Satu Keluarga di Kediri Tewas

Pemkab Kediri Bakal Tanggung Masa Depan SPY, Anak Bungsu Korban Pembunuhan Satu Keluarga

Pemerintah Kediri bakal tanggung masa depan SYL, korban yang selamat dari pembunuhan satu keluarga di kediri

Editor: Yuni Astuti
Kolase TribunBengkulu
Pemkab Kediri Bakal Tanggung Masa Depan SPY, Anak Bungsu Korban Pembunuhan Satu Keluarga 

"Kasus ini merupakan pembunuhan berencana dengan motif yang sangat keji. Kami akan memprosesnya secara hukum dengan ancaman hukuman tertinggi," tutup Kapolres Kediri.

Baca juga: Siasat Licik Yusa Cahyo Hilangkan Jejak Setelah Membunuh Satu Keluarga di Kediri

Kondisi Anak Bungsu yang Selamat

Kondisi anak bungsu korban selamat pembunuhan satu keluarga guru di Kediri.

SPY (8) harus merasakan kesedihan yang begitu mendalam karena menyaksikan keluarga lainnya dibunuh oleh sang paman.

SPY kini tinggal sebatang kara setelah ayah Agus Komarudin (41), ibu, Kristina (37) dan kakak kandung SPY, CAW (14) tewas dalam pembunuhan tersebut. 

SPY menyaksikan langsung bagaimana sang paman, Yusa Cahyo Utomo menghabisi kedua orangtua dan kakaknya di rumahnya, Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri pada Rabu (4/12/2024).

Bahkan dia juga menjadi korban keberingasan pamannya dan harus mengalami luka parah di bagian kepala sebelum akhirnya ditemukan warga dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Kediri

Kini, setelah beberapa hari berlalu, trauma itu masih terlihat di wajah SPY.  

Hal itu diungkapkan Bupati Kediri Hanindito Himawan Pramana, yang akrab disapa Mas Dhito, saat mengunjungi SPY (8) di RS Bhayangkara, Kediri pada Minggu (8/12/2024).  

Dalam kunjungannya, Mas Dhito menyebut sudah berkomunikasi dengan Kepala Rumah Sakit RS Bhayangkara Kota Kediri.

Ia menyampaikan bahwa tindakan medis untuk mengatasi penggumpalan darah sudah dilakukan kemarin.

"Secara fisik, kondisinya stabil. Namun, secara mental, si adik ini masih trauma berat karena menyaksikan langsung pembunuhan terhadap kedua orang tuanya dan kakaknya," jelas Mas Dhito. dilansir dari Surya .co.id.

Mas Dhito menuturkan bahwa saat ia mendekati kamar tempat korban dirawat, korban menunjukkan respons defensif yang mencerminkan trauma mendalam.  

"Begitu saya sampai di depan kamar, anak itu langsung memegang gagang tempat tidur dan diam. Itu menunjukkan betapa trauma ini masih sangat membekas. Wajar saja, karena kejadian ini meninggalkan luka mendalam," imbuhnya. 

Untuk itu, ia menjelaskan bahwa langkah utama yang akan dilakukan pemerintah adalah memberikan pendampingan psikologis melalui trauma healing. 

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved