Masyarakat di Pulau Enggano Diminta Tidak Tanam Sawit, BKSDA: Bisa Kekeringan

Saat ditanami sawit dengan masif, maka dikhawatirkan pulau ini akan mengalami kekeringan.

Penulis: Romi Juniandra | Editor: M Arif Hidayat
HO Said Jauhari
Kepala Seksi Konservasi I BKSDA Bengkulu-Lampung, Said Jauhari meminta warga di Pulau Enggano untuk tidak menanam pohon kelapa sawit karena bisa berdampak pada lingkungan seperti kekeringan 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Romi Juniandra

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Masyarakat di Pulau Enggano, Bengkulu Utara, diimbau untuk tidak menanam kelapa sawit di pulau tersebut.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu - Lampung, Said Jauhari mengatakan Pulau Enggano memiliki luas sekitar 40 ribu hektare.

Saat ditanami sawit dengan masif, maka dikhawatirkan pulau ini akan mengalami kekeringan.

"Harapan kita seperti itu. Nanti kalau masif, bisa masuk perusahaan besar, ada pabrik kelapa sawit dibangun," kata Said kepada TribunBengkulu.com, Jumat (26/5/2023).

Kepada masyarakat, disarankan untuk menanam palawija dan karet. Untuk lebih bagusnya, masyarakat bisa menanam karet.

"Bisa juga pinang, pisang, silahkan saja," ujar Said.

Saat ini, ada 3 desa di Enggano yang telah menanam sawit, seperti Desa Kaana, Desa Banjar Sari, dan Desa Kahyapu.

Untuk kawasan hutan di Pulau Enggano masih seluas 14 ribu hektare, terdiri dari hutan produksi, hutan lindung, dan kawasan konservasi. BKSDA Bengkulu-Lampung bertanggungjawab mengelola 9 ribu hektare.

Sejauh ini, kawasan konservasi di Pulau Enggano masih aman dan belum tersentuh. Cagar alam yang ada di Enggano diantaranya adalah Cagar Alam (CA) Sungai Baheuwo (496,06 ha), CA Teluk Klowe (331,23 ha), CA Tanjung Laksaha (333,28 ha), CA Kioyo I & Kioyo II (305,00 ha), dan Taman Buru Gunung Nanua (7.271 ha). Selain Itu terdadapat Hutan Lindung Koho Buwa-Buawa (3.450 ha).

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved