Resensi Novel

Resensi Novel Selamat Tinggal Karya Tere Liye: Antara Idealisme, Cinta Hingga Kebutuhan.

Selamat Tinggal adalah salah satu karya Tere Liye yang membawa pembaca dalam kisah Sintong Tinggal, seorang mahasiswa Fakultas Sastra.

Penulis: kontenkreator | Editor: Ricky Jenihansen
TribunBengkulu.com/list
Ilustrasi novel Selamat Tinggal karya Tere Liye. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Selamat Tinggal adalah salah satu karya Tere Liye yang membawa pembaca dalam kisah Sintong Tinggal, seorang mahasiswa Fakultas Sastra yang juga bekerja sebagai penjaga toko buku bajakan.

Sintong adalah sosok mahasiswa rantau yang terjebak dalam situasi pelik: idealisme yang berseberangan dengan kenyataan ekonomi

Sinopsis

Sintong sudah tujuh tahun kuliah dan belum lulus, dijuluki mahasiswa abadi.

Toko buku tempatnya bekerja, milik Pakliknya, jauh dari kata ideal.

Toko tersebut menjual buku-buku bajakan, sebuah bisnis yang kontradiktif dengan prinsip Sintong yang sangat menghargai intelektualitas dan karya tulis.

Di balik pekerjaannya yang tidak ia sukai, Sintong berjuang menyelesaikan skripsinya tentang penulis legendaris yang hilang, Sutan Pane.

Skripsi ini juga menjadi pengingat akan konflik batin Sintong yang bertolak belakang dengan pekerjaannya di toko buku ilegal. 

Pada saat bersamaan, dia mulai membuka hatinya pada seorang gadis bernama Jess, yang memberikan sedikit warna di tengah kegalauan hidupnya.

Tema Utama

Novel ini mengangkat isu yang jarang disentuh, yaitu pembajakan karya intelektual, khususnya buku, serta bagaimana fenomena ini menjadi masalah di masyarakat.

Pembajakan tidak hanya merugikan pencipta karya, tetapi juga merusak idealisme orang-orang seperti Sintong yang berjuang di dunia literasi.

Melalui kisah Sintong, Tere Liye mengajak pembaca merenungi betapa pentingnya menghormati hasil karya orang lain dan memegang prinsip meskipun dalam keadaan yang serba sulit.

Selain isu pembajakan, tema lain yang muncul adalah perjuangan hidup dalam menghadapi berbagai kontradiksi: antara prinsip dan kebutuhan ekonomi, antara idealisme dan realitas.

Sintong adalah potret individu yang terpaksa mengkhianati idealismenya demi kelangsungan hidup, namun tetap menyimpan harapan untuk memperbaiki keadaan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved