Game Roblox

Anak Kecanduan Roblox? Begini Cara Bijak Orang Tua Mengatasi Anak yang Bermain Game Online

Penulis: Dwi Wulandari
Editor: Rita Lismini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi game roblox yang sedang ramai digemari oleh kalangan anak-anak, ini ternyata bahayanya dan orang tua harus tahu.

TRIBUNBENGKULU.COM – Roblox kini menjadi salah satu gim daring yang paling digemari anak-anak Indonesia. 

Platform ini unik karena tidak hanya menyediakan ribuan mini games gratis, tetapi juga memungkinkan pemain untuk menciptakan dunia virtual sendiri. Di satu sisi, Roblox dapat melatih kreativitas, kerja sama, hingga kemampuan berpikir kritis anak. 

Namun di sisi lain, jika tidak ada pendampingan, gim ini bisa memicu masalah seperti kecanduan, kurangnya interaksi sosial di dunia nyata, hingga risiko anak terpapar konten yang tidak sesuai usianya.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua. Banyak yang bertanya-tanya: Apakah Roblox berbahaya? Apakah lebih baik dilarang? Faktanya, para pakar sepakat bahwa solusi bukanlah melarang total atau mendukung pemblokiran, melainkan mendampingi anak dengan pengawasan yang tepat.

1. Gunakan Fitur Parental Control yang Disediakan Roblox

Roblox sebenarnya sudah menyiapkan berbagai fitur keamanan untuk pengguna anak-anak. 

Akun yang didaftarkan dengan usia di bawah 13 tahun otomatis memiliki filter ketat, seperti larangan mengakses ruang obrolan suara (voice chat), pembatasan daftar teman, hingga pemblokiran kata-kata tertentu di chat.

Orang tua dapat masuk ke menu Parental Control untuk menambahkan lapisan keamanan ekstra. 

Misalnya, mengatur siapa saja yang boleh menghubungi anak, membatasi siapa yang bisa ikut dalam permainan, hingga menonaktifkan opsi tertentu agar anak tidak sembarangan menerima ajakan bermain dari orang asing.

Dengan begitu, anak tetap bisa bermain dengan aman tanpa terpapar interaksi berisiko.

2. Atur Waktu Bermain agar Tidak Berlebihan

Kecanduan gim seringkali berawal dari waktu bermain yang tidak terkontrol. Jika anak dibiarkan bermain seharian tanpa aturan, bukan hanya prestasi sekolah yang terganggu, tapi juga kesehatan fisik dan mentalnya.

Terapkan jadwal harian yang jelas. Misalnya, anak hanya boleh bermain setelah menyelesaikan tugas sekolah atau kegiatan rumah. Durasi bermain pun sebaiknya dibatasi, idealnya 1–2 jam per hari. 

Orang tua juga bisa memanfaatkan fitur screen time pada smartphone untuk mengingatkan kapan anak harus berhenti bermain.

Membiasakan anak pada disiplin waktu akan melatih mereka untuk bertanggung jawab terhadap penggunaan teknologi sejak dini.

3. Dampingi dan Ikut Terlibat dalam Permainan

Daripada hanya melarang atau membiarkan, orang tua bisa mencoba ikut terlibat dalam aktivitas bermain. Dengan cara ini, orang tua tidak hanya memahami gim apa yang dimainkan anak, tetapi juga bisa menjalin kedekatan emosional.

Cobalah sesekali bermain bersama anak atau duduk menemani mereka. Dari situ, orang tua bisa mengetahui konten apa yang muncul, siapa saja teman interaksi anak, dan bagaimana cara anak berkomunikasi di dunia digital.

Halaman
12