Viral di Media Sosial

Kisah Pilu 4 Kakak Beradik Hidup Merana di Sinjai, Ayah meninggal dan Ditinggal Sang Ibu Pergi

Keempatnya harus memutar otak bagaimana caranya mendapatkan uang untuk menyambung hidup karena ditinggal orang tua.

|
Editor: Hendrik Budiman
HO TribunBengkulu.com
Empat kakak beradik anak di bawah umur di daerah Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Kisah Pilu 4 Kakak Beradik Hidup Merana di Sinjai, Ayah meninggal dan Ditinggal Sang Ibu Pergi 

TRIBUNBENGKULU.com - Kisah pilu empat kakak beradik anak di bawah umur di daerah Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan yang terpaksa mengarungi hidup mandiri.

Keempatnya harus memutar otak bagaimana caranya mendapatkan uang untuk menyambung hidup karena ditinggal orang tua.

Adapun kakak beradik itu bernama Rika Amalia (17), Mitra (16), Keping (13) dan Hapisa Unna.

Mereka harus menghadapi tantangan ini di usia yang masih sangat muda.

Kehidupan empat bersaudara ini terguncang setelah kepergian ayah mereka pada tahun 2019 akibat sakit.

Tak selang beberapa lama, sang ibu memutuskan untuk memilih meninggalkan mereka usai sang ayah tiada.

Terpaksa, keempat anak ini tinggal bersama nenek mereka, Sitti (57), di rumah mereka yang terletak di Dusun Bonto Manai, Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat.

Namun, situasi semakin rumit ketika nenek mereka harus pergi ke Kota Makassar untuk tinggal bersama kakak kandung mereka, Nadia Sapira (20), yang telah bekerja di sana.

Mereka berlima menjadi terpisah, dengan empat bersaudara tinggal di Sinjai sementara satu lagi di Makassar.

Baca juga: Jangankan Polisi Seperti Kamu Omongan Debt Collector Bikin Aiptu FN Naik Pitam Tembak dan Tusuk DC

Abd Rahman, TKSK Kecamatan Sinjai Barat, memberikan gambaran tentang kondisi keluarga tersebut.

"Mereka lima bersaudara, empat tinggal di Sinjai dan satu di Makassar karena bekerja," ujarnya.

Meskipun dihadapkan pada tantangan besar, keempat bersaudara ini masih tegar dan terus menempuh pendidikan di bangku sekolah.

Rika Amalia kelas 2 Madrasah Aliyah (MA), Mitra kelas MTS, Mitra kelas 6 SD dan Hapisa Unna kelas 1 SD.

“Masih sekolah semua, kakaknya yang kerja di Makassar untuk membiayai adiknya,” ujarnya.

Rika mengurus tiga adiknya di rumahnya.

Setiap hari, Rika memasak makanan untuk ketiga adiknya itu.

Sementara Nadia yang merupakan saudara tertua bekerja di Kota Makassar.

Setiap bulannya ia mengirim uang untuk kebutuhan adiknya di kampung.

“Ada uang setiap bulan yang dikirim oleh kakaknya untuk biaya kehidupan mereka,”katanya.

Abd Rahman mengatakan keluarga ini masuk dalam daftar penerima bantuan.

“Mereka penerima manfaat bantuan Bansos,” katanya.

Meski begitu, mereka hidup dengan segala keterbatasan.

Empat bersaudara yang merupakan warga Desa Gunung Perak, Sinjai Barat usai ditinggal oleh kedua orang tuanya.

Bocah 7 Tahun Gendong Adik ke Sekolah

Kisah pilu lainnya dialami Nuraeni (7) bocah SD di Sinjai yang menggendong adiknya ke sekolah menyita perhatian publik.

Nuraeni mengurus adiknya yang masih balita usai ibunya meninggal dunia setahun lalu.

Nuraeni terpaksa membawa adiknya ke sekolah lantaran tak ada jalan lain.

Adik Nuraeni tak mau diasuh oleh orang lain.

Ia menangis ketika berpisah dengan Nuraeni.

Nuraeni merupakan murid kelas 2 MI Maddako, Desa barania, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Ia terpaksa membawa serta adiknya ke sekolah lantaran sang ibu sudah meninggal setahun lalu.

Momen Nuraeni membawa adiknya ke sekolah itu pun viral, salah satunya diunggah di akun @gerakmenebarkebaikan.

Dalam video yang diunggah, Nuraeni yang duduk di kursi paling depan itu tampak menggendong adiknya yang tertidur.

Sambil menggendong adiknya, Nuraeni tampak tetap fokus menulis.

Foto lain, adik laki-lakinya yang bernama Akbar itu duduk di samping Nuraeni.

Ia tampaknya anteng ikut sekolah bersama dengan kakaknya tersebut.

Dalam keterangan disebutkan ibu Nuraeni meninggal akibat kanker.

Sewaktu ibunya masih hidup, Nuraeni lah yang merawat ibu beserta adiknya.

Nuraeni juga baru aktif sekolah setelah ibunya meninggal.

Dikonfirmasi Tribun-Timur.com, Kepala Desa Barania, Firman mengatakan ibu Nuraeni sudah meninggal sekitar satu tahun lalu.

Adik Nuraeni, bernama Akbar yang terpaksa harus dibawa ke sekolah.

Hal itu karena Akbar selalu menangis saat berpisah dengan Nuraeni.

“Sudah meninggal ibunya, kalau ini anak memang tidak mau pisah sama kakaknya, dia maunya diasuh sama kakaknya,” kata Firman, Selasa (19/3/2024).

Setiap harinya, Nuraeni menempuh jarak 200 meter untuk ke sekolah.

Meski jaraknya terbilang jauh, bocah SD ini tidak pernah mengeluh menggendong adiknya ikut ke sekolah.

Adapun, Nuraeni hidup bersama ayahnya, Sanu, yang bekerja sebagai petani.

Keluarga Nuraeni pun termasuk kategori kurang mampu.

Lebih lanjut, Kades Barania itu juga menyebut tidak sedikit keluarga Nuraeni yang ingin mengasuh adiknya saat ia pergi bersekolah.

Namun Akbar yang menolak dan tidak ingin berpisah dengan kakaknya sejak ibunya meninggal dunia.

“Banyak keluarganya yang bisa mengasuh tapi memang tidak mauki kalau bukan kakanya yang jagaki,” katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunTrends.com

Dapatkan informasi lainnya di GoogleNews: Tribun Bengkulu

Ikuti saluran WA TribunBengkulu.com

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved