Arti Kata

Asal Usul Asian Value yang Ramai di Bahas di Media Sosial, Apakah Indonesia Anut Konsep Ini ?

Inilah asal usul istilah dari Asian Value yang saat ini ramai di bahas di media sosial hingga mnejadi trending di twitter.

Penulis: Yuni Astuti | Editor: Yuni Astuti
Kolase Cuitan di Twitter
Ilsutrasi asal usul Asian Value yang ramai di bahas di media sosial. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Inilah asal usul Asian Value, lantas apakah Indonesia menganut konsep ini?

Seperti diketahui Asian Value kini menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan masyarakat hingga trending di twitter.

Menilik dari akun X, istilah Asian Value ini sudah diposting sebanyak 112.000 postingan.

Mulanya istilah Asian Value ini ramai dibicarakan karena podcast Total Politik yang ketika itu mengundang komikaPandji Pragiwaksono.

Dalam podcast, Pandji melontarkan pertanyaan soal dinasti politik pada dua host, Arie Putra dan Budi Adiputro.

Keduanya sepakat bahwa dinasti politik sah-sah saja. Arie berkata bahwa pendapatnya soal dinasti politik berdasarkan Asian Value.

Lantas bagaimana asal usul istilah Asian Value?

Asal Usul Asian Value

Sebenarnya Istilah Asian Value serta nilai-nilai ada dalam istilah Asian Value telah dipromosikan sejak akhir abad 20 oleh beberapa pemimpin politik dan intelektual Asia.

Klaim mengenai manfaat Asiaan Value mendapat perhatian khusus pada awal tahun 1990an, ketika klaim tersebut diutarakan oleh tokoh politik terkemuka seperti mantan perdana menteri Singapura Lee Kuan Yew .

Klaim tersebut bertentangan dengan pernyataan Barat kontemporer bahwa runtuhnya komunisme Eropa dan keberhasilan sosialisme pasar Tiongkok telah menunjukkan keunggulan hak asasi manusia, demokrasi , dan kapitalisme dibandingkan bentuk-bentuk pengorganisasian masyarakat yang bersaing.

Apa itu Asian Value?

Dikutip dari Britannica, Asian Value merupakan serangkaian nilai-nilai politik sebagai alternatif terhadap nilai-nilai yang politik Barat seperti hak asasi manusia , demokrasi, dan kapitalisme.

Pendukung Asian Value menyatakan bahwa pesatnya perkembangan perekonomian di Asia Timur yakni pada periode pasca-Perang Dunia II disebabkan oleh kesamaan budaya masyarakat mereka, khususnya warisan Konfusianisme.

Pendukung Asian Value juga menegaskan bahwa nilai-nilai politik Barat tidak cocok untuk Asia Timur karena nilai-nilai tersebut memupuk individualisme dan legalisme yang berlebihan, yang mengancam akan merusak tatanan sosial dan menghancurkan dinamisme ekonomi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved