Festival Umbung Kutei Kepahiang

Mengenal Tradisi Umbung Kutei di Kepahiang Bengkulu, Berkumpul dengan Semangat Gotong Royong

Mengenal Umbung Kutei, salah satu tradisi budaya dari Suku Rejang yang berada di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.

|
Panji Destama/TribunBengkulu.com
Wabup Kepahiang Zurdi Nata yang menjadi Raja dalam festival Umbung Kutei menebas atau memancung tebu yang berada di Pendei, Kamis (16/11/2023). Festival budaya Kabupaten Kepahiang ini digelar selama 3 hari di Rumah Adat Kabupaten Kepahiang. 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Panji Destama

TRIBUNBENGKULU.COM, KEPAHIANG - Mengenal Umbung Kutei, salah satu tradisi budaya dari Suku Rejang yang berada di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

Umbung berarti Berkumpulnya orang-orang dan saling bantu serta dalam suasana kegembiraan untuk mewujudkan sebuah hajatan besar atau pesta.

Kutei berarti yang pada dasarnya memiliki makna sebuah dusun induk atau pusat marga yang menjadi simpul dusun-dusun dengan orang-orangnya yang memiliki pertalian darah.

Di Kepahiang ada dua kutei, yakni Kutei orang-orang bermarga Merigi dan Kutei orang-orang bermarga Bermani Ilir.

Sehingga, Umbung Kutei memiliki makna Berkumpulnya segenap orang-orang Marga Merigi dan Marga Bermani Ilir atas dasar pertalian kehendak, cita-cita yang sama dan semangat gotong royong untuk mewujudkan sebuah hajatan budaya yang penuh dengan kegembiraan dan akan selalu dikenang.

Di tradisi Umbung Kutei ini, orang-orang yang berkumpul tidak hanya hadir secara fisik melainkan membawa semangat saling bantu dan kerjasama.

Kedua marga ini berkumpul dengan memiliki semangat gotong royong.

Untuk melestarikan tradisi Umbung Kutei, Pemkab Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kepahiang menggelar Festival Budaya Kabupaten Kepahiang 'Umbung Kutei'.

Festival Umbung Kutei digelar di halaman Rumah Adat Kepahiang di Desa Pelangkian Kecamatan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu 16-18 November 2023.

"Tradisi ini menciptakan suasana yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan, di mana semua perbedaan dan perselisihan ditinggalkan untuk mewujudkan sebuah hajatan besar atau pesta yang menjadi simbol persatuan dan solidaritas," ungkap Emong Soewandi, selaku Ketua Umbung (Tuei Umbung, dalam bahasa Rejang), Kamis (16/11/2023). 

Lanjut Emong, dalam kegiatan Umbung Kutei ini ada 13 tahapan pelaksanaan yang harus dilakukan. 

Mulai dari Rajo Teko yang diartikan, seorang Raja tiba di tempat pelaksanaan umbung yang disambut oleh Ketua Umbung atau Ketua Umbung dan tetua atau tetuei lainnya. 

Raja akan dipayungi dengan payung berwarna kuning menuju singgasana yang sudah disiapkan. 

"Lalu kita melaksanakan Becanang yang diartikan Bedug, getuk atau canang akan dipukul saat rajo tiba. Setelah canang ditalu, Tuei/ Tukang Canang akan bkenok atau bebieu (teriakan hul, red) memanggil orang-orang untuk menyampaikan pengumuman, agar segera berkumpul, karena Raja telah tiba dan umbung kutei akan dimulai," tuturnya. 

Usai memberikan pengumuman ataupun pemberitahuan kepada masyarakat yang berkumpul di kegiatan Umbung Kutei, Raja juga akan disambut dengan Tari Mencok yang merupakan tari selamat datang dalam bentuk gerakan-gerakan silat Rejang sebagai yang dilakukan di hadapan Raja dan tetuei serta tamu agung. 

Tari Mencok melambangkan masyarakat Kutei yang siap untuk melaksanakan Umbung dan sebagai jaminan keamanan bagi Raja selama mengikuti kegiatan umbung. 

Setelah menari, beberapa jawara silat Rejang ini akan mengawal Raja menuju singgasananya. 

"Kita juga melakukan Ibeun Pamit, yaitu setelah Raja atau tamu agung, Ketua Umbung menghadap ke Raja menyampaikan sembea (sembah, red) untuk meminta izin acara akan dimulai," jelasnya. 

Kemudian, Pamit dibuka dengan sembea kipas temuko tu 'un, lalu menyampaikan kece” singkat permintaan izin kepada rajo. Rajo dapat memberikan jawaban dengan kece' singkat juga atau dengan menganggukkan kepala.

Setelah meminta izin kepada Raja, Umbung Kutei dilanjutkan dengan kegiatan Ibeun Sembea Anok Sangei. 

Diartikan, pusat dari berbagai interaksi sosial dan budaya dalam tradisi Rejang. Melalui serangkaian tindakan kinetik, sembea menggambarkan penghormatan, penerimaan, dan norma budaya Rejang yang kaya penuh kesantunan, menjalin hubungan antara individu, keluarga dan komunitas.

Tahapan ini dilakukan dalam sebuah urutan tindakan dalam bentuk tarian oleh anok sanget, yang diakhiri dengan memberikan sirih kepada Raja. 

"Usai melakukan tahapan Ibeun Sembea Anok Sangei, kami mulai melakukan Sembea Mulo Kece'," kata Emong. 

Sembea Kece' atau Petatea merupakan bagian dari Sembea, berupa sekapur sirih dan pidato atau sambutan, yakni dialog antar individu dalam umbung kutei, kemudian antara tuei umbung dan masyarakat dengan tamu agung. 

Usai melakukan Sembea Mulo Kece', pihaknya melanjutkan Petua Rajo atau pidato dari Raja. 

Rajo atau Raja akan menyampai perintah-perintah atau nasehatnasehat yang ditujukan kepada segenap masyarakat kutei. Dalam petuah rajo juga, Rajo akan membuka kegiatan umbung secara resmi. 

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan Temtok Tilei Gendei, dengan tanda Raja memotong atau memancung tebu. 

Adat ini dimaksudkan sebagai, panen semua hasil kerja yang dilakukan oleh masyarakat kutei. 

Tebu akan dipancung oleh Raja dengan sebilah rudus atau pedang khusus yang hanya boleh dikeluarkan dari sarungnya oleh tuei umbung. Lalu tebu diletakka, menandakan menari dan jamuan dapat dimulai. 

Lalu kegiatan dilanjutkan Mdu'o atau diartikan sebagai doa selamat kepada Tuhan yang Maha Esa. 

Doa dibacakan oleh seorang pemuka agama yang telah ditunjuk oleh tuei umbung. Doa dapat disampaikan dalam bahasa Arab, Rejang dan Melayu atau bahasa Indonesia. 

Doa selamat kepada Tuhan yang Maha Esa sudah dipanjatkan, kegiatan dilanjutkan dengan Taei Kejei atau Tari Kejei. 

Dalam artian Tari Kejei ini, menari bersama adalah puncak pesta atau umbung. Tari dibuka oleh anok sangei kemudian akan mengajak tamu-tamu lain untuk menari.

Seorang anok sangei akan menyampitkan kain songket atau selendang kepada tamu kehormatan sebagai undangan untuk menari. Raja atau tamu kehormatan akan menuju tempat menari diikuti tamu-tamu lainnya. 

"Usai melaksanakan Tari Kejei ini, Raja akan diajak untuk melakukan jamuan agung. Jamuan agung ini menggambarkan seorang raja dan masyarakat duduk bersama untuk menyantap masakan yang sudah disajikan," sampai Emong. 

Ia juga mengatakan, Sambeui Gandei Debilei atau Sambei Gandei adalah mutus kejei, sebagai acara tari-tarian. 

kemudian nyanyi-nyanyian yang dilaksanakan setelah Kejei Sembea, menari bersama dan jamuan, yang dilaksanakan seharian atau semalam suntuk. 

"Untuk tahapan yang ketigabelas yakni Maket Tilei Gendei, atau membongkar pendei menandakan acara umbung Kutei selesai. Bahan-bahan yang ada di pendei tidak boleh dibuang namun dikembalikan lagi ke tempatnya masing-masing, seperti padi dikembalikan ke lumbungnya,".

"Bahan makanan yang lain dibagikan ke masyarakat, sedangkan rangka pendei disimpan untuk digunakan kembali, dilaksanakan pada 18 November 2023 nanti," kata Emong. 

Baca juga: Disnaker Kepahiang Belum Pastikan Ada Kenaikan UMK 2024, A Gani: Kita Belum Ada UMK

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved