Harga Kopi di Bengkulu

Harga Kopi di Rejang Lebong Bengkulu 14 Juli 2025 Terus Anjlok

Penulis: M Rizki Wahyudi
Editor: Hendrik Budiman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TURUN - Harga kopi di Rejang Lebong terpantau kembali turun pada 14 Juli 2025. Saat ini harganya berkisar di Rp 43 hingga 45 ribu perkilonya.

Laporan Wartawan TribunBengkulu.com, M. Rizki Wahyudi

TRIBUNBENGKULU.COM, REJANG LEBONG – Harga komoditas kopi di Kabupaten Rejang Lebong kembali mengalami penurunan.

Hingga Senin (14/7/2025), harga kopi kering tercatat semakin anjlok dan belum menunjukkan tanda-tanda akan kembali naik.

Terbaru, harga kopi kering berkualitas bagus hanya berada di kisaran Rp 42 ribu hingga Rp 45 ribu per kilogram.

Penurunan ini terjadi secara bertahap sejak awal bulan Juli, di mana sebelumnya harga masih sempat berada di angka Rp 49 ribu hingga Rp 51 ribu per kilogram.

Sementara itu, untuk kopi dengan kualitas campuran, harganya lebih rendah lagi dan nyaris menyentuh angka Rp 40 ribuan kebawah per kilogram.

Baca juga: Harga Kopi di Rejang Lebong Bengkulu Anjlok hingga Rp 47 Ribu/Kg, Petani Tahan Jual Hasil Panen

Satu tauke kopi di Curup, Rodi membenarkan hal tersebut dimana saat ini harga kopi kering memang grafik harga terus menunjukan penurunan.

Penurunan harga ini terjadi secara bertahap dengan kisaran Rp 1 ribu hingga Rp 2 ribu. 

"Iya turun lagi, sekarang sudah kisaran 45 harganya,"sampai Rodi. 

Menurutnya, fluktuasi harga kopi merupakan hal yang biasa terjadi, terlebih saat musim panen raya seperti sekarang tahun lalu pun, saat panen, harga kopi juga sempat turun parah. 

“Tahun lalu juga begitu, pas musim panen harga turun,” tambahnya.

Sementara itu, sejumlah petani kopi berharap harga bisa kembali naik.

Beberapa dari mereka bahkan memilih menyimpan hasil panen, menunggu harga membaik sebelum dijual, mereka berharap bisa kembali menjual kopi diangka Rp 60 ribu keatas. 

“Bayangkan pak, harga pupuk dan perawatan sudah mahal, ya semoga harganya bisa kembali naik,"harap Aan, salah satu petani kopi asal Bengko.