Berita Viral

Dalih Keluarga Pasien Paksa Buka Masker-Maki Dokter, Bayar Kamar VIP seperti BPJS

Kejadian ini melibatkan dr. Syahpri Putra Wangsa, dokter spesialis ginjal di RSUD Sekayu, yang dimarahi-dipaksa membuka masker oleh keluarga pasien

Editor: Hendrik Budiman
Ist
PAKSA DOKTER BUKA MASKER - Seorang dokter di RSUD Sekayu dimarahi dan dipaksa membuka masker oleh keluarga pasien VIP. Kejadian itu viral di media sosial. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Terkuak alasan keluarga pasien paksa buka masker hingga caci maki dokter, sebut bayar kamar VIP seperti BPJS.

Kejadian ini melibatkan dr. Syahpri Putra Wangsa, dokter spesialis ginjal di RSUD Sekayu, yang dimarahi dan dipaksa membuka masker oleh keluarga pasien karena merasa pelayanan VIP tidak sebanding dengan biaya

Pihak keluarga pasien, yang diwakili oleh Ismet Syaputra, akhirnya angkat bicara dan memberikan klarifikasi.

Ismet menyampaikan rasa kecewanya karena ibunya, yang tengah dirawat di RSUD Sekayu, harus menunggu hingga empat hari sebelum mendapatkan penanganan dari dokter, meskipun sudah ditempatkan di ruang VIP dengan harapan mendapat pelayanan yang lebih cepat.

“Kami datang hari Jumat, rujukan dari Klinik Smart Medica. Ibu saya dirawat karena diabetes komplikasi. Kondisinya membaik, sadar, demam turun, gula darah stabil setelah dirawat di RSUD Sekayu. Tapi kami diminta menunggu dokter sampai hari Selasa,” ujar Ismet, Rabu (13/8/2025).

Menurutnya, pelayanan yang diberikan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Ingin pelayanan VIP yang diterima sama seperti pelayanan BPJS. 

Baca juga: Klarifikasi Dokter Syahpri Usai Keluarga Pasien Protes Bayar VIP Seperti BPJS: Sudah Sesuai SOP 

“Kami memilih pelayanan umum atau VIP karena ingin pelayanan maksimal. Kalau dokter tidak ada saat akhir pekan, apa bedanya dengan BPJS. Sedangkan VIP saja seperti ini,” ungkapnya.

Kekecewaan Ismet bertambah ketika mengetahui hasil pemeriksaan dahak ibunya yang ia klaim sudah tersedia sejak Sabtu, namun baru dicek pada Selasa.

Saat menanyakan tindak lanjut perawatan, ia mengaku hanya mendapat jawaban untuk bersabar.

“Bagaimana saya bisa bersabar melihat ibu saya terbaring sakit. Saya tersulut emosi dan meminta dokter melepas masker untuk memastikan beliau benar dokter atau bukan,” ungkap Ismet.

Ismet menilai, pengalaman ini menjadi catatan penting bagi pihak rumah sakit agar pasien VIP benar-benar mendapat pelayanan sesuai harapan. 

"Kalau statusnya VIP, mestinya penanganan dan fasilitasnya juga maksimal, bukan malah menunggu berhari-hari,” ungkapnya.

Sementara itu, dr Syahpri, mengatakan situasi mulai memanas saat ia hendak memasuki ruangan perawatan. 

"Perawat menyampaikan kepada saya keluarga pasien emosi. Perawat yang bertugas memberi tahu bahwa keluarga pasien sedang marah-marah. Saat itu saya minta perawat siaga,” ujarnya.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved