Kartini mulai memberi perhatian lebih pada adanya gerakan emansipasi wanita.
Setelah resmi menikah dengan Bupati Rembang bernama KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tahun 1903, Kartini memutuskan untuk mendirikan sekolah sendiri.
Ia mendirikan sekolah wanita dengan tujuan untuk memberikan kebebasan pendidikan bagi wanita pribumi.
Tetapi sayangnya pada 17 September 1904, R. A Kartini wafat setelah melahirkan anak pertamanya Soesalit Djojoadhiningrat.
Surat-surat R.A Kartini menjadi peninggalan, surat tersebut menginspirasi banyak wanita Indonesia karena berisikan tentang perjuangannya mengenai status sosial hak para wanita pribumi.
Bukti perjuangan R.A Kartini tersebut kemudian disusun sebagai buku.
Buku tersebut dikenal dengan judul Door Duisternis tot Licht atau dalam bahasa Indonesia "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Sejarah perjuangan R.A Kartini hingga saat ini masih dikenang, terkhusus pada saat Hari Kartini 21 April.