Viral di Media Sosial

Sosok NWAP Mahasiswi KKN UNRAM Diusir Warga Gegara Sebut Tak Ada Wanita Cantik di Desa Kayangan

Sosok NWAP, mahasiswi KKN Universitas Mataram (UNRAM) seketika jadi sorotan usai pernyataannya viral di media sosial.

Penulis: Kartika Aditia | Editor: Hendrik Budiman
Kolase TribunBengkulu.com/Twitter @merami_undercover
Sosok NWAP Mahasiswi KKN UNRAM, Digeruduk Warga Gegara Sebut Tak Ada Wanita Cantik di Desa Kayangan 

Sebelumnya juga terjadi Viral konten Mahasiswi di TikTok, menyinggung fasilitas minim di tempat Kuliah Kerja Nyata (KKN) Bungus Teluk Kabung, Sumatera Barat.

Video tersebut menayangkan sejumlah mahasiswi yang mengekspresikan diri tentang kesannya saat menjalani KKN.

“Kalian libur semester? Mana maen. KKN-lah. KKN kalian di mana? Tanah Datar, Lima Puluh Kota? Bungus lah, air gak ada, mandi di Musala. Diusir? Ngontrak bayar pula,” ucap sejumlah mahasiswi dalam video tersebut.

Adapun video lainnya juga tersebar di lini masa medsos menunjukkan seorang pria tengah berbicara kepada mahasiswa dan mahasiswi KKN itu.

"Adik-adik dianggap tidak ada membawa perubahan, sampai nanti ada penyelesaiannya oleh dosen pembimbingnya kepada kami, kepada Bapak Camat dan Lurah."

"Jadi itu keputusannya, karena untuk mengingat keamanan adik-adik juga di lingkungan, karena pasti ada warga yang membaca itu. Sebab ini bukan masalah adik-adik dengan pemerintah," kata pria dalam video itu.

Usut punya usut, ternyata sejumlah mahasiswi itu berasal dari kampus Universitas Negeri Padang (UNP) yang tengah melaksanakan KKN di Bungus Teluk Kabung Kota Padang.

Pihak kampus pun angkat bicara terkait hal tersebut dan mengakui keteledoran sejumlah mahasiswi yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Bungus Teluk Kabung.

Sekretaris UNP Erianjoni mengatakan, mestinya hal tersebut tidak terjadi.

Menurutnya, bila ada permasalahan atau hal-hal lain yang dialami di lokasi KKN, mahasiswa mesti mengkomunikasikannya dengan dosen pembimbing lapangan (DPL).

Selain DPL, kata dia, UNP juga punya wadah lain untuk komunikasi mahasiswa yaitu unit pelaksana pusat KKN.

"Ini memang keliru. Mahasiswa kita harus diberi pembelajaran, tidak semua harus semuanya lewat media sosial, kan ada wadah komunikasinya, DPL dan unit pelaksana pusat KKN," kata Erianjoni kepada TribunPadang.com, Minggu (25/6/2023).

"Sederhana saja, mereka kebablasan juga bermedia sosial, tentu masyarakat tidak terima. Menyangkut nama daerah tentu sensitif," ujar dia.

Selain itu, Erianjoni menilai sejumlah mahasiswi itu juga belum siap untuk bisa memahami masyarakat dan daerah setempat.

"Jadi, ya mereka (warga) tak terima, mereka (mahasiswa KKN) posting di media sosial kekecewaannya karena harapan yang diharapkan tak terjadi. Fasilitas yang mereka harapkan tidak dapat, sementara mereka harus bayar. Barangkali anak KKN ini juga cemburu di daerah lain ada yang tidak bayar," tutur dia.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved