Harga Sawit
Harga TBS Sawit di Pabrik Terus Turun, Toke Sawit di Bengkulu Hanya Mampu Beli Rp 850 per Kilogram
Harga TBS sawit yang terus turun di pabrik membuat toke atau pemilik DO di Bengkulu tak mampu beli sawit dengan harga tinggi dari petani.
Penulis: Romi Juniandra | Editor: Yunike Karolina
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Romi Juniandra
TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Harga TBS sawit yang terus turun di pabrik membuat toke atau pemilik Delivery Order (DO) di Bengkulu tak mampu beli sawit dengan harga tinggi dari petani.
Salah satu pemilik DO di kawasan Jalan Air Sebakul, Kota Bengkulu, Firman mengatakan dirinya sampai saat ini hanya sanggup membeli ke petani antara Rp 800 hingga Rp 850, per kilogram TBS sawit.
"Hari ini masih sama dengan kemarin (Harga TBS sawit Rp 800 hingga Rp 850). Tergantung kualitas buah," kata Firman kepada TribunBengkulu.com, Jumat (17/6/2022).
Ditambahkan Firman, hari ini, harga di pabrik, terutama di pabrik yang ada di Bengkulu Tengah kembali turun.
Seperti di PT Palma Mas Sejati, harga TBS sawit turun dari semula Rp 1,260 per kilogram, kini menjadi Rp 1,230 per kilogram.
Kemudian, di di PT Citra Sawit Lestari, hari ini mengalami penurunan harga sebesar Rp 20, yang semula dari harga Rp 1,360 per kilogram hari ini hanya menyentuh harga Rp 1,300 per kilogram.
"Rata-rata turun Rp 30," tambah dia.
Karena harganya yang turun inilah, para pemilik DO juga tak bisa membeli lebih tinggi kepada petani.
Jika harga normal dan tetap, lanjut Firman, dirinya hanya mengambil selisih Rp 300, antara petani dan harga pabrik. Selisih harga ini dihitung sebagai ongkos mobil dan operasional supir saat membawa TBS sawit ke pabrik.
Baca juga: Harga Pupuk Naik Rp 900.000, Harga Sawit Anjlok, Petani di Bengkulu Selatan Tunda Pemupukan
Baca juga: Harga TBS Sawit Hari Ini di Bengkulu Tengah Kembali Turun, Terendah Rp 1.230 per Kilogram
"Itu dulu, saat harga normal dan tinggi. Kami angkut barang, bawa pabrik, langsung bongkar, balik. Angkut lagi," ujar Firman.
Namun, kini dirinya tak bisa membeli TBS sawit ke petani dengan selisih harga tersebut. Selain biaya operasional supir dan upah pekerja, lamanya antrean di pabrik juga harus diperhitungkan.
"Misalnya kami bawa 8,5 ton di mobil colt diesel itu. Antre dua hari di pabrik, TBS sawit itu bisa menyusut 100 kilogram, jadi 8,4 ton. Dikalikan saja," kata Firman.
Belum lagi jika mobil yang digunakan adalah mobil rental, yang perharinya bisa mencapai Rp 800 ribu.
"Jadi, kondisi saat ini berdampak ke semua, baik toke atau petani," tambah Firman.