Berita Bengkulu Utara

Takir Plontang, Tradisi Warga Tebing Kaning Bengkulu Utara Sambut Tahun Baru Islam

Dalam menyambut 1 muharam 1447 Hijriah masyarakat Desa Tebing Kaning, Kabupaten Bengkulu Utara gelar tradisi takir plontang pada Kamis (26/6/2025).

Penulis: Bima Kurniawan | Editor: Ricky Jenihansen
M Bima Kurniawan/TribunBengkulu.com
TAKIR PLONTANG - Tradisi takir plontang masyarakat Desa Tebing Kaning pada Kamis (26/6/2025). Tradisi turun-temurun ini digelar sebagai bentuk syukur dan doa bersama menyongsong tahun baru Islam. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, M. Bima Kurniawan  

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU UTARA - Warga Desa Tebing Kaning, Kabupaten Bengkulu Utara, kembali menggelar tradisi Takir Plontang untuk menyambut 1 Muharam 1447 Hijriah. 

Tradisi turun-temurun ini digelar dengan penuh khidmat di pinggir jalan desa pada Kamis (26/6/2025) sore, sebagai bentuk syukur dan doa bersama menyongsong tahun baru Islam.

Tradisi ini dilaksanakan warga di pinggir jalan desa sekitar pukul 17.00 WIB, dan menjadi kegiatan rutin tahunan yang selalu dinanti.

Ketua Adat Desa Tebing Kaning, Daud (85), menjelaskan bahwa tradisi Takir Plontang merupakan agenda tahunan yang digelar masyarakat dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam.

"Kegiatan ini menyambut tahun baru satu Muharam atau satu Suro yang setiap tahun kita peringati," ujar Daud.

Ia melanjutkan, tradisi ini telah dilakukan secara turun-temurun sejak tahun 1933.

"Dari tahun 1933 ini terus dilaksanakan rutin setiap tahunnya," kata Daud, yang merupakan generasi ketiga yang dipercaya memimpin pelaksanaan tradisi tersebut.

Daud menjelaskan, istilah Takir Plontang merujuk pada wadah dari daun pisang yang dihias dengan daun kelapa.

"Jadi yang disebut takir itu wadah daunnya ini, dihias dengan lilitan daun kelapa kuning. Itulah sebutannya Takir Plontang," jelasnya.

Dalam pelaksanaan tradisi, setiap keluarga membawa makanan yang dimasak dari rumah masing-masing, lalu diletakkan di dalam takir sesuai jumlah anggota keluarga.

"Iya, dimasak dan dibawa dari rumah masing-masing sesuai jumlah keluarga di rumah. Misalkan ada 5 orang, bawanya 6–7 takir," terang Daud.

Berdasarkan pantauan TribunBengkulu.com, ribuan masyarakat tampak antusias hadir dalam tradisi tersebut.

Makna yang terkandung dalam tradisi Takir Plontang adalah memperkuat rasa kebersamaan, kekerabatan, dan kekeluargaan antarmasyarakat.

"Maknanya memperkuat kebersamaan, kekerabatan, dan kekeluargaan antar sesama masyarakat," jelas Daud.

Selain itu, tradisi ini juga diiringi dengan doa bersama, memohon keselamatan serta keberkahan bagi seluruh warga.

"Selamatan dan doa bersama masyarakatnya, semoga petaninya mendapatkan hasil yang melimpah serta pegawainya sukses," tutup Daud.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved