie ini bervariasi dan masih di pasarkan di wilayah Kabupaten Kepahiang.
"Ada kemasan kecil, ada yang eceran mulai dari harga Rp 3.000 dan untuk yang 1 kilogram Rp 40.000," kata Muspaidi.
Ia menambahkan, kekurangannya saat ini karena pihaknya masih menggunakan kemasan kopi biasa. Rencana ke depan dirinya akan menggunakan kemasan kopi dari aluminium foil.