Berita Viral

Nasib 2 Guru Honorer: Disingkirkan karena Tolak Dinikahi Kepsek, Dipecat Usai 16 Tahun Mengabdi

Nasib guru honorer, dikeluarkan dari data dapodik karena diduga menolak ajakan menikah kepsek yang telah memiliki istri.

Editor: Yunike Karolina
Canva.com
GURU HONORER DIPECAT - Ilustrasi guru. Nasib tragis dua guru honorer, satu dikeluarkan dari data pendidik (Dapodik) karena diduga menolak ajakan menikah dari kepala sekolah, lainnya diberhentikan setelah menanggapi pesan di grup WhatsApp sekolah. 

Guru honorer menerima gaji rendah karena mereka bukan ASN, sehingga tidak mendapat gaji dan tunjangan dari APBN. Gaji berasal dari dana BOS, komite sekolah, atau yayasan, yang sangat bergantung pada kemampuan finansial lembaga.

Belum ada standar gaji minimum untuk guru honorer, sehingga terjadi ketimpangan antarwilayah. Tidak mendapat tunjangan sertifikasi, pensiun, atau jaminan kesehatan seperti guru PNS.

Di tengah tuntutan mencerdaskan anak bangsa dan dengan gaji yang tidak banyak, mereka kerap tersandung masalah. Hal ini seperti yang dialami guru di NTB dan Sulawesi Selatan.

Guru Honorer di Lombok Dikeluarkan dari Dapodik

Salah satu guru honorer di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) dikeluarkan dari data pendidik (Dapodik) secara sepihak Kepala Sekolah (Kepsek) berinisial NT.

Guru honorer yang berinisial EM tersebut dikeluarkan diduga karena menolak dinikahi Kepsek yang diketahui telah memiliki istri. 

SY, pihak keluarga guru EM, mengungkapkan bahwa NT sudah sering kali mengajak EM untuk menikah. 

Hal tersebut diketahui dari percakapan pesan singkat melalui aplikasi WhatsApp (WA) yang dikirim Kepsek kepada EM. 

“Kepala Sekolah ini merayu lewat chat WA dan mengajak adik saya menikah, namun tidak direspons sama adik say, padahal dia (Kepsek) sudah ada istri,” jelas SY, saat dihubungi pada Selasa (30/9/2025). 

SY mengungkapkan, Kepsek NT juga mengancam EM dikeluarkan dari data guru di Dapodik sehingga tidak bisa mengikuti pendidikan profesi guru (PPG). 

“Saat itu adik saya menanyakan apakah bisa ikut PPG, terus Kepsek ini menjawab kalau tidak menerima saya, saya ceklist namanya supaya tidak dapat, itu kata percakapannya yang saya lihat,” tutur SY. 

Setelah itu, SY kemudian mengecek data EM, akan tetapi tidak bisa login, sehingga ia menduga datanya telah dihapus. 

Sejak saat itu EM tidak masuk sekolah untuk mengajar dikarenakan masih trauma. 

“Saya belum tahu pasti, namun kemungkinan datanya sudah terhapus atau password akun GTK adik saya sudah diganti, karena oknum Kepsek tersebut juga pegang datanya,” terangnya. 

Ia berharap Dinas Pendidikan (Dikbud) Lotim menindak tegas oknum Kepsek tersebut karena dinilai mencederai dunia pendidikan, jika dibiarkan kedepannya dikhawatirkan guru-guru lain jadi korban, bahkan juga bisa menimpa siswa. 

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved