Diplomat Muda Tewas

Tak Logis! Mantan Dubes RI Bongkar Kejanggalan Kematian Arya Daru, Bukti Penting Disembunyikan?

Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal yang tak yakin Arya Daru meninggal dunia karena bunuh diri.

Editor: Hendrik Budiman
Ig ddaru chee
DIPLOMAT KEMENLU TEWAS - Potret Arya Daru Pangayunan diplomat dan TKP di indekos di Gondangria, Jakarta Pusat. Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal yang tak yakin Arya Daru meninggal dunia karena bunuh diri. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Kematian diplomat muda Arya Daru Pangayunan bukan sekadar tragedi biasa, masih menyimpan teka-teki yang belum terpecahkan. 

Di balik wajah yang dililit lakban dan ponsel yang raib tanpa jejak, muncul dugaan bahwa ada petunjuk penting yang sengaja disembunyikan oleh penyidik.

Dari pesan misterius yang salah kirim hingga barang bukti yang tak pernah dipublikasikan? 

Benang kusut dari kasus yang mengguncang Kementerian Luar Negeri dan membuka kemungkinan bahwa kebenaran belum sepenuhnya terungkap.

Keluarga hingga publik mendesak penyelidikan yang lebih komprehensif lantaran masih banyak tanda tanya di balik kematian Arya Daru yang belum terungkap.

Salah satunya Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal yang tak yakin Arya Daru meninggal dunia karena bunuh diri.

Baca juga: Terbaru! Keluarga Diplomat Arya Daru Dikirim Surat Misterius, Ada 3 Simbol Mengejutkan 

Menurutnya, terlalu banyak kejanggalan yang membuat teori bunuh diri ini tidak logis.

Pertama handphone Arya Daru yang hilang mencurigakan, apalagi sampai sekarang tak kunjung ditemukan.

“Kalau ada orang mau bunuh diri, biasanya dia tidak akan melepas HP karena dia akan mengecek seluruh hal-hal yang ada di dalam HP itu," ucapnya.

Kemudian, rekaman CCTV yang tidak utuh di lokasi kejadian memperkuat dugaan adanya tindakan yang direncanakan.

"Ini menimbulkan kesan bahwa ini suatu pembunuhan yang direncanakan secara rapi," ucapnya.

Alasan lain, Arya Daru akan ditugaskan ke Finlandia, dimana tugas tersebut menjadi momen yang dinantikan para diplomat.

Sehingga tak logis baginya untuk mengakhiri hidup, padahal tugas impian ada di depan mata.

"Jadi psikologi ini sangat tidak cocok dengan orang yang mengalami depresi hingga bunuh diri,” katanya.

Disisi lain, Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2011–2015, Bambang Widjojanto juga mempertanyakan kasus ini.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved