Guru Tersangka Gegara Hukum Anak Polisi

TERKUAK Penyebab Luka di Kaki Anak Aipda WH, Guru Supriyani Yakin Bukan Karena Dipukul Sapu 

Ahli dari dokter forensik bernama dr Raja Al Fath Widya Iswara dihadirkan dalam sidang untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya terkait luka korban.

Editor: Rita Lismini
Kompas.com
Foto Guru Supriyani mendatangi Mapolda Sultra. Penyebab Luka di Kaki Anak Aipda WH, Guru Supriyani Yakin Bukan Karena Dipukul Sapu 

TRIBUNBENGKULU.COM - Terkuak penyebab luka di kaki anak Aipda Wibowo Hasyim, Guru Supriyani yakin bukan karena dipukul sapu. 

Padahal luka tersebut menjadi senjata untuk melaporkan guru honorer Supriyani ke Polsek Baito dengan tuduhan penganiayaan terhadap anaknya.

Kini ahli dari dokter forensik bernama dr Raja Al Fath Widya Iswara dihadirkan dalam sidang untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya terkait luka di kaki korban.

Diungkap dr Raja, dua alasan kenapa luka di tubuh korban itu tak mungkin karena dipukul sapu.

Pertama, dr Raja melihat warna luka di tubuh korban itu berwarna coklat kehitaman.

Luka tersebut biasanya disebabkan karena melepuh atau luka bakar.

Selain luka bakar, luka berwarna coklat kehitaman itu biasanya timbul gara-gara adanya gesekan benda kasar.

"Kalau kita lihat luka seperti ini (luka di tubuh korban), ada bagian kulit yang mengelupas dan terangkat jadi ini bisa diakibatkan bukan luka memar, seperti melepuh, melepuh itu karena luka bakar," ungkap dr Raja.

"Kedua karena luka lecet karena dia tergesek, jadi seolah kayak melepuh. Ini fokus pada gesekan sesuatu atau tersenth pada bagian yang kasar sehingga mengakibatkan tergores jadi dia (luka) akan sedikit mengelupas," sambungnya.

Terkait penjelasan tersebut, pengacara Supriyani pun mengurai pertanyaan di persidangan.

Hingga akhirnya, dr Raja menegaskan bahwa luka di tubuh korban tidak mungkin karena dipukul pakai sapu.

"Jadi ini bukan luka pukulan sapu?" tanya pengacara Supriyani.

"Bukan, bukan. Bisa karena gesekan, atau luka bakar karena melepuh seperti itu. Ini kan yang muncul kayak lecet, dikatakan seperti luka bakar tapi dia karena gesekan permukaan kasar," ujar dr Raja.

Lebih lanjut, dr Raja pun menjelaskan fase penyembuhan luka bakar atau luka lecet.

Gejala itulah yang jadi alasan kedua dr Raja yakin luka korban bukan gara-gara dipukul sapu.

"(Fase penyembuhan) 'itu dari merah, merah kecoklatan, coklat kehitaman, hitamnya menjadi jelas, ada pengelupasan, kembali (Warna kulit) ke awal," pungkas dr Raja.

"Kalau ini kan kita lihat merah mau kecoklatan, jadi sekitar dua sampai tiga hari saja (terjadinya luka). Ini warnanya masih kecoklatan, bisa tiga hari, lalu warnanya menjadi semakin gelap," sambungnya.

Dengan kata lain, dr Raja meyakini bahwa luka di tubuh korban itu disebabkan karena luka lecet, bukan karena dipukul sapu.

"Misal contoh dia dipukul hari Sabtu satu kali tidak terlalu keras, bisa enggak dia menimbulkan luka-luka kayak begitu tuh ada beberapa luka?" tanya pengacara Supriyani.

"Tidak, tidak. Dengan sapu yang kayak begini? tidak. Pertama, sapunya tidak mungkin jadi luka lecet, pasti luka memar. Kedua, ini (foto luka korban) luka lecet. Kalau luka lecet berarti rusaknya luar biasa lagi. Kalau memar hanya pecah pembuluh darah. Luka lecet itu terjadi pengrusakan, kulit arinya mengelupas," kata dr Raja.

Sementara itu, pihak Supriyani memang sengaja menghadirkan dokter forensik sebagai saksi ahli, untuk mengetahui secara pasti penyebab luka korban.

Pasalnya, pihak Supriyani meyakini korban terluka bukan karena dipukul menggunakan sapu.

"Karena kami menduga luka (korban) disebabkan penyebab lain," ucap kuasa hukum Supriyani, Andri Darmawan.

Sebelumnya, pihak Supriyani juga telah menghadirkan dua saksi ahli, yaitu mantan Kabareskrim Polri, Susno Duadji, dan ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel.

Lika Liku Kasus Guru Supriyani

Perjuangan Supriyani, seorang guru honorer di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, terus menjadi sorotan publik. 

Supriyani dituduh melakukan penganiayaan terhadap anak dari anggota kepolisian, Aipda WH, dan sempat ditahan. 

Bahkan baru-baru ini, Supriyani memutuskan mencabut kesepakatan damai yang sebelumnya difasilitasi oleh Bupati Konawe Selatan, Surunuddin Dangga. 

Alasan Supriyani adalah merasa tertekan dan tidak memahami isi perjanjian yang ditandatanganinya.

"Saya dalam kondisi tertekan dan terpaksa serta tidak mengetahui isi dan maksud dari surat kesepakatan damai tersebut," jelas Supriyani dalam surat pernyataannya yang disampaikan kepada Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum.

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved