Berita Viral

Blak-blakan Yai Mim Jawab Tudingan Lecehkan Sahara: Saya Penghafal Al Quran, Tidak Mungkin Maksiat

Blak-blakan Yai Mim mantan Dosen Filsafat UIN Malang, menjawab tudingan soal pelecehan Sahara. 

Editor: Rita Lismini
YT Denny Sumargo/TribunJakarta
YAI MIM - Foto Yai Mim yang tak kuasa menahan tangis usai perkaranya dengan Sahara yang tak kunjung selesai, Senin (6/10/2025. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Blak-blakan Yai Mim mantan Dosen Filsafat UIN Malang, menjawab tudingan soal pelecehan Sahara

Yai Mim dan Sahara berseteru setelah Sahara mengunggah beberapa video yang bernarasi miring soal Yai Mim, mulai dari penutupan jalan, pelecehan seksual, hingga perusakan mobil rental. 

Yai Mim membantah semua tuduhan itu. Ia menegaskan awal mula perseteruan mereka karena Sahara memakirkan mobil rental di depan pagar rumah sehingga dirinya sulit untuk keluar.

"Itu semua bohong dan fitnah (soal tuduhan pelecehan seksual)," kata Yai Mim, dikutip dari YouTube Uya Kuya, Minggu (5/10/2025).

Saudara dari pendakwah Gus Iqdam itu menegaskan bahwa dirinya adalah seorang hafiz, orang yang hafal Al Quran.

Ia juga mengaku tidak mungking melakukan pencabulan sebagaimana yang dituduhkan Sahara.

"Saya itu penghafal Al Quran. Saya tidak mungkin melakukan maksiat. Kalau saya melakukan maksiat hilang Al Quran saya," ujar Yai Mim.

Tangis Yai Mim pecah tatkala ia memikirkan nasib para santri dan mahasiswanya setelah dirinya difitnah Sahara melakukan pelecehan seksual.

"Saya punya santri dari Aceh sampai Papua, gimana perasaan mereka kalau kyainya cabul coba. Kalau sampe mereka percaya bagaimana?" ujar Yai Mim.

Ia menceritakan ada dampak besar setelah difitnah soal pencabulan.

"Dampaknya apa? Saya datang ke kelas, tak ada satupun mahasiswa yang datang, saya dosen," kata Yai Mim dengan air mata yang terus mengalir.

"Saya datang, saya WhatsApp tidak ada yang jawab, ternyata apa? Semuanya dihubungi orangtua mereka, jangan mau diajari Yai Mim 'dosen cabul'," lanjutnya.

Melihat Yai Mim menangis, Rosida Vignezvari, istri Yai Mim, mencoba untuk menenangkan suaminya dengan mengelus punggung.

Kini Yai Mim dikabarkan telah pulang  ke rumahnya  di Perumahan Joyogrand Kavling Depag III, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.

Yai Mim sempat diusir oleh tetangganya sekaligus pemilik rental mobil, Nurul Sahara dan suaminya, Mohammad Shofwan, Ketua DPAC Madas Karangploso, pada 22 September 2025 lalu.

Namun, setelah kembali ke rumahnya, Yai Mim mendapat perlakuan tak mengenakkan oleh tetangganya, terutama Sahara.

Saat mencoba menyapa Sahara dan beberapa tetangga yang melewati depan rumahnya, Yai Mim justru dicueki oleh mereka.

Hal ini terlihat melalui unggahan di instagram @mohammad_imam_muslimin, Senin (10/6/2025).

Dalam video tersebut mulanya Yai Mim menyapa Sahara yang tengah lewat di depan rumahnya bersama dengan tetangga lainnya.

Dalam video terlihat Yai Mim tengah menyiram halaman rumahnya, kemudian ada Sahara bersama tetangganya lewat saat ditegur mereka berdua hanya diam dan tak merespons.

"Yai Mim sudah berupaya meminta maaf kepada ibu Sahara (di tengah), tapi beliau tidak mau merespons," tulisnya, dikutip Tribunnews, Senin.

"Sedihnya tetangga kami yang sebelumnya baik sekali dengan kami (B Riska), juga ikut-ikutan tidak menyapa kami," lanjutnya.

Pada video yang lain, Yai Mim mendatangi pos tempat nongkrong karyawan Sahara bersama Shofwan.

Yai Mim mendatangi pos tersebut untuk meminta maaf kepada Shofwan dan Sahara.

"Mbak Sahara saya minta maaf, saya minta maaf nggih. MasyaAllah terima kasih pak, mbak Sahara saya minta maaf," kata Yai Mim.

"HPnya ditaruh, minta maaf dari hati," timpal Sahara.

"Iya mbak, iya saya minta maaf dari hati," jawab Yai Mim.

Walaupun sudah menjawab permintaan maaf dari Yai Mim, tetapi terlihat raut muka Sahara masih tidak terima dan acuh.

Video tersebut lantas menuai reaksi dari warganet.

Banyak yang membela Yai Mim dan menyesalkan sikap Sahara.

"Yai jangan sering minta maaf ke orang, apalagi ke orang begitu nanti mereka ngelunjak," kata netizen di kolom komentar.

"Sahara Sahara mbok yo lembut sitik atimu, wong sing luwih tuwo wes jaluk sepuro iseh wae sok keras ngono kowe sahara..!!! astagfirullah ya Allah," timpal warganet lain.

"'Taruh hp nya dulu kalau memang dr hati' masih aja ya arogan," tulis netizen.

"Aneh Sahara dia yg salah dia pulak yg nyuruh orang minta maaf," timpal netizen lainnya.

Yai Mim Mengaku Keturunan Wali Songo

Yai Mim ternyata memiliki latar belakang keluarga yang sekarang menjadi tokoh-tokoh terkenal di Jawa Timur.

Mantan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang itu ternyata merupakan saudara dari pendakwah kondang asal Blitar, yakni Muhammad Iqdam Kholid alias Gus Iqdam.

Tidak hanya itu, Yai Mim juga masih bersaudara dengan kyai senior di Nahdlatul Ulama (NU) yaitu KH Marzuki Mustamar.

Hal itu Yai Mim ungkapkan saat bertemu dengan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi.

Ia mengaku juga berasal dari Blitar, Jawa Timur.

"Saya itu saudaranya Kyai Marzuki, Gus Iqdam, itu masih saudara dengan saya," kata Yai Mim, dikutip dari YouTube Dedi Mulyadi, Kamis (2/10/2025).

Yai Mim sendiri juga pernah mengaku sebagai keturunan keenam dari dua anggota Wali Songo, yaitu Sunan Ampel dan Sunan Bonang.

Ia merupakan anak dari pasangan H. Achmad Mochammad Mardi Hasan Karyantono dan Hj. Siti Katmiyati.

Kepada Dedi Mulyadi, Yai Mim juga mengaku, dirinya memiliki pondok pesantren bernama Pondok Pesantren Al Adzkiya’ Nurus Shafa (Anshofa).

Saat dipuji Dedi Mulyadi ia adalah keluarga dari ulama-ulama terkenal di Jawa Timur, Yai Mim berusaha untuk merendah.

Ia menegaskan, dirinya bukan sosok ulama terkenal seperti Gus Iqdam dan Kyai Marzuki tersebut.

"Saudara tokoh-tokoh terkenal Jawa Timur ya?" tanya Dedi Mulyadi.

"Saya nggak terkenal tapi, saya di bawahnya," jawab Yai Mim.

Di sisi lain, Yai Mim mendapatkan pujian dari Dedi Mulyadi saat menjelaskan tafsir musyarokah.

Yai Mim mengaitkan konsep musyarokah dengan konsep hidup berdampingan bersama alam.

Ia menilai istilah musyrik sering dipahami dengan negatif.

Padahal, kata itu bisa dimaknai sebagai kebersamaan atau kerja sama dalam menjaga ciptaan sang pencipta, Allah SWT. 

"Kang Dedi, itu ajarannya kan itu yang musyrik-musyrik lah. Saya justru kalau ada pohon besar, orang-orang tak ajak musyrik dulu untuk apa? Untuk musyarokah, itu artinya kerja sama," ujarnya.

"Musyrik itu apa? Memelihara kepada sesuatu, misalnya pohon itu besar, lalu kita pelihara, kita obong-obong, kita jaga kita supaya dia mengeluarkan oksigen."

"Kita memelihara pohon, dia memberikan perlindungan pada kita. Namanya musyarokah. Syirik, musyarokah menuju Allah," imbuhnya.

KDM, sapaan akrap Dedi Mulyadi tampak mengapresiasi cara pandang mantan dosen Filsafat Tasawuf tersebut. 

"Waduh ini Pak Yai, malah nge-fans sama berandalan kayak saya. Tafsir musyarokah-nya keren banget dan semoga menambah wawasan netizen sekalian," tulis Dedi Mulyadi di akun Instagramnya.

Dedi menyebut istilah musyarokah bisa dimaknai seakar dengan diksi 'masyarakat' bermakna kebersamaan dalam komunitas. 

"Betapa kita hidup dalam komunitas manusia dan komunitas alam, baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata. Duh pagi-pagi malah kuliah shorof dan ma'ani," pungkasnya. 

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved