Balita di Samarinda Positif Narkoba

Wanita Pemberi Air Berisi Narkoba ke Balita 3 Tahun di Samarinda Jadi Tersangka, Polisi Dalami Motif

Terungkap nasib tetangga yang berikan air berisi kandungan narkotika yang diminum oleh balita berusia 3 tahun.

Penulis: Kartika Aditia | Editor: Hendrik Budiman
Tribunsumsel.com
Kolase ilustrasi narkoba. Begini nasib tetangga yang berikan air berisi kandungan narkotika ke balita 3 tahun, kini jadi tersangka. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Terungkap nasib tetangga yang berikan air berisi kandungan narkotika yang diminum oleh balita berusia 3 tahun.

Baru-baru ini heboh balita berinisial N di Samarinda dinyatakan positif narkoba seusai diduga minum air yang diberikan oleh tetangganya.

Kapolresta Samarinda Kombes Ary Fadli menyebut tetangga pemberi air minum kepada balita berinisial ST(51) sudah ditetapkan menjadi tersangka.

"Iya tetangganya (tersangka)," ujar dikutip dari TribunJambi.com, Senin (12/6/2023)

Tersangka kini sudah ditahan di Mapolresta Samarinda.

Baca juga: Nasib Balita di Samarinda Positif Narkoba Usai Minum Air dari Tetangga, Reaksinya Bikin Merinding

Sementara dua orang masih dalam pemeriksaan.

Polisi juga masih menyelidiki lebih lanjut soal motif tersangka.

Tersangka kini sudah ditahan di Mapolresta Samarinda.

Tersangka dijerat Pasal 89 juncto Pasal 76 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Kronologi Kejadian

Hal tersebut diduga berawal saat korban bersama ibunya berkunjung ke rumah tetangganya.

Adapun tujuan ibu korban mengunjungi rumah tetangga lantaran dimintai tolong untuk dicabutkan uban di rambutnya.

Lalu, tak berselang lama, korban pun merasa haus dan meminta minum kepada ibunya.

Sang anak pun diberi minum oleh tetangganya itu.

Ternyata, air tersebut memiliki kandungan narkotika.

Hal ini diketahui dari Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur, Diah Lestari memberkan kronologi dan penyebab balita 3 bulan tersebut bisa positig narkoba.

"Si ibu ini, ditelepon dan di-WA sama tetangganya, disuruh cabut uban.

Terus kemudian datanglah si ibu ke rumahnya tetangga tadi untuk cabut uban.

Lalu, si anak ngomong (ke ibunya) 'mami saya haus'. Karena si ibu bertamu di rumah tetangga, enggak bisa dong pulang untuk ambil air minum.

Minta lah ke pemilik rumah tetangga. Terus diambilkan di dekat si ibu (korban)," kata Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur, Diah Lestari selaku, dikutip dari TribunJambi (12/6/2023).

Lalu, saat malam di hari yang sama, Diah mengatakan korban tiba-tiba sulit tidur dan hiperaktif.

Selain itu, N juga mengalami keringat dingin dan bertingkah aneh.

"Dia suka mengambili barang-barang di sekitarnya kayak bersih-bersih dan sebagainya," tuturnya.

Alhasil, kata Diah, ibu korban pun menghubungi tetangga yang memberikan air kepada anaknya pada keesokan harinya via pesan singkat.

Tetangga ibu korban tersebut lantas menjawan jika air yang diberikan kepada N dibawa dari warung tempat dirinya bekerja.

Ternyata, ibu korban dan tetangganya tersebut sama-sama bekerja di warung yang sama di tempat air yang diambil dan diminum N.

"Air bawa dari warung. Sementara si ibu sama si tetangga ini, sama-sama bekerja di warung tersebut.

Di warung tersebut, menjual merek B dan air yang diberikan ke anaknya itu merek A," jelas Diah

Namun, saat dikonfirmasi ke pemilik warung, air minum yang diberikan ke korban oleh tetangganya tidak dijual di warung tersebut.

"Jadi ibu itu sudah konfirmasi juga sama pemilik warung bahwa tidak ada air yang dibawa dari warung karena airnya beda merek," ujar Diah.

Diah mengatakan ibu korban pun sempat menghubungi Badan Narkotika Nasional (BNN) melalui sambungan telepon terkait penyebab sang anak mengalami gejala yang tak biasa usai meminum air dari tetangganya tersebut.

Namun, pihak BNN tidak memberikan respons.

Akhirnya, kata Diah, ibu korban pun pergi ke salah satu rumah sakit di Samarinda untuk menjalani pemeriksaan.

Kemudian, saat dites urine, N pun dinyatakan positif narkoba.

"Lalu sang anak masuk ke rumah sakit (untuk perawatan)," tuturnya.

Lalu, ibu korban didampingi tim TRC PPA Kalimantan Timur melapor ke Polres Samarinda.

Namun, kata Diah, ibu korban belum mengajukan laporan resmi kepada Polres Samarinda.

"Kemudian ibunya bersama tim TRC datang ke Polres untuk pelaporan awalnya.

Namun pelaporan itu masih belum berupa LP, jadi mungkin bagi teman-teman Polres ada yang rancu.

Ada dua hal PPA atau narkobanya (yang akan dilaporkan -red), jadi ini ada saling lempar," jelasnya.

Selanjutnya, dua hari seusai pelaporan pertama, Diah mengatakan pihaknya melakukan follow up dan dilanjutkan membuat laporan resmi ke Polres Samarinda.

"Ini ada korban, ada hasil tes urine. Terus kemudian ini harus ada pelaku. Karena nggak mungkin ada korban, kalau tidak ada pelaku," katanya.

Setelah ada laporan, Diah mengatakan Ditres Narkoba Polres Samarinda telah melakukan penjemputan terhadap terduga pelaku untuk dimintai keterangan.

"Akhirnya kemarin, ada penjemputan terhadap dua orang terduga pelaku oleh Reskrim Narkoba," pungkasnya.

Ibunda balita yang diduga dicekoki sabu oleh tetangganya, Melly mengatakan anaknya sempat dirawat di RSUD Atma Husada Mahakam.

Selama dirawat kata Melly anaknya terus berbicara sendiri.

"Tidak mau makan, ngoceh terus sampai pagi dan enggak tidur," ujar Melly.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved