Polisi Tewas saat Grebek Sabung Ayam

Mengapa TNI Gulirkan Isu Setoran Sabung Ayam & Bikin Kapolda Lampung Berang? Padahal 3 Polisi Tewas

Pernyataan dari pihak TNI soal setoran judi sabung ayam kini justru memicu polemik baru hingga bikin Kapolda Lampung berang.

KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA
KONFERENSI PERS POLDA LAMPUNG - Konferensi pers terkait penetapan tersangka oknum TNI penembak 3 polisi. Pernyataan dari pihak TNI soal setoran judi sabung ayam kini justru memicu polemik baru. (KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA) 

TRIBUNBENGKULU.COM - Kasus tewasnya tiga anggota polisi di Lampung dalam kasus sabung ayam semakin memanas. 

Bukannya fokus pada penyelidikan utama, pernyataan dari pihak TNI soal setoran judi sabung ayam kini justru memicu polemik baru. 

Kapolda Lampung pun meradang, mempertanyakan relevansi isu tersebut di tengah duka mendalam atas kehilangan tiga anggotanya. 

Lantas, mengapa pihak TNI terus mengungkit soal setoran sabung ayam? Apakah ada kaitan dengan insiden tragis ini?

Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) II/Sriwijaya Kolonel Inf Eko Syah Putra Siregar telah mensinyalir adanya kesepakatan antara dua anggota TNI yang diduga terlibat dengan pihak Polsek Negara Batin terkait aktivitas judi sabung ayam tersebut.

“Informasi ini menjadi bagian dari investigasi yang sedang berlangsung, dan kami menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut,” ujar Eko, dikutip TribunBengkulu.com dari Kompas.id, Kamis (20/3/2025).

Pernyataannya tersebut menanggapi isu dugaan adanya setoran dari perjudian sabung ayam kepada Polsek Negara Batin, Lampung

Informasi ini mencuat setelah beredarnya video di media sosial yang menyebut Polsek diduga meminta setoran hingga Rp 20 juta per hari.

Berdasarkan keterangan dua anggota TNI yang diperiksa, pejabat Polsek Negara Batin dan pejabat Pos Ramil Negara Batin diketahui memiliki hubungan yang cukup baik. 

Pejabat Polsek yang dimaksud adalah almarhum Lusiyanto, sementara pejabat Pos Ramil adalah Peltu Lubis.

Dalam interaksi rutin mereka, kedua pihak mengetahui adanya aktivitas judi sabung ayam yang telah berlangsung selama kurang lebih satu tahun terakhir. 

Bahkan, aktivitas ini menarik perhatian masyarakat dari luar daerah, yang terbukti dari keberadaan kendaraan berpelat nomor luar Lampung, seperti Banten (A) dan Sumatera Selatan (BG).

”Sebagai kegiatan yang sangat menarik, info soal judi sabung ayam itu pasti sampai ke polsek dan tidak mungkin tidak ada fraud (keuntungan) yang diambil,” tambah Eko.

Namun, belakangan muncul ketidaksepahaman dalam komunikasi antara pejabat Polsek Negara Batin dan pejabat Pos Ramil Negara Batin. 

Situasi ini diduga menjadi pemicu insiden tragis yang menyebabkan tiga polisi tewas tertembak.

Isu terkait setoran yang diminta oleh Polsek Negara Batin mencuat setelah video yang diunggah akun TikTok @satr1a6_ pada Rabu (19/3/2025) viral. 

Dalam video tersebut disebutkan bahwa Polsek Negara Batin diduga awalnya menerima setoran Rp 1 juta per hari, yang kemudian bertambah dengan uang bensin, uang rokok, dan lain-lain sehingga totalnya mencapai Rp 2,5 juta per hari.

Namun, setoran tersebut diduga dinaikkan menjadi Rp 20 juta per hari. Anggota TNI yang diduga mengelola lokasi sabung ayam disebut tidak sanggup memenuhi permintaan tersebut.

Oleh karena itu, Kepala Polsek Negara Batin diduga mengancam akan membawa pasukannya untuk menggerebek lokasi judi tersebut.

”Lalu, jawab oknum TNI silakan. Oh, ternyata Pak Kapolsek maunya makan besar, akibatnya nyawa melayang,” tertulis dalam video TikTok yang telah disaksikan lebih dari 646.300 kali per Kamis (20/3/2025) pukul 01.48 WIB.

Pernyataan Kapendam II/Sriwijaya Kolonel Inf Eko Syah Putra Siregar ini ternyata juga didukung oleh keterangan pihak intelijen TNI.

Intel Juga Ungkap Adanya Uang Setoran

Tidak hanya Kapendam, ternyata Asisten Intelijen Kasdam II/Sriwijaya Kolonel Inf Yogi Muhamanto juga mengungkap fakta mengejutkan di balik insiden penembakan yang menewaskan tiga anggota polisi di Kampung Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Kabupaten Way Kanan, Lampung

Ia menyingkap hubungan erat antara Kapolsek Negara Batin, Ajun Komisaris Anumerta Lusiyanto, dengan Komandan Pos Ramil Negara Batin, Peltu Lubis.

Menurut Yogi, kedua pejabat tersebut sudah lama saling mengetahui aktivitas judi sabung ayam yang berlangsung di daerah tersebut. 

Bahkan, setiap ada jadwal gelanggang sabung ayam, Peltu Lubis selalu memberitahukan Lusiyanto. 

Gelanggang itu rutin digelar setiap pekan.

"Saat Peltu Lubis minta izin menyelenggarakan gelanggang sabung ayam, Lusiyanto menjawab silakan, yang penting harus aman. Kata aman yang dimaksud adalah setoran uang. Jadi, memang ada setoran uangnya," kata Yogi, dikutip pada Kamis (20/3/2025).

Namun, menjelang insiden tragis yang menewaskan tiga personel kepolisian, komunikasi antara Peltu Lubis dan Lusiyanto disebut mengalami ketidakharmonisan. 

Masalah setoran uang yang tidak sesuai disinyalir menjadi pemicu utama peristiwa berdarah tersebut.

"Komunikasi yang tidak baik itu yang akhirnya memicu insiden yang tidak diinginkan tersebut," tutur Yogi.

Dugaan keterlibatan aparat dalam aktivitas perjudian ini semakin menguat setelah beredar informasi bahwa Kapolsek Negara Batin, Iptu Lusiyanto, juga diduga memiliki peran dalam pengelolaan gelanggang sabung ayam tersebut.

Hal ini memunculkan spekulasi adanya perselisihan terkait pembagian keuntungan dari aktivitas ilegal itu.

Tragedi ini terjadi pada Senin (17/3/2025) sekitar pukul 16.50 WIB, yang menyebabkan tewasnya Kapolsek Negara Batin, Inspektur Satu (Iptu) Lusiyanto, serta dua personel kepolisian lainnya, yakni Brigadir Kepala (Bripka) Petrus Apriyanto dan Brigadir Dua (Bripda) Ghalib Surya Ganta.

Pihak berwenang masih melakukan penyelidikan mendalam terkait insiden tersebut. 

Investigasi lebih lanjut diharapkan dapat mengungkap seluruh fakta di balik kasus yang mengguncang wilayah Lampung ini.

Kapolda Lampung Berang

Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika menunjukkan ketidaksenangannya terhadap pernyataan pihak Kodam II/Sriwijaya terkait dugaan setoran uang dari arena sabung ayam di Way Kanan, Lampung

Pernyataan yang disampaikan oleh pihak Kodam tersebut dinilai dapat menggiring opini dan mengaburkan fakta bahwa ada 3 personel kepolisian yang tewas.

"Ini adalah persoalan kemanusiaan yang perlu diselesaikan hingga tuntas," katanya, dikutip TribunBengkulu.com dari Tribun Lampung, Senin (24/3/2025).

Ia juga menegaskan, pihak yang menyebarkan isu adanya setoran dalam kasus penembakan tiga anggota polisi di Way Kanan harus dapat membuktikan tuduhan tersebut dengan data yang valid. 

Helmy menanggapi maraknya unggahan di media sosial yang menyebut dugaan setoran sebagai penyebab insiden tragis itu. Ia mengakui telah mengetahui informasi yang beredar di dunia maya.

"Saya tahu soal isu setoran itu," ujarnya saat diwawancarai pada Jumat (21/3/2025) malam. 

Menurut Helmy, isu ini bermula dari unggahan di media sosial yang kemudian berkembang menjadi narasi publik. 

"Jika kita meruntut lagi jejak digital, itu kan diawali dari media sosial, yang menyebutkan ada chat atau percakapan antara Kapolsek dengan Peltu Lubis," katanya.

Ia menegaskan, informasi tersebut harus didukung dengan bukti konkret, bukan sekadar spekulasi.

"Buat kami, ini harus dibuktikan, data dan faktanya mana?" tegasnya. 

Namun demikian, Helmy sepertinya enggan menanggapi langsung pernyataan pihak TNI yang mengeluarkan narasi serupa.

Untuk mengklarifikasi kabar yang beredar, Mabes Polri bersama Polda Lampung telah melakukan pengecekan dan klarifikasi terkait dugaan setoran tersebut. 

"Dalam rangka merespons informasi itu, tim Propam, Irwasum Mabes, dan Polda sudah melakukan klarifikasi pengecekan apakah betul ada peristiwa itu atau tidak," jelas Helmy. 

Ia juga menegaskan bahwa jika memang ada bukti kuat mengenai dugaan setoran, pihaknya tidak akan ragu untuk menindak tegas. 

"Kemudian jika benar, datanya ada dan valid, silakan sampaikan, pasti akan kami tindak lanjuti. Rasanya Polri sudah terbiasa untuk bisa menindak anggotanya yang terbukti melakukan pelanggaran-pelanggaran," ucapnya.

Isu tersebut, lanjutnya, dapat menghalangi proses investasi yang saat ini sedang berjalan.

Oleh karena itu, ia meminta agar isu-isu yang tidak didukung fakta tidak menjadi penghalang bagi proses investigasi yang tengah berjalan.

"Tolong berikan kepada tim kesempatan bekerja secara leluasa," pungkasnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved