Penemuan Kerangka Manusia di Blitar

Motif SH Bunuh Fitriani dan Kubur Jasad di Kamar, Ternyata Baru Dicor 1 Tahun Pasca Pembunuhan

Terungkap Motif Suprio Handono atu SH (30) habisi nyawa istrinya sendiri, Fitriani.

Editor: Kartika Aditia
Surya.co.id
Motif SH Bunuh Fitriani dan Kubur Jasad di Kamar, Ternyata Baru Dicor 1 Tahun Pasca Pembunuhan 

TRIBUNBENGKULU.COM - Terungkap Motif Suprio Handono atu SH (30) habisi nyawa istrinya sendiri, Fitriani.

Bahkan, usai menghabisi nyawa Fitriani SH memasukan sang istri ke dalam lubang yang ia gali di lantai salah satu kamar yang ada di rumahnya.

Adapun insiden pembunuhan tersebut terjadi pada Oktober 2021 lalu

Dimana saat itu Suprio Handono dan Fitriani sempat terlibat cekcok.

Saat cekcok Suprio Handono kesal hingga memukul bagian belakang kepala Fitriani dengan menggunakan kayu.

Kejadiannya siang hari pada Oktober 2021. Pelaku memukul kepala korban menggunakan kayu. Setelah korban meninggal, pelaku menguburnya di kamar rumah," kata Kapolres Blitar Kota, AKBP Danang Setiyo PS, Jumat (24/11/2023) dilansir dari Surya.co.id.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, Handono menghabisi istrinya seminggu setelah korban diserahkan kepada pria idaman lain (PIL) pada Oktober 2021.

Istri Handono, Fitriani memang dikabarkan punya pria idaman lain asal Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Hal itu juga dibenarkan oleh kakak ipar Handono, Subagyo. Subagyo ikut menjadi saksi ketika Handono menyerahkan istrinya kepada selingkuhannya.

Seminggu setelah diserahkan kepada selingkuhannya, korban kembali pulang ke rumah Handono di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

Ketika ketemu lagi di rumah, Handono dan korban terlibat cek-cok mulut. Di tengah-tengah cek-cok itu Handono memukul kepala korban menggunakan kayu.

Seketika korban terjatuh di lantai. Handono mengangkat tubuh korban ke kamar agar tidak ketahuan anak-anaknya.

Handono dan korban dikaruniai dua anak laki-laki usaha 7 tahun dan 4 tahun dari hasil pernikahannya.

Handono juga menutup pintu depan dan belakang rumah sambil melihat situasi di sekitar rumah.

Selanjutnya, Handono melepas baju istrinya yang sudah meninggal dunia. Handono juga membersihkan darah di tubuh istrinya dan kemudian membungkusnya menggunakan selimut.

"Setelah itu, pelaku menggali lubang dengan kedalaman sekitar satu meter di kamar untuk mengubur korban," ujar Danang.

Handono menggali lubang untuk mengubur korban mulai siang sekitar pukul 12.00 WIB sampai menjelang Magrib.

Setelah Magrib, Handono baru memasukkan jasad korban ke lubang di kamar rumah.

"Korban dimasukkan ke lubang dengan posisi duduk, lalu diuruk dan pintu dikunci," katanya.

Setahun kemudian, Handono baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur jasad korban.

"Pengakuan pelaku, pelaku baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur korban setahun kemudian setelah kejadian (pembunuhan)," ujarnya.

Dalam kasus itu, polisi mengamankan barang bukti perhiasan berupa anting milik korban, kaus bewarna putih, sebatang kayu panjang 5 cm, bongkahan batu untuk mengecor lubang dan selimut.

"Kami menjerat pelaku pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara," katanya.

Alasan Fitriani Tak Dicari Padahal Lama Menghilang

Selain itu, terungkap alasan keberadaan Fitriani (21) tak ada yang mencari hingga jasadnya ditemukan dalam wujud kerangka dicor di dalam rumah Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

Subagyo (53), kakak ipar SH mengaku tidak kaget mengetahui polisi menetapkan adik iparnya, Suprio Handono sebagai tersangka kasus ini.

Pasalnya, setelah ditemukannya kerangka manusia terkubur dengan kondisi dicor di lantai kamar, sang adik ipar langsung dibawa polisi.

"Saya sebagai kakak ipar, mewakili keluarga (SH) menyerahkan kasus itu kepada hukum yang mengadili. Saya sudah dengar (SH jadi tersangka), tidak kaget, karena sudah curiga (sejak ditemukan kerangka manusia di kamar rumah)," kata Subagyo, Jumat (24/11/2023).

Subagyo merupakan suami dari Arif Indarsah (48), kakak tertua SH.

Sementara SH merupakan anak bungsu dari delapan saudara.

Rumah Subagyo bersebelahan dengan rumah SH yang saat itu menempati rumah warisan orang tua.

Subagyo bercerita, awalnya keluarga SH dan Fitriani baik-baik saja. Sejak pulang ke Blitar, SH dan Fitriani tinggal di rumah milik orang tua.

Sebelumnya, ketika masih bujangan, SH merantau ke Sulawesi Tenggara. Setelah beberapa tahun merantau, SH baru pulang ke Blitar sekitar 2016.

Ketika pulang ke Blitar, SH sudah membawa istri (Fitriani) dan anak laki-laki pertama yang masih bayi belum bisa jalan. Sekarang anak laki-laki pertamanya usia 7 tahun.

Beberapa tahun di rumah, SH dan Fitriani kembali dikarunia anak kedua laki-laki. Sekarang anak keduanya berusia 4 tahun.

Sekarang, kedua anak SH dan Fitriani ikut Subagyo.

"Waktu pulang ke Blitar, orang tua perempuan (SH) masih hidup. Kalau orang tua laki-laki sudah lama meninggal. SH disuruh pulang sekalian untuk merawat orang tua perempuan," ujar Subagyo.

Setelah kembali ke Blitar, SH bertani sambil membuka usaha untuk hidup. SH bersama istri pernah membuka usaha produksi tempe, namun tidak bertahan lama. Terakhir, ia memelihara ayam.

Menurut Subagyo, hubungan keluarga SH dan Fitriani mulai kurang harmonis sejak mereka membuka kafe di Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar sekitar dua tahun lalu.

Istri SH, Fitriani (korban) dikabarkan punya pria idaman lain (PIL) setelah mereka membuka kafe.

Soal itu (korban punya PIL), Subagyo tidak membantah. Karena Subagyo pernah ikut menjadi saksi ketika SH menyerahkan istrinya, Fitriani kepada pria lain asal Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

"Waktu itu saya juga ikut menjadi saksi ketika SH memasrahkan istrinya kepada pria lain. Statusnya (SH dan Fitriani) waktu itu sudah pisah. Itu kurang lebih pada 2021 pas pandemi. SH menyerahkan istrinya ke pria lain," ujarnya.

Sejak diserahkan kepada pria lain, Subagyo sudah tidak pernah melihat istri SH datang ke rumah.

Karena, Subagyo sendiri waktu itu jarang di rumah. Subagyo sering kerja sebagai tukang bangunan di luar kota.

"Kalau soal korban apakah pernah datang lagi ke rumah, itu saya kurang tahu, karena saya sering luar kota. Tapi, saya dengar cerita dari istri dan tetangga pernah melihat korban datang lagi ke rumah SH. Setelah korban hilang itu hilang," katanya.

Baca juga: Sadis, Ternyata Ini Cara SH Habisi Nyawa Fitriani hingga Jasadnya Dikubur dan Dicor di Lantai Kamar

Subagyo juga tidak begitu memperhatikan keberadaan istri SH. Karena, ia mengira setelah SH menyerahkan istrinya ke pria lain, istrinya sudah ikut pria tersebut.

"Istri saya pernah tanya kepada SH istrinya kemana? Dia (SH) bilang ke luar kota, ke Surabaya," ujarnya.

Sekitar dua bulan lalu, SH menjual rumah warisan dari orang tua kepada Sugeng Riyadi, kakak iparnya. Sugeng Riyadi merupakan suami dari Domiratul Qusnah, juga kakak SH.

"Rumahnya dijual kepada Sugeng, itu juga masih ipar. Dijual Rp 105 juta, dibayar tunai," kata Subagyo.

Subagyo tidak tahu alasan SH menjual rumah. Namun, setelah menjual rumah, SH kembali membuka kafe di Wates, Kabupaten Kediri.

"Saya tidak tahu kenapa rumah dijual, entah faktor ekonomi atau mungkin sudah tidak betah tinggal di sini. Pernah bilang, setelah jual rumah mau pergi dari sini (Desa Bacem)," ujarnya.

Kondisi Memilikukan Ayah Fitriani

Belakngan terungkap kondisi keluarga Fitriani serta alasan mengapa keluarganya tak mencari Fitriani.

Melansir dari Tribunews Sultra (grup surya.co.id) kondisi keluarga Fitriani di Konawe Selatan ternyata memilukan.

Kapolsek Konda, Konawe Selatan, Iptu Kartini SJ mengaku prihatin saat akan mengabarkan kondisi FItriani ke keluarganya.

Karena itu, Iptu Kartini mengurungkan niat untuk bertemu dengan bapak Fitriani yang menderita sakit stroke dan jantung.

"Berkaitan dengan keluarga korban, kami sangat prihatin dengan kondisi ortu (bapak) yang saat ini masih terpukul dengan kejadian yang menimpa anaknya," tuturnya dalam rilis yang diterima TribunnewsSultra.com pada Kamis (23/11/2023).

Sehingga, kata Iptu Kartini SJ pihaknya belum sempat menemui orangtua korban.

Baca juga: Isi Chat dan Pesan Terakhir ASN Mahasiswa Asal Medan Tewas Mengenaskan di Kosan Bali Disebut Janggal

Ia menyebut baru bisa bertemu dengan kakak korban saat berada di rumah Kepala Desa Lawoila.

Iptu Kartini SJ tak tega memberikan kabar memilukan terkait kerangka manusia tersebut.

"Sehingga kami pun belum bisa bertemu dengan orang tua korban, kemarin kami hanya bertemu dengan kakak korban di rumah pak Kades Lawoila, karena kami tidak tega untuk memberikan kabar kepada ortu (bapak) korban yang sedang sakit stroke dan jantung," jelasnya.

Pihak keluarga pun juga menyerahkan proses penyidikan sepenuhnya ke pihak kepolisian.

Awal Mula Penemuan Kerangka di Rumah Blitar

Sebelumnya, warga Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar digegerkan penemuan kerangka manusia yang terkubur di kamar sebuah rumah, Selasa (21/11/2023).

Kerangka manusia itu ditemukan oleh pekerja yang sedang merenovasi rumah tersebut.

Rumah itu awalnya milik SH (30) yang sudah dijual kepada kakaknya, D.

Sekitar sebulan lalu, D merenovasi rumah itu.

Selama renovasi ada satu bagian kamar yang posisinya terkunci dan digembok.

Karena sedang direnovasi dan mau dibersihkan, akhirnya pekerja membongkar pintu kamar yang digembok tersebut.

Setelah pintu kamar dibongkar, pekerja menemukan ada cor-coran yang terlihat masih baru dan masih bersih di lantai kamar.

Posisi cor-coran juga lebih tinggi dari pada lantai.

Karena penasaran, pekerja membongkar cor-coran di lantai kamar.

Setelah dibongkar ditemukan tengkorak dan tulang manusia.

Selanjutnya, Polres Blitar Kota dan Polsek Ponggok datang ke lokasi untuk melakukan olah TKP.

Artikel ini diolal dari surabaya.tribunnews.com atau Surya.co.id

Dapatkan Informasi Lainnya di GoogleNews, Klik: Tribun Bengkulu

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved