Arti Kata

Apa Arti Kata Petahana atau Incumbent dalam Pemilu dan Pilpres, Berikut Penjelasan dan Perbedaannya

Istilah Petahana atau Incumbent sering terdengar menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) dalam pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres).

Penulis: Achmad Fadian | Editor: M Arif Hidayat
Tribunnews.com
Ilustrasi kotak suara Pemilu. Mengenal lebih dekat apa itu Petahana atau Incumbent dalam Pemilu dan Pilpres. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Istilah Petahana atau Incumbent sering terdengar menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) dalam pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres).

Istilah tersebut mulai banyak digunakan setelah Indonesia mengadakan pemilihan kepala daerah, dan pemilihan presiden secara langsung setelah berakhirnya era Orde Baru pada tahun 1999.

Incumbent adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris.

Dalam bahasa Indonesia, Incumbent memiliki padanan kata, yaitu petahana.

Perbedaan Incumbent dan Petahana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online, pengertian Incumbent adalah pemegang jabatan politik tertentu (saat ini atau masih menjabat).

Menurut penjelasan dilansir dari rumahpemilu, istilah Incumbent sering disalahartikan sebagai kepala daerah atau presiden yang mencalonkan diri dalam pemilihan umum.

Bahkan tanpa melantik presiden, kepala daerah, dewan, sudah menjabat/Incumbent.

Dalam konteks pemilihan presiden, petahana diartikan sebagai orang yang sedang menjabat, yaitu kepala daerah seperti Gubernur, Walikota atau Bupati, serta Presiden atau Wakil Presiden, yang mengikuti pemilihan untuk dipilih kembali ke posisi itu.

Petahana sering berpartisipasi dalam pemilihan meskipun mereka memiliki pasangan yang berbeda.

Misalnya, calon presiden A yang sedang menjabat dipasangkan dengan calon wakil presiden B pada Pilpres 2024.

Dengan kata lain, sang calon kembali mencalonkan diri dengan calon wakil presiden lainnya untuk memperebutkan posisi tersebut.

Kandidat petahana atau Incumbent diyakini memiliki keunggulan lebih dibandingkan kandidat atau pesaing lainnya.

Pasalnya, selama mencalonkan diri dalam pemilihan presiden, mereka tetap memerintah, berkuasa, dan memiliki jaringan pribadi yang kuat.

Selain itu, petahana juga telah menjalin hubungan politik lebih awal dengan berbagai organisasi dan masyarakat selama berkuasa.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved