Kasus Pembunuhan

Nasib Tragis Dea, Lapor Polisi Tak Digubris Berujung Tewas Bersimbah Darah, Wajah Tak Berbentuk Lagi

Nasib tragis dialami Dea Permata Karisma (27) yang lapor polisi dapat ancaman tapi malah tak digubris berujung tewas bersimbah darah di rumahnya.

|
Editor: Rita Lismini
TribunJabar/Deanza Falevi
PEMBUNUHAN TRAGIS - Foto Dea Permata Kharisma semasa hidup sebelum tewas, kini menjadi korban pembunuhan pembantunya sendiri, Ade Gunawan, Kamis 14 Agustus 2025. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Nasib tragis dialami Dea Permata Karisma (27) yang lapor polisi dapat ancaman tapi malah tak digubris berujung tewas bersimbah darah di rumahnya sendiri di Komplek Perumahan PJT II, Blok D, Desa Jatimekar Kabupaten Purwakarta pada Selasa (12/8/2025) sekitar pukul 13.30 WIB.

Dea diduga menjadi korban pembunuhan tragis oleh pembantu atau ART di rumahnya sendiri bernama Ade Mulyana (26).

Padahal Fery Riyana (38) suami Dea, sengaja meminta Ade untuk menjaga istrinya karena sebelumnya mereka sempat mendapat teror atau ancaman di rumahnya. 

‎Fery percaya kepada Ade karena ibu kandung Ade sudah lama bekerja dengan keluarganya.

Selama ini Ade dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga karena memang Dea membutuhkan sosok pria yang bisa mengangkut barang-barang untuk berjualan.

‎"Jadi sebenarnya Ade itu sebagai asisten rumah tangga engga sendiri, dia bareng dengan ibunya yang sudah juga bekerja lama. Tapi, setahun terakhir ini Adek bekerja sendiri karena dibutuhkan tenaganya yang bisa mengangkat barang-barang berat untuk berjualan," kata Fery kepada Tribunjabar.id di kediaman rumah duka di, Perum POJ Sadang, Desa Cisereuh, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Kamis (14/8/2025).

‎Fery menyebutkan bahwa sang istri memiliki usaha berjualan makanan dan kerap ikut bazar-bazar.

‎"Istri itu punya usaha, jadi Ade ini suka bantu-bantu pas ada event atau bazar, bantuin barang-barang berat untuk bukan tenant, dari para cari orang baru, jadi Ade aja yang diajak, karena emang sudah sepercaya itu dengan keluarganya," katanya.

Baca juga: Alasan Keluarga Pasien Paksa Buka Masker hingga Caci Maki Dokter: Kami Statusnya VIP, Seperti BPJS

‎Namun pada Juli 2025, rangkaian ancaman melalui WhatsApp meneror sang istri. Fery yang kesehariannya bekerja di Kantor PJT II, mempercayai Ade untuk menjaga Dea.

‎"Selain ancama lewat WhatsApp yang diterima istri saya, Ade ini juga bercerita ada orang asing datang kerumah, terus dikejar sama dia orangnya hilang. Pernah juga pas ada saya di rumah, dia bilang ada orang mantau rumah, kami kejar bawa golok, tapi pas disamperin hilang atau engga ada," kata Fery.

‎Terkait ancaman tersebut, Fery mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian, yakni Babhinkamtibmas setempat. 

Saat itu, kata Fery, pihak kepolisian menyarankan agar membuat laporan resmi ke Polsek atau Polres dengan membawa sejumlah alat bukti.

‎"Saat itu masih laporan yang sifatnya koordinasi, dan saya memutuskan untuk memasang CCTV," ucapnya.

‎Setelah pemasangan CCTV pada 5 Agustus 2025, Fery menyebutkan bahwa ancaman yang kerap terjadi oleh istrinya sudah tidak pernah ada lagi.

‎Namun nahas, istri Fery, Dea Permata Karisma ditemukan tewas bersimbah darah di dalam rumahnya yang berada di Komplek PJT II, Desa Jatimekar Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta pada Selasa (12/8/2025) kemarin.

‎Fery yang saat itu sedang bekerja, dijemput oleh Ade Mulyana yang memberi kabar bahwa rumah sedang dikepung oleh banyak orang.

‎"Bukannya jagain istri saya, si Ade malah jemput saya ke kantor dengan kasih kabar rumah dikepung, di situ saya masih percaya. Tapi mulai curiga pas Ade bilang bahwa istri saya minta dibelikan susu, padahal istri saya itu engga suka susu, kalau kopi, iya doyan," ucap Fery.

‎Saat tiba di rumah, ia mengatakan, sang istri sudah dalam keadaan tak bernyawa dengan tertutup selimut.

‎"Banyak darah, posisi berada di lantai dan tertutup selimut dari atas hingga ke kaki, tapi wajah sudah tak terbentuk," ucapnya.

‎Saat ini, Ade Mulyana sudah diamankan oleh pihak Satreskrim Polres Purwakarta. Pihak kepolisian pun masih mendalami motif dari aksi pembunuhan yang diduga oleh Ade Mulyana tersebut.

Klarifikasi Polres Purwakarta 

Kasi Humas Polres Purwakarta, AKP Enjang Sukandi, menyebutkan pihak Satreskrim Polres Purwakarta telah bergerak cepat mengamankan terduga pelaku dalam waktu kurang dari 24 jam.

"Pelaku saat ini berhasil diamankan di wilayah Jatiluhur dan sedang diperiksa oleh penyidik Polres Purwakarta," kata Enjang.

Mengenai kabar polisi mengabaikan ancaman yang diterima Dea sebelum kematiannya, Enjang membantah. 

Ia menjelaskan korban pertama kali menyampaikan ancaman tersebut kepada anggota bhabinkamtibmas saat menghadiri sebuah acara bersama suaminya.

"Jadi bukan membuat laporan, tapi korban sempat konsultasi ke Pak Babin pada bulan Juli 2025 kemarin. Dia bertanya soal ancaman yang diterimanya, dan dari situ mulai ditindaklanjuti," ujar Enjang saat dikonfirmasi Tribunjabar.id, Rabu (13/8/2025).

Menurutnya, korban saat itu belum membuat laporan polisi secara resmi karena masih mengumpulkan bukti, salah satunya berupa tangkapan layar ancaman yang dikirim melalui WhatsApp.

"Laporan resmi memang belum dibuat saat itu, karena polisi perlu bukti. Kalau ancamannya sudah ada dan bisa ditunjukkan, baru bisa diproses," tambahnya.

Namun, pernyataan ini sedikit berbeda dengan yang disampaikan ibu korban, Yuli Ismawati (55). 

Yuli mengaku putrinya sudah lebih dulu melaporkan ancaman teror yang dialaminya ke pihak kepolisian, namun tidak mendapat tindak lanjut.

Menurut Yuli, sang anak sempat bercerita bahwa ada nomor asing yang mengirim ancaman pembunuhan melalui WhatsApp.

"Sudah kami laporkan ke babinsa, bahkan sampai ke Polsek Jatiluhur, tapi enggak ada yang datang," kata Yuli.

Siasat licik Ade Mulyana

Dea diketahui sempat keluar rumah belanja sayur pada pukul 10.00 WIB. 

‎"Tadi sekitar pukul 10.00 WIB, saya mau beli sayur. Bu Dea juga keluar, kayaknya mau belanja. pukul 11.00 WIB, kami pulang hampir bersamaan," ujar Salbiah.

‎Pada saat membeli sayur bersama tetangganya, Dea terlihat normal.

"Saya sempat sapa dia yang lagi makan. Dia bilang buru-buru karena mau hujan dan jemurannya banyak," ujar Salbiah.

‎Tak disangka, beberapa jam kemudian, pembantu Dea, Ade Mulyana berlari ketakutan sambil berteriak.

"Ibu-ibu, Bu Dea dibunuh," kata Salbiah menirukan pembantu korban.

‎Salbiah dan warga lain langsung bergegas ke rumah Dea.

"Saya mau masuk, tapi di depan pintu ke dapur sudah ada jejak darah. Saya enggak berani lanjut, takut," katanya.

‎"Kayak bekas kaki habis menginjak darah," ucapnya.

‎Ia menyebutkan, kejadian terungkap ketika pembantu Dea pulang dari warung sekitar jam 13.00 WIB.

‎"Dia disuruh beli minuman. Pas balik, langsung nemuin Bu Dea sudah tidak bernyawa," kata Salbiah. 
‎Dea disebut Salbiah tinggal berdua dengan pembantunya saat kejadian. 

Siapa yang menyangka bahwa pembantu Dea bernama Ade Mulyana tersebut hanyalah bersandiwara. 

Saat itu, Ade Mulyana berpura-pura kaget dan memberi tahu tetangga korban bila majikannya sudah tak bernyawa.

Pelaku Berhasil Ditangkap

‎Kasi Humas Polres Purwakarta AKP Enjang Sukandi mengatakan, Satreskrim Polres Purwakarta telah bergerak cepat mengamankan terduga pelaku dalam waktu kurang dari 24 jam.

Polisi mengatakan bahwa pelaku sudah diamankan pada Rabu 13 Agustus 2025 atau sehari setelah pembunuhan.

Hal ini diungkapkan AKP Enjang Sukandi.

‎Enjang juga menyebut bahwa pelaku saat ini berhasil diamankan di wilayah Jatiluhur, dan saat ini sedang diperiksa oleh penyidik Polres Purwakarta.

Meski demikian, belum diungkap siapa pembunuh Dea Permata Kharisma tersebut.

Kabar yang beredar menyebutkan kalau pembunuh Dea Permata Kharisma adalah pembantunya sendiri.

Namun, kabar ini belum dapat dibuktikan kebenarannya.

Selain mengatakan bahwa pembunuh Dea Permata Kharisma sudah diamankan, AKP Enjang Sukandi juga mengklarifikasi kabar laporan korban ke Polsek Jatiluhur tak ditangani.

AKP Enjang Sukandi menyebutkan bahwa pihak kepolisian sudah bergerak cepat atas informasi ancaman yang dialami oleh Dea Permata Kharisma.

Sosok Dea 

Inilah sosok Dea Permata Kharisma (27), warga Komplek Perumahan PJT II, Blok D, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta yang bernasib tragis. 

Dirinya ditemukan tewas dalam kondisi bersimbah darah oleh pembantunya selepas pulang dari warung pada Selasa (12/8/2025) sekitar pukul 13.30 WIB.

Sukarno (65) ayah Dea Permata mengatakan sebelum putrinya ditemukan tewas, korban sempat mendapatkan teror dari seseorang.

Teror yang dialami Dea Permata bermacam-macam, mulai rumahnya dilempar cat hingga kedatangan orang yang memberi ancaman.

‎"Sempat cerita, rumah tuh dilempari cat, kemudian juga orang yang mengancam itu pernah masuk ke dalam rumah juga," kata Sukarno di lokasi kejadian.

‎Selain ancaman, Sukarno mengatakan, anaknya juga diancam pembunuhan melalui pesan singkat WhatsApp.

Hal senada diungkapkan ibu korban, Yuli Ismawati (55).

‎Ia mengaku bahwa putrinya sudah lebih dulu melaporkan ancaman teror yang dialaminya ke pihak kepolisian, namun tidak mendapat tindak lanjut.

‎Yuli mengatakan bahwa sang anak sempat bercerita bahwa ada nomor asing yang melakukan ancaman pembunuhan melalui WhatsApp.

‎"Sudah kami laporkan ke Babinsa, bahkan sampai ke Polsek Jatiluhur. Tapi engga ada yang datang," kata Yuli.

Padahal selama ini Dea, dikenal sebagai pribadi yang tak hanya cerdas, tapi juga ulet dan penuh semangat.

‎Sosoknya yang sederhana dan ceria masih begitu jelas di ingatan sang ibu, Yuli Ismawati (55), yang menceritakan keseharian putrinya dengan penuh kebanggaan dan haru.

‎"Sehari-harinya ya ibu rumah tangga, terus dia ada kegiatan usahanya, jualan makanan, dimsum," kata Yuli saat ditemui di kediamannya di Perum POJ Sadang, Desa Cisereuh, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Rabu (13/8/2025).

‎Dea memang dikenal memiliki jiwa kewirausahaan. Di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga kuliah, ia tetap menyempatkan diri mengelola usaha kecil-kecilan yang ia rintis sendiri.

‎Setiap pagi, kata Yuli, Dea rutin mengantar dagangan dimsumnya ke tenant miliknya di sekitar kampus Politeknis Bisnis (Polbis) Purwakarta. Jika tidak ada pegawai yang membantu, ia sendiri yang berjaga dari pagi hingga sore hari.

‎"Dia dari pagi berangkat ke Polbis bawa dagangannya, pulangnya baru tutup usaha. Kalau ada pegawainya, dia arahin dulu, terus pulang ke rumah, bantuin di rumah, nyiapin sarapan suaminya, nyuci, nyetrika, ya biasa ibu rumah tangga," kata Yuli.

‎Namun lebih dari itu, Yuli menekankan bahwa yang paling melekat dari sosok Dea adalah kepribadiannya yang hangat dan tanpa prasangka.

‎"Anakku itu periang, ramah, dan enggak pernah punya rasa jelek ke orang. Dia engga pernah suudzon, bahkan ke orang yang mungkin menyakitinya pun engga," ucapnya lirih, suara sang ibu bergetar menahan emosi.

Artikel telah tayang di TribunJabar.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved