Balita di Seluma Cacingan

Fakta-fakta Kakak Beradik di Seluma Bengkulu Terinfeksi Cacing hingga Keluar dari Mulut dan Hidung

Fakta-fakta Balita Kakak Beradik di Seluma Bengkulu Terinfeksi Cacing hingga Keluar dari Mulut dan Hidung

Editor: Hendrik Budiman
TribunBengkulu.com/Yayan Hartono
BALITA CACINGAN - Kolase pasien Khaira (kiri) dan Kondisi rumah orangtua Khaira (Kanan). Fakta-fakta Balita Kakak Beradik di Seluma Bengkulu Terinfeksi Cacing hingga Keluar dari Mulut dan Hidung 

Fakta-fakta Balita Kakak Beradik di Seluma Bengkulu Terinfeksi Cacing hingga Keluar dari Mulut dan Hidung

TRIBUNBENGKULU.COM - Fakta-fakta 2 balita bersaudara asal Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, Seluma, Bengkulu, mengalami infeksi cacing gelang parah hingga cacing keluar dari mulut dan hidung mereka

Khaira Nur Sabrina (1,8 tahun) mengeluarkan cacing gelang dari mulut dan hidungnya, kini sang kakak, Aprillia (4 tahun), juga didiagnosa mengalami penyakit cacingan dan harus dirujuk ke rumah sakit.

Diketahui bahwa cacing keluar dari mulut dan hidung Khaira Nur Sabrina. 

Berdasarkan hasil rontgen perut kedua kakak beradik ini terungkap bahwa cacing telah menggumpal atau bersarang cukup lama. 

Berikut fakta-fakta yang dirangkum TribunBengkulu.com:

1. Korban Balita Kakak Beradik

Korban adalah Khaira (1,8 tahun) dan kakaknya Aprillia (4 tahun).

Keduanya menunjukkan gejala cacingan akut dan harus dirujuk ke RSUD M Yunus Bengkulu.

Baca juga: Tak Hanya Khaira! Kakaknya yang Masih 4 Tahun di Seluma Bengkulu Juga Alami Penyakit Cacingan

Direktur RSUD Tais, Eva Debora Siahaan mengatakan saat ini keduanya dirujuk ke rumah sakit di Kota Bengkulu untuk mendapatkan operasi.

2. Cacing Keluar dari Hidung dan Mulut

Balita berusia 1 tahun 8 bulan mengalami kondisi medis mengejutkan cacing gelang keluar dari mulut dan hidungnya saat dirawat di RSUD Tais. 

Awalnya Nur Khaira Sabrina warga Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu mengeluarkan cacing gelang atau Ascaris dari mulut dan hidung.

Direktur RSUD Tais, dr. Eva Debora Siahaan, mengatakan kejadian ini pertama kali diketahui pihak keluarga pada Minggu, 13 September 2025, sekitar pukul 18.00 WIB.

Saat itu, cacing gelang sebesar lidi sapu keluar dari hidung dan mulut pasien.

3. Cacing menggumpal di perut

Bantuan pernapasan terus diberikan kepada pasien agar pasokan oksigen tetap maksimal dan normal.

Pihaknya juga berupaya mengeluarkan cacing yang ada di dalam tubuh pasien.

"Hasil rontgen menunjukkan ada gumpalan di perut pasien yang diduga kumpulan cacing ini. Kami masih berupaya untuk mengeluarkan cacing ini dari tubuh pasien," jelas Eva.

Penyakit ini awalnya diketahui ketika pasien mengalami demam tinggi, batuk berdahak, serta terlihat gelisah.

Pada saat demam tersebut, cacing mulai keluar dari hidung dan mulut pasien.

"Oleh orang tua, kemarin, 14 September 2025, pasien diantar ke kami. Saat ini sedang kita rawat intensif," kata Eva. 

4. Penyebab Awal Pasien

Direktur RSUD Tais menuturkan, penyebab pasien terjangkit penyakit cacing ini berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat.

Pasien sering bermain di tanah tanpa memakai sandal, lalu tanpa mencuci tangan dan kaki langsung menyantap makanan menggunakan tangan.

"Jadi, telur cacing ini menempel di tangan dan masuk ke mulut. Berkembang biak di perut hingga menjadi banyak seperti ini," ungkap Eva Debora.

Menyikapi hal tersebut, dr. Eva mengingatkan para orang tua untuk selalu menjaga kebersihan anak.

Jika keluar rumah, biasakan memakai sandal dan yang terpenting cuci tangan serta kaki sebelum makan.

"Terpenting juga, setiap enam bulan atau setahun sekali berikan obat cacing pada anak. Ini penting agar anak terhindar dari penyakit cacing ini," pesan Eva Debora.

5. Kondisi Rumah Pasien

Pantauan Tribunbengkulu.com, hanya ada satu kamar dengan tempat tidur seadanya di rumah yang didiami keluarga Nur Khaira Sabrina. Tidak ada perabot yang terlihat, dinding papan yang tidak rapat dengan pakaian tergantung di sana-sini.

"Lantai masih tanah, masih dinding papan dan hanya satu kamar inilah. Tempat keluarga dengan empat anggota ini tinggal," kata Rendi. 

TAK LAYAK HUNI- Beginilah kondisi rumah keluarga Nur Khaira Sabrina pasien terjangkit cacing gelang di Desa Sungai Petai, jauh dari kata sehat dan layak huni
TAK LAYAK HUNI- Beginilah kondisi rumah keluarga Nur Khaira Sabrina pasien terjangkit cacing gelang di Desa Sungai Petai, jauh dari kata sehat dan layak huni (Yayan Hartono/Tribunbengkulu.com)

Bukan hanya di dalam, bagian luar rumah juga terlihat jauh dari sehat. Sampah juga terlihat berserakan, sumur yang menjadi sumber air minum juga terlihat kotor dengan rumput yang tumbuh di bibir sumur. 

"Jamban ada, dapat bantuan program sanitasi Pemkab Seluma. Kalau kondisi rumah baik luar maupun dalam bisa kita lihat, memang jauh dari kata sehat," ucap Kades Sungai Petai.

Rendi berharap ada perhatian Pemkab Seluma untuk memperbaiki rumah keluarga Nur Khaira Sabrina. Karena memang tidak layak huni dan jauh dari kata layak dan sehat. 

6. Bupati Rehab Rumah Pasien

Bupati Seluma, Teddy Rahman, berjanji akan memperbaiki rumah orangtua kedua kakak beradik itu menjadi rumah layak huni (RLH). 

"Saya sudah minta Dinas Permukiman dan Perhubungan (Perkimhub), Baznas untuk cek rumah orangtua kedua anak tersebut. Kami akan perbaiki menjadi rumah yang layak dan nyaman," tegas Bupati Seluma, Teddy Rahman, Selasa (16/9/2025). 

Perhitungan anggaran untuk merehab rumah sedang dalam penghitungan. 

Sementara Baznas akan menyiapkan material yang dibutuhkan, sedangkan untuk pengerjaan akan dibantu Kodim 0425/Seluma. 

"Kita sudah berkoordinasi ke Pak Dandim, beliau siap menurunkan personel untuk melakukan perbaikan rumah orang tua kedua anak itu," sebutnya.

7. Puskesmas harus lebih intens

Teddy mengatakan, ke depan Puskesmas harus lebih intens turun ke masyarakat untuk melakukan monitoring secara detail terhadap permasalahan kesehatan yang terjadi di lingkungan masyarakat.

"Ini perlu pemantauan Posyandu. Jadi Puskesmas harus monitoring yang detail terkait permasalahan kesehatan di masyarakat. Jangan cuma menunggu masyarakat yang datang berobat, harus lebih intens turun ke masyarakat," kata Teddy Rahman dikonfirmasi Tribunbengkulu.com, Senin malam 15 September 2025.

Semua OPD terkait, ucap Teddy, harus berkoordinasi terkait seluruh permasalahan yang ada di masyarakat.

Dinas Kesehatan selaku leading sektor harus segera membagi tenaga kesehatan sesuai klasifikasi keahlian. 

Selain itu, juga dilakukan pemetaan permasalahan kesehatan yang dialami masyarakat.

"Tenaga kesehatan harus disebar sampai tingkat desa. Menjalankan tugas dan mengumpulkan data untuk dijadikan program dan sasaran kegiatan kesehatan Pemkab Seluma," ucap Teddy.

Kepala desa dan lurah hingga camat, ujarnya, juga harus berperan aktif dalam sosialisasi masalah kesehatan di setiap desa di wilayahnya, dengan memantau setiap penduduk agar berperan aktif dalam posyandu.

8. DPRD Siap Dukung Anggaran Kesehatan

DPRD Seluma siap mendukung anggaran untuk meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat, ujar April Yones.

OPD yang memiliki program terkait harus lebih proaktif, seperti Dinkes, DP3AP2KB, Dinas PUPR untuk sarana sanitasi, dan Dinas Sosial untuk program kemasyarakatan.

"Nanti kami DPRD Seluma di setiap pertemuan dengan masyarakat di Dapil masing-masing juga akan melaksanakan sosialisasi PHBS ini. Ini harus menjadi prioritas agar ke depan tidak ada lagi peristiwa seperti ini," tambah Ketua DPRD Seluma.

April Yones menambahkan, pihaknya akan menjadwalkan pemanggilan Dinkes, Puskesmas, dan RSUD Tais untuk menindaklanjuti kasus ini.

Langkah ini bertujuan mencari solusi agar ke depan tidak ada lagi anak yang mengalami penyakit cacing gelang.

"Saya berencana akan memanggil Dinkes, Puskesmas juga RSUD Tais menyikapi ini. Kita akan duduk bersama, mencari solusi agar ke depan tidak ada lagi anak mengalami penyakit ini," ungkap April Yones. (TIM REDAKSI/YAYAN HARTONO)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved