Pembunuhan di Curup

Wawancara Eksklusif Orang Tua Resma Reta, Gadis Curup Bengkulu yang Tewas Tragis, Kasus Kini Buntu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ORANG TUA RESMA RETA - Foto orang tua Resma Reta saat diwawancarai TribunBengkulu.com, Senin (18/8/2025) siang. Wawancara Eksklusif: Orang tua Resma Reta ungkap kesedihan dan sosok misterius di balik kasus pembunuhan putri mereka di Curup Bengkulu.

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi

TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG – Sudah lebih dari dua bulan sejak kematian tragis Resma Reta (23), gadis asal Dwi Tunggal, Curup, Bengkulu, namun misteri siapa pelaku yang tega menghabisi nyawanya belum juga terungkap.

Kasus kematian Reta pada 10 Juni 2025 itu masih menyisakan tanda tanya besar sekaligus meninggalkan luka mendalam bagi keluarganya.

Dalam wawancara eksklusif bersama TribunBengkulu.com, kedua orangtua Reta, Mungil dan Eli, tak kuasa menahan air mata saat mengenang putri bungsu mereka. 

Keduanya berharap aparat penegak hukum segera menemukan titik terang kasus ini.

Wajah mereka tampak masih diliputi kesedihan.

Sesekali air mata jatuh ketika mengenang sosok putri bungsu yang sangat mereka cintai.

Baca juga: Breaking News: Perempuan Muda Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Curup Rejang Lebong Bengkulu

Berikut petikan wawancara eksklusif bersama Mungil dan Eli:

Bagaimana kondisi Bapak/Ibu dan keluarga saat ini setelah lebih dari dua bulan kehilangan almarhumah Resma?

Sambil terisak, Eli mengungkapkan betapa beratnya kehilangan seorang anak.

Bukan karena sakit, bukan pula karena kecelakaan, melainkan dihabisi oleh orang yang tak bertanggung jawab.

Padahal, Reta dikenal sebagai pribadi yang baik dan tidak pernah membuat masalah.

“Kehilangan anak itu rasanya sakit sekali. Apalagi kejadiannya seperti ini, mendadak dan sangat tragis. Sudah dua bulan lebih, tapi kasusnya belum juga jelas siapa pelakunya,” ucap Eli dengan suara parau.

Bisa Bapak/Ibu ceritakan sedikit tentang sosok Resma semasa hidupnya, seperti apa dia di mata keluarga?

Mungil, sang ayah, menjelaskan bahwa Reta merupakan harapan keluarga.

Sejak kecil, ia dikenal rajin, religius, dan sangat menyayangi orang tuanya. 

Meski begitu, ia cenderung tertutup dalam urusan asmara.

Setelah menamatkan pendidikan di Universitas Bengkulu, Reta bercita-cita membanggakan keluarga. 

Saat berada di rumah, ia kerap menunjukkan sikap manja kepada orang tua.

“Anak kami ini tidak pernah melawan, tidak pernah menyakiti kami. Dia anak yang baik. Kehilangan ini benar-benar menghancurkan hati kami,” katanya sembari mengenang sosok Reta.

Apa yang paling Bapak/Ibu ingat pada hari pertama mendengar kabar anak Bapak/Ibu meninggal dengan cara tragis seperti ini?

Mereka mengaku masih sangat ingat bagaimana pertama kali menerima kabar tersebut.

Awalnya, keluarga hanya diberitahu bahwa Reta mengalami luka akibat terjatuh. 

Namun, saat tiba di rumah, suasana sudah ramai dan mereka baru mengetahui kenyataan pahit: sang buah hati telah tiada, dihabisi dengan cara yang tak manusiawi.

Kedua orang tua bahkan tak sempat melihat kondisi anaknya saat itu. 

Mereka datang terlambat karena mengalami kendala pada sepeda motor, sehingga meminta kakak Reta untuk pulang lebih dahulu.

Saat itu, mereka hanya mendapat kabar bahwa Reta mengalami luka dan tidak sadarkan diri akibat kecelakaan terjatuh.

“Kami bahkan tidak sempat melihat kondisi aslinya. Pas kami datang, anak kami sudah dibawa ke rumah sakit. Kami baru melihatnya ketika sudah dijahit dan hendak dimandikan. Hancur rasanya hati ini melihatnya saat itu,” kenang Eli sembari mengusap air mata.

Setelah kejadian, apa langkah pertama yang keluarga lakukan?

Sejak awal kejadian, pihak keluarga langsung melaporkan kasus ini ke Polres Rejang Lebong. Namun, menurut mereka, hingga kini perkembangan penyelidikan masih minim.

“Tentunya kami melaporkan langsung ke Polres Rejang Lebong dengan membuat laporan resmi,” jelas Mungil dan Eli.

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setiap kali mengingat kasus ini belum juga menemukan titik terang?

Keluarga mengaku kecewa sekaligus sedih, karena hingga kini baik pelaku maupun motif pembunuhan Reta belum terungkap.

“Sudah bolak-balik kami ke Polres, tapi yang kami dengar baru sebatas pemeriksaan saksi. Tidak ada perkembangan lain. Kami jadi bingung, takut kasus ini seperti dibiarkan,” ujar Eli dengan nada kecewa.

Keluarga disebut sudah beberapa kali mendatangi Polres Rejang Lebong. Bisa diceritakan, apa saja yang disampaikan dan bagaimana tanggapan pihak kepolisian?

Mungil dan Eli membenarkan hal tersebut. Mereka sudah berulang kali menemui penyidik untuk menanyakan perkembangan kasus pembunuhan anaknya.

Sayangnya, penyidik hanya menyampaikan jumlah saksi yang diperiksa serta menjelaskan bahwa kasus masih dalam tahap penyelidikan.

“Iya begitu, hanya sebatas penyidik masih terus bekerja, kemudian total saksi dan alat bukti yang minim. Sampai sekarang belum ada informasi pasti yang kami dapatkan,” jelasnya.

Apa harapan Bapak/Ibu setiap kali datang ke Mapolres? Ketika selalu mendapat jawaban sama bahwa kasus masih dalam pengembangan, bagaimana perasaan keluarga?

Mungil dan Eli mengaku setiap kali datang ke Mapolres, mereka selalu berharap ada kabar baru mengenai penyelidikan.
Namun, yang mereka terima justru hanya informasi seputar jumlah saksi atau keterangan umum yang terasa tidak pasti.

Meskipun kecewa dan terkadang patah semangat, keluarga tetap berharap polisi benar-benar serius mengusut kasus ini.

“Kami masih percaya polisi bekerja. Tapi jangan sampai kasus ini berhenti di tengah jalan. Ini soal nyawa, soal keadilan untuk anak kami,” tegasnya.

Saat ini sudah lebih dari dua bulan. Apa harapan terbesar Bapak/Ibu kepada pihak kepolisian dan aparat penegak hukum? Jika kasus ini berlarut-larut, apa yang paling dikhawatirkan keluarga?

Meski kecewa dengan minimnya perkembangan, keluarga masih menyimpan harapan besar kepada aparat penegak hukum.
Mereka ingin kasus ini segera menemukan titik terang, pelaku ditangkap, dan motif pembunuhan terbongkar.

“Harapan kami, ada bukti kuat, ada petunjuk jelas. Jangan sampai kasus ini mengambang. Kami ingin pelakunya benar-benar dikejar sampai dapat. Jangan berhenti sampai di sini,” harap kedua orangtua Reta.

Namun, keluarga khawatir bila kasus ini tidak segera diselesaikan, maka akan lenyap begitu saja dan keadilan untuk korban tidak pernah terwujud.

“Takut kami dan khawatir kasus ini distop. Kalau begitu, keadilan untuk anak kami tidak akan pernah kami dapat. Kami tidak ikhlas kalau pelakunya tidak terungkap,” kata Eli penuh harap.

Apa yang Bapak/Ibu ingin sampaikan kepada pelaku yang hingga kini belum tertangkap?

Melalui TribunBengkulu.com, keluarga menyampaikan pesan tegas kepada pelaku. Mereka meminta agar pelaku bertanggung jawab dan menyerahkan diri.

“Kami minta tolong, bertanggung jawablah. Serahkan diri. Kami tidak akan main tangan, tapi kami ingin tahu apa maksudnya sampai tega menghabisi nyawa anak kami. Kalau tidak di dunia, Allah yang akan membalas,” ujar Eli dengan suara bergetar.

Mungil menambahkan, pihak keluarga tidak akan berhenti menuntut keadilan.

“Kami akan terus berjuang. Ini bukan hanya soal kehilangan, tapi soal kebenaran yang harus ditegakkan,” tegasnya.

Pesan apa yang ingin Bapak/Ibu sampaikan kepada masyarakat luas yang mengikuti kasus ini?

Selain kepada aparat penegak hukum, keluarga juga mengajak masyarakat luas untuk turut membantu, baik dengan doa maupun informasi. Sekecil apa pun informasi, bisa menjadi jalan untuk mengungkap kasus ini.

Mereka berharap masyarakat ikut mengawal kasus ini agar tidak dilupakan atau diabaikan oleh pihak kepolisian.

“Siapa tahu ada yang melihat atau tahu sesuatu, jangan takut melapor. Tolong bantu kami. Kami percaya banyak orang baik yang mau membantu, demi keadilan anak kami,” pungkas Eli.

Terakhir, apa doa dan harapan Bapak/Ibu terkait kasus ini?

Mungil dan Eli, bersama keluarga besar, berharap agar Reta bisa beristirahat dengan tenang. Doa terus mereka kirimkan untuk almarhumah.

Mereka juga berharap pelaku pembunuhan segera ditangkap dan diadili seadil-adilnya.

Wawancara Tambahan

Selain itu, wartawan TribunBengkulu.com juga menanyakan sejumlah hal lain, termasuk kecurigaan keluarga. 

Menurut mereka, pelaku kemungkinan besar adalah orang yang dikenal korban.

“Tidak mungkin Reta membuka pintu untuk orang asing. Bahkan terhadap saudara yang tidak terlalu dekat, dia sering enggan membukakan pintu,” ujar Eli.

Karena itu, keluarga menduga pelaku bisa saja teman atau kenalan Reta sendiri. 

Namun, mereka heran penyidik belum menelusuri hal itu lebih dalam, melainkan lebih banyak memeriksa teman-teman kakaknya.

Ada pula sejumlah kejanggalan yang membuat keluarga semakin curiga. 

Dari rekaman CCTV, terlihat sosok mencurigakan bolak-balik di sekitar rumah korban. 

Orang itu bahkan diduga memakai celana milik kakak Reta yang hilang.

Sayangnya, rekaman tersebut buram sehingga wajah maupun nomor kendaraan tidak terlihat jelas. 

Terlihat pula perbedaan celana yang dikenakan saat datang dan saat pergi.

“Iya, tapi kakaknya juga tidak kenal siapa orang itu. Rekaman CCTV ada di beberapa titik, tapi memang tidak jelas,” lanjut Eli.

Kejanggalan lain terjadi di makam Reta. Suatu ketika, seorang pria tak dikenal terlihat mondar-mandir di sekitar makam.

“Ada orang yang seperti mencari sesuatu di makam. Saat ditanya pak imam masjid, dia langsung lari. Beberapa hari kemudian, makam anak kami sempat ditemukan berlubang. Pria itu pun terlihat lagi. Itu sudah kami laporkan ke polisi, tapi belum ada kabar,” ungkap Mungil.

Selain itu, keluarga juga menemukan percakapan terakhir Reta yang dianggap janggal. 

Dalam pesan singkat, Reta menulis kepada seseorang dengan kalimat, “Ado abang samo kawan-kawannyo.”

Padahal, selama ini Reta tidak pernah menyebut kakaknya dengan panggilan “abang”, melainkan selalu “kakak”.

Baca Berita TribunBengkulu.com Lainnya di Google News