Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan

Perjalanan Kasus Pembunuhan Nia Kurnia Sari Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman

Perjalanan kasus pembunuhan Nia Kurnia Sari (18), gadis penjual gorengan di Padang Parimana, Sumatera Barat.

TribunBengkulu.com/Ist
Polres Padang Pariaman menetapkan IS sebagai tersangka pembunuhan Nia Kurnia Sari (18), gadis penjual gorengan di Padang Pariaman, Sumatera Barat. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Berikut perjalanan kasus pembunuhan Nia Kurnia Sari (18), gadis penjual gorengan di Padang Parimana, Sumatera Barat yang tewas mengenaskan dan sosok pelaku pembunuhannya yang terungkap.

Peristiwa nahas yang menimpa Nia Kurnia Sari si gadis penjual gorengan ini bermula pada Jumat (6/9/2024) tak kunjung pulang ke rumahnya.

Nia Kurnia Sari akhirnya dinyatakan hilang dan mulai dilakukan pencarian. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman telah melakukan proses pencarian sejak Jumat (6/9/2024), ketika pihak keluarga Nia melaporkan anaknya tidak kunjung pulang.

Pada hari kejadian, Nia melakukan rutinitas hariannya berjualan gorengan. 

Ia mulai berjualan sekitar pukul 16.00 WIB, membawa nampan, gorengan, plastik, dan payung karena cuaca mendung.

Sekitar pukul 16.30 WIB, hujan mulai mengguyur kawasan 2*11 Enam Lingkung Padang Pariaman. 

Biasanya, hujan tidak mengganggu rutinitas anak kedua dari empat bersaudara ini berjualan; ia akan tetap berkeliling menjajakan gorengan seperti biasa.

Nia, yang berusia 18 tahun, telah menjual gorengan keliling sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Ia berjualan untuk menopang ekonomi keluarganya dan menabung agar dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Selain berjualan keliling sore hari, setiap pagi sejak SMP, Nia juga menjual gorengan di sekolah, kepada siswa lain dan guru.

Guru Nia di INS Kayu Tanam, Yulismar, mengenang muridnya sering harus menjalani hukuman karena terlambat datang ke sekolah akibat menunggu gorengan yang hendak dijual.

“Gorengan itu bukan dibuat oleh Nia. Ia ambil dari orang lain, terkadang orangnya terlambat memasak gorengan, sehingga Nia juga terlambat datang ke sekolah,” ujar Yulismar, mengingat perjuangan anak didiknya tersebut.

Meskipun para guru mengetahui alasan keterlambatan Nia, gadis yang pandai bela diri silat ini tetap merasa malu dan menjalankan hukuman seperti siswa lainnya dengan rasa bersalah.

Tidak hanya di sekolah, keterlambatan Nia juga sering terjadi saat ia berjualan sore hari. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved