Jungkir Balik Harga Sawit

Harga Tidak Normal, Toke Pilih Tolak TBS Kelapa Sawit Petani di Bengkulu Selatan

Turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit akibat dampak dari kebijakan pemerintah yang melarang ekspor minyak CPO ke luar negeri jelang hari

Editor: M Arif Hidayat
TribunBengkulu.com
Antrian truk pengangkut TBS Kelapa sawit di salah satu pabrik CPO di Bengkulu Selatan 

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU SELATAN - Turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit akibat dampak dari kebijakan pemerintah yang melarang ekspor minyak CPO ke luar negeri jelang hari raya Idul Fitri lalu, juga dirasakan berat para petani dan toke di wilayah Bengkulu bagian selatan, seperti Seluma, Bengkulu Selatan dan Kaur.

Selain harga TBS yang anjlok, para toke kini juga terpaksa menolak TBS kelapa sawit petani dengan menutup Ram tempat jual beli TBS mereka.

Hal itu dilakukan untuk mencegah kerugian yang cukup besar lagi. Bahkan penutupan Ram ini dilakukan sudah sejak Jumat (13/5/2022) lalu.

Mistriyono, salah satu pemilik ram sawit di Bengkulu Selatan mengaku, kerugian yang dialami cukup besar terjadi saat menjelang hari raya Idul Fitri.

Tidak hanya dirinya, sebagian besar pemilik Ram di daerah ini merugi hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Akibat harga TBS terjun bebas jelang lebaran lalu.

“Bagaimana tidak rugi, beli dari petani dengan harga Rp 2.900, pas ke pabrik hanya dibeli seharga Rp 1.700. Penutupan ini dilakukan untuk menghindari tumpukan TBS dari petani yang banyak. Karena harga TBS di pabrik belum normal, agar tidak mengalami kerugian lagi,” jelasnya.

Ditambahkan Mistriyono, jika tidak mengalami penumpukan TBS dan antrian yang begitu panjang lagi. Maka pihaknya akan kembali membeli TBS lagi.

“Satu dua hari kedepan kami akan kembali membuka pembelian TBS, lantaran buah yang ada sudah mulai kembali normal tidak terlalu banyak lagi,” tuturnya

Dua unit pabrik CPO di Bengkulu Selatan seperti PT. Bengkulu Sawit Lestari (BSL) dan PT. SBS sudah kembali beroperasi.

Antrian truk pengangkut TBS juga tampak mengular panjang. Bahkan sopir banyak yang terpaksa menginap.

Sementara itu, Humas PT BSL Idius Safri kepada TribunBengkulu.Com mengaku, saat ini harga TBS di tingkat pabrik Rp 1.480 perkilogramnya, sedangkan yang KPS yang tidak dipotong DO sebesar Rp 1.500. Sedangkan di PT. SBS menerima TBS sebesar Rp 1500 per kilogramnya.

"Iya harga masih belum normal, masih turun ini," ungkapnya singkat.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved