Keracunan Massal di Lebong

Orang Tua di Kepahiang Khawatir Kualitas Makanan MBG Usai Keracunan Massal di Lebong Bengkulu

Orang tua di Kepahiang cemas soal kualitas makanan MBG usai kasus keracunan massal di Lebong.

|
Penulis: Romi Juniandra | Editor: Ricky Jenihansen
Romi Juniandra/TribunBengkulu.com
MBG KEPAHIANG - Riki, salah satu orang tua murid di Kepahiang, Bengkulu, Jumat (29/8/2025). Ia khawatir kasus keracunan MBG di Lebong terjadi juga di Kepahiang. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Romi Juniandra

TRIBUNBENGKULU.COM, KEPAHIANG - Kasus keracunan massal makanan bergizi gratis (MBG) di Lebong membuat sejumlah orang tua di Kepahiang mulai khawatir terhadap kualitas makanan serupa yang disajikan di sekolah anak-anak mereka.

Kekhawatiran itu muncul setelah sebagian siswa mengaku kerap menerima makanan dengan cita rasa kurang layak, hingga lauk yang belum matang sempurna.

Salah satu orang tua siswa di Kepahiang, Riki, warga Pasar Ujung, menyampaikan kegelisahannya.

Saat ditemui TribunBengkulu.com di SDN 02 Kepahiang pada Jumat (29/8/2025) siang, Riki tengah menunggu anaknya pulang sekolah. 

Tak lama kemudian, sang anak menghampiri dan diantarkan pulang sebelum Riki kembali melanjutkan pekerjaan.

Riki mengatakan anaknya sudah mendapatkan makanan bergizi gratis (MBG) yang diberikan setiap hari di sekolah. 

Namun, setelah adanya kasus keracunan MBG di Lebong, ia mengaku semakin khawatir dan waswas.

Apalagi, sang anak sempat beberapa kali menceritakan makanan yang diterima tidak begitu layak, seperti hambar dan daging ayam yang masih terdapat darah.

"Kalau dibilang takut dan khawatir, iya takut juga. Kasihan anak-anak, kasihan orang tua dan guru," kata Riki kepada TribunBengkulu.com, Jumat (29/8/2025) pukul 11.35 WIB.

Riki berharap penyedia makanan benar-benar memperhatikan kualitas, gizi, dan kebersihan makanan yang diberikan.

Dia juga berharap kejadian yang menimpa siswa di Lebong tidak terulang di daerah lain, termasuk di Kepahiang.

"Tolong perhatikan makanan yang diberikan ke anak kita. Harus bersih, sehat, dan matang. Juga harus enak," ujar Riki.

Sementara itu, sang anak, Elsa, mengatakan biasanya mereka menerima makanan setelah jam pertama selesai.

Menurutnya, porsi makanan tidak terlalu banyak, dan terkadang kualitasnya kurang layak.

"Pernah ada nasi kuning tidak ada rasa. Ada juga dapat ayam, tapi masih ada darahnya," ungkap Elsa.

Korban Terus Bertambah

Sebelumnya diberitakan, ratusan siswa hingga guru di Kabupaten Lebong, Bengkulu, diduga mengalami keracunan massal usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (27/8/2025) siang.

Hingga Kamis (28/8/2025), jumlah korban terus bertambah. Data terbaru mencatat sudah ada 456 orang yang mengalami gejala keracunan, terdiri dari siswa hingga guru.

Kapolres Lebong, AKBP Agoeng Ramadhani, melalui Kasubsi PIDM Humas Aipda Syaiful Anwar, membenarkan adanya penambahan jumlah korban.

“Betul, kembali bertambah, sekarang sudah 456 orang totalnya, itu dari guru hingga siswa,” ujar Syaiful.

Berdasarkan data, rincian korban adalah 119 orang dirawat inap, 328 orang rawat jalan, dan 9 orang menjalani rawat mandiri di rumah.

Sebagian besar korban mendapatkan penanganan di RSUD Lebong, dengan jumlah 379 siswa dan 3 guru.

Mereka tersebar di berbagai ruang perawatan, yakni:

-Ruang Aula: 27 pasien anak

-Ruang PICU: 74 anak

-Ruang NICU: 1 anak

-Ruang Radiologi: 7 anak

-Ruang UGD: 10 anak

-Rawat jalan: 263 pasien yang sudah dipulangkan

Selain di RSUD Lebong, perawatan juga dilakukan di sejumlah puskesmas:

-Puskesmas Muara Aman, Kecamatan Lebong Utara: 3 anak dirawat jalan, seluruhnya sudah pulang

-Puskesmas Semelako, Kecamatan Lebong Tengah: 41 anak, terdiri dari 27 anak rawat jalan yang sudah pulang dan 14 anak hanya mengambil obat

-Puskesmas Lemeupit, Kecamatan Lebong Sakti: 3 anak dirawat jalan

-Puskesmas Talang Leak, Kecamatan Bingin Kuning: 17 anak rawat jalan

-Puskesmas Suka Raja, Kecamatan Amen: 1 guru menjalani rawat jalan

Dengan demikian, total korban dugaan keracunan massal akibat MBG di Lebong telah mencapai 456 orang dan masih dalam pemantauan kepolisian serta Dinas Kesehatan setempat.

“Karena ada yang memang sebelumnya tidak dibawa ke RS, tetapi karena muncul gejala kemudian dibawa ke RSUD maupun faskes lainnya, sehingga totalnya bertambah,” tutup Syaiful.

Polisi Segel Dapur Umum

Sementara itu, polisi telah menyegel dapur umum program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Lebong, Bengkulu, setelah ratusan siswa dan guru diduga mengalami keracunan massal usai menyantap makanan pada Rabu (27/8/2025).

Sedikitnya 427 orang, terdiri atas siswa TK hingga SMP serta sejumlah guru, mengalami gejala mual hingga muntah setelah menyantap makanan dari program tersebut.

Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kejadian itu.

Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Mardiyono menegaskan pihaknya langsung turun tangan menyikapi peristiwa ini dan memastikan penanganan akan dilakukan secara maksimal.

Polres Lebong telah menyegel dapur umum MBG yang menjadi sumber makanan. 

Ketua dapur sementara ini juga telah diamankan oleh penyidik untuk dimintai keterangan.

“Ya, dapur umum MBG sudah disegel, ketua dapurnya juga telah diamankan sementara, kita nanti kita tunggu hasilnya,” ujar Kapolda, Kamis (28/8/2025).

Kapolres Lebong AKBP Agoeng Ramadhani, melalui Kasubsi PIDM Humas Aipda Syaiful Anwar, juga membenarkan informasi tersebut.

Menurutnya, penutupan dapur MBG dilakukan untuk kepentingan penyelidikan hingga penyebab pasti dugaan keracunan dapat dipastikan. 

Pihak dapur MBG juga ada yang diamankan untuk diperiksa.

“Untuk ketua dapur MBG diamankan sementara di Polres Lebong. Tujuannya untuk dimintai keterangan, sementara dapur ditutup sampai proses penyelidikan selesai,” jelas Aipda Syaiful.

Menu Makanan

Untuk diketahui, menu MBG yang dibagikan saat itu terdiri dari satu buah jeruk, mie tepung, empat pentol bakso, tahu goreng, serta sayur tumis jagung.

Makanan tersebut diketahui dimasak pada malam sebelumnya di dapur MBG Desa Lemeupit, Kecamatan Lebong Sakti, kemudian dibagikan kepada siswa pada siang harinya.

Tak lama setelah menyantap makanan itu, para siswa mulai jatuh sakit secara bersamaan. Siswa TK hingga SD langsung menunjukkan gejala keracunan, sedangkan siswa SMP dan guru mulai merasakan gejala sejak sore harinya.

Ada pula sejumlah siswa yang tidak mengalami keracunan. Mereka memilih tidak memakan makanan tersebut karena tercium bau yang aneh.

Hingga saat ini, pihak dapur MBG maupun SPPG belum dapat dimintai keterangan. Informasi yang diperoleh menyebutkan ketua dapur MBG sudah diamankan Polres Lebong untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lebong, Fakhrurrozi, menegaskan pelaksanaan MBG tidak pernah melalui koordinasi dengan Disdikbud maupun Pemerintah Kabupaten Lebong.

Bahkan, pihaknya tidak mengetahui jadwal pembagian makanan MBG di sekolah-sekolah, termasuk menu yang akan dibagikan.

"Iya, tidak pernah dikoordinasikan dengan pihak Disdikbud. Kami bahkan tidak tahu ada jadwal pembagian MBG ke sekolah-sekolah, termasuk menunya juga," ujar Fakhrurrozi.

Sampel Diuji Laboratorium

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebong, Rachman, mengatakan pihaknya telah menurunkan tim khusus untuk menyelidiki penyebab keracunan tersebut.

Semua sampel makanan dari dapur MBG telah diamankan dan kini tengah diperiksa di laboratorium.

“Sudah, sampel telah kita ambil. Sekarang masih diperiksa di laboratorium,” ungkap Rachman kepada TribunBengkulu.com.

Ia menjelaskan, berdasarkan diagnosa sementara, para siswa mengalami intoksikasi makanan atau keracunan makanan.

Meski demikian, untuk memastikan penyebab pastinya, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium.

“Apakah karena sudah basi atau tidak higienis atau seperti apa. Kita tunggu hasil labnya dulu, nanti baru bisa kita ketahui penyebab keracunannya,” tambah Rachman.

Sementara itu, salah satu orangtua siswa yang enggan disebutkan namanya mengaku sempat curiga dengan makanan yang dibagikan hari ini.

Ia menyebut aroma hidangan tersebut terasa tidak sedap. Beruntung, anaknya tidak sempat memakannya karena mencium bau yang kurang enak.

“Anak saya untungnya tidak makan tadi, katanya memang agak aneh baunya. Itu teman-temannya keracunan semua yang makan tadi,” jelasnya.

Gabung grup Facebook TribunBengkulu.com untuk informasi terkini

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved