Penemuan Rafflesia Hasseltii

Sosok Septian Andriki Aktivis Bengkulu Menangis Haru Temukan Rafflesia Hasseltii di Hutan Sumatera

Sosok Septian Andriki Menangis Haru saat Temukan Rafflesia Hasseltii usai 13 tahun Pencarian, Aktivis Lingkungan Bengkulu

Editor: Hendrik Budiman
Dokumentasi Septi Andriki
PENEMUAN RAFFLESIA HASSELTII - Rafflesia hasseltii di Sijunjung, Sumatera Barat yang ditemukan tim ekspedisi Septi Andriki, Chris Torogood dari Oxford, dan Iswandi dari LPHN SUMPUR KUDUS. 

"Saya bilang sampai haru karena sudah enggak bisa kebendung lagi emosionalnya, akhirnya saya luapin di situ," lanjutnya.

Meski begitu, ia tetap menekankan pentingnya etika dalam mendokumentasikan tumbuhan langka.

"Saya selalu memposting foto saya itu tidak pernah menyentuh langsung si Rafflesia," katanya.

Menurutnya, sentuhan manusia dapat mempercepat kerusakan dan pembusukan bunga.

Rafflesia Hasseltii Pernah Dianggap Punah

Profesor Agus Susatya, peneliti Rafflesia sekaligus Guru Besar Universitas Bengkulu mengungkap, populasi R. hasseltii yang kecil di habitat aslinya membuat statusnya tergolong Critical Endangered atau berada dalam risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar.

Agus mengatakan, Rafflesia hasseltii sebenarnya sudah ditemukan sejak lama, yaitu sekitar tahun 1879.

Meskipun sebarannya luas dapat ditemukan di Sumatera (Bengkulu, Sumatera Barat) hingga Kalimantan Barat spesies ini adalah yang relatif langka.

Penemuan Spesies Baru Mesti Diikuti Pelestarian Artikel Kompas.id Kelangkaan ini diperparah oleh kesulitan memprediksi massa mekarnya, yang membuat informasinya sangat jarang. "Malah di (beberapa tahun yang lampau itu) dia dianggap punah," ungkap Prof. Agus dihubungi Kompas.com, Kamis (20/11/2025).

Setelah sempat menghilang, R. hasseltii muncul lagi dan ditemukan oleh mahasiswa di Jambi.

Namun, populasi R. hasseltii secara keseluruhan masih sangat kecil dan terfragmentasi. Diketahui, masa mekar R. hasseltii hanya tujuh hari, dengan waktu puncaknya selama dua hari.

Prof. Agus Susatya menjelaskan bahwa di lokasi penemuan, populasi R. hasseltii tidak pernah mencapai jumlah besar. Kondisi inilah yang memicu klasifikasi status konservasi yang kritis.

"Memang populasinya kecil, ya. Bunganya dalam satu lokasi itu mungkin, saya punya data itu, kurang dari 10 kuncup, ya," katanya.

Tidak semua kuncup tersebut berhasil mekar. Banyak kuncup yang mati dalam proses perkembangannya. Kombinasi antara populasi yang kecil dan mortalitas (kematian) yang tinggi ini membuat R. hasseltii rentan.

"Kami menggolongkan R. hasseltii status konservasinya lebih ke arah critical endangered," ujar Prof. Agus.

Ia memberikan peringatan keras: "Dia kalau ee sebentar lagi kalau enggak ada proteksi, dia akan punah." B

Sumber: Tribun Bengkulu
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved