Resensi novel

Resensi Novel Si Anak Kuat Karya Tere Liye, Serial Anak Nusantara yang Membawa Energi Positif

Novel Si Anak Kuat karya Tere Liye adalah bagian dari seri Serial Anak Nusantara,di mana setiap bukunya memberikan kesan dan pengalaman yang berbeda.

Penulis: kontenkreator | Editor: Ricky Jenihansen
TribunBengkulu.com/list
Ilustrasi resensi novel S Anak Kuat karya Tere Liye. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Novel Si Anak Kuat karya Tere Liye adalah bagian dari seri Serial Anak Nusantara,di mana setiap bukunya memberikan kesan dan pengalaman yang berbeda.

Buku ini berkisah tentang Amelia, seorang anak yang memiliki impian besar untuk kampung halamannya.

Dari sekian banyak buku Tere Liye, seri ini dianggap sebagai puncaknya.

Sinopsis

Novel Si Anak Kuat tidak hanya mengangkat konflik keluarga, tetapi juga mencakup masalah sosial.

Berbeda dengan novel lain yang biasanya memilih genre percintaan, Si Anak Kuat mengambil genre inspiratif, serupa dengan seri Anak Nusantara lainnya.

Ceritanya menampilkan Amelia sebagai gadis inspiratif yang memiliki keteguhan hati dan semangat tinggi.

Selain itu, novel ini juga mengangkat tema kasih sayang dan kepedulian terhadap keluarga, teman, serta konflik sosial.

Tema 

Tema yang diusung dalam buku ini ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan, bercerita tentang seorang anak yang ingin membuktikan bahwa anak bungsu juga bisa meraih cita-cita, sama seperti anak sulung.

Dalam novel ini, ada kalimat, Kau anak paling kuat di keluarga ini, Amel.

Bukan kuat secara fisik, tapi kuat dari dalam.

Kau adalah anak yang paling teguh hatinya, paling kokoh dengan pemahaman yang baik.

Buku ini cocok dibaca oleh semua umur anak-anak, remaja, hingga orang dewasa karena mengajarkan cara memahami anak bungsu.

Si Anak Kuat adalah buku pertama dalam Serial Anak Nusantara, sebelumnya dikenal dengan judul Amelia. Secara tampilan, cover yang sekarang lebih segar meski ceritanya tetap sama.

Buku ini sangat menghibur, mengharukan, dan memberikan banyak pelajaran berharga dari karakter-karakter hebat di dalamnya.

Amelia, si bungsu dari empat bersaudara Eliana, Pukat, dan Burlian memiliki karakter yang kuat, bahkan orang dewasa bisa belajar dari sikapnya yang tak kenal menyerah.

Amelia tidak hanya kuat seperti yang selalu disebut bapaknya, tetapi juga memiliki sifat terbaik dari kakak-kakaknya.

Dia mampu memberikan pendapat saat rapat kampung yang dihadiri laki-laki dewasa, menunjukkan keberaniannya.

Amelia juga tidak takut pada Chuck Norris, teman sekelasnya.

Seperti Pukat, Amelia cerdas dan sering diminta membantu Chuck Norris dalam pelajaran.

Selain itu, ia memiliki pemikiran yang luar biasa, terlihat dari ide pembibitan kopi yang berhasil menggerakkan warga kampung.

Anak-anak Pak Syahdan dan Mamak Nur semuanya luar biasa.

Jika setengah dari anak-anak Indonesia memiliki pemahaman seperti mereka, negara ini akan menjadi lebih baik.

Amelia adalah contoh anak yang bisa mengajarkan kita banyak hal.

Karakter kuatnya memberikan kesan mendalam seolah-olah kisah ini benar-benar terjadi.

Tere Liye dengan cermat menggambarkan tingkah laku, pemikiran, dan dialog anak-anak dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, membuat pembaca terpikat.

Dalam novel ini, moral tentang berinteraksi dan bersosialisasi juga diajarkan.

Salah satu karakter yang menarik adalah Paman Unus, yang dapat dihubungkan dengan isu modern seperti Daddy Issues.

Keunggulan 

Alur ceritanya tidak mudah ditebak, membuat pembaca penasaran.

Setiap halaman dipenuhi dialog yang mengesankan dan mengejutkan.

Tere Liye menggunakan kata-kata sederhana yang mampu mengekspresikan emosi dengan baik, membuat pembacanya seolah-olah merasakan langsung pengalaman dalam novel.

Novel ini mengajarkan pentingnya kerja keras dan pantang menyerah untuk mencapai hasil maksimal.

Pendidikan juga menjadi tema penting, mengingat pendidikan adalah kunci kemajuan.

Sejak kecil, nilai-nilai pendidikan harus ditanamkan.

Akhir cerita membawa energi positif bagi pembaca dan dapat menjadi panutan.

Kekurangan

novel ini salah satu kekurangannya adalah karakter Amelia yang terkadang terlihat terlalu dewasa dalam berpikir dan berbicara, seperti saat ia menasihati Chuck Norris di hadapan ayahnya. 

Ini kurang sesuai dengan usianya yang masih kanak-kanak.

Amelia digambarkan terlalu matang, sehingga keluguan dan kepolosan anak-anak kurang tampak, padahal anak-anak tumbuh secara bertahap sesuai psikologisnya.

 (Ahmad Prabowo Subianto/Magang)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved