Hari Guru 2025

Logo Hari Guru 2025: Arti, Folosofi dan Pesan Inspiratifnya

Sambut Hari Guru Nasional 2025, pemerintah meluncurkan logo resmi HGN bertema “Guru Hebat, Indonesia Kuat”.

Editor: Yunike Karolina
kemendikdasmen
HARI GURU 2025 - Sambut Hari Guru Nasional 2025, pemerintah meluncurkan logo resmi HGN bertema 'Guru Hebat, Indonesia Kuat'. Logo Hari Guru 2025 punya sarat makna dan memiliki filosofi pendidikan. 

Selain itu, Penghargaan GTK 2025 akan diberikan kepada guru, tenaga kependidikan, dan tokoh pendidikan yang menunjukkan inovasi, dedikasi, dan kontribusi signifikan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Penghargaan tahun ini terbagi menjadi dua kategori: Anugerah GTK dan Apresiasi GTK, yang keduanya menyoroti prestasi serta peran aktif para pendidik dan tenaga kependidikan dalam pengembangan kompetensi profesional.

Puncak peringatan berlangsung pada 25 November, tepat saat Hari Guru Nasional. Seluruh satuan pendidikan di Indonesia akan menggelar upacara peringatan.

Pada momen ini, masyarakat juga diimbau untuk ikut meramaikan dengan membuat konten ucapan Selamat Hari Guru, sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi kepada para pendidik.

Acara puncak Bulan Guru Nasional menjadi saat penting untuk menyerahkan Anugerah GTK dan Apresiasi GTK, sekaligus meneguhkan semangat pengabdian guru.

Kegiatan ini diharapkan menumbuhkan kebanggaan terhadap profesi guru dan mendorong terciptanya ekosistem pendidikan yang berkualitas, inovatif, dan berdaya saing tinggi.

Bagi guru dan tenaga kependidikan yang ingin mengetahui rangkaian kegiatan dan panduan resmi Bulan Guru Nasional 2025, panduan dapat diakses melalui laman resmi Kemendikdasmen.

Berikut link panduan kegiatan Hari Guru 2025

Sejarah Hari Guru Nasional di Indonesia

Hari Guru Nasional tidak lahir begitu saja, melainkan berakar dari perjalanan panjang perjuangan para pendidik di Indonesia sejak masa penjajahan.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, semangat para guru untuk memajukan pendidikan sudah tumbuh di tengah keterbatasan.

Pada tahun 1912, sejumlah guru di Hindia Belanda membentuk organisasi bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Organisasi ini menjadi wadah bagi berbagai kalangan pendidik, mulai dari guru bantu dan guru desa hingga kepala sekolah.

Melalui PGHB, para guru memperjuangkan kesetaraan hak dan peningkatan mutu pendidikan bagi rakyat pribumi.

Pergerakan ini kemudian menginspirasi lahirnya berbagai organisasi guru lain, seperti Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), dan Persatuan Guru Ambachtschool (PGAS).

Seiring waktu, semangat untuk bersatu semakin kuat hingga pada 1932, sejumlah organisasi tersebut bersepakat melebur menjadi satu dengan nama Persatuan Guru Indonesia (PGI), sebuah langkah berani karena mereka menggunakan kata “Indonesia”, yang saat itu belum diizinkan oleh pemerintah kolonial.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved