Ekspor Porang Kembali Dibuka, 150 Ton Porang dari Madiun Diekspor ke China
Kran ekspor porang kembali dibuka, 150 ton porang dari Kota Madiun, Jawa Timur diberangkatkan ke China.
TRIBUNBENGKULU.COM - Kran ekspor porang kembali dibuka, 150 ton porang dari Kota Madiun, Jawa Timur diberangkatkan ke China.
Ekspor porang kembali dibuka setelah sebelumnya sempat ditutup karena Pandemi Covid-19 sejak tahun 2020.
Baca juga: Penampakan Bimo, Sapi Kurban Pesiden Jokowi Berbobot Nyaris 1 Ton di Bengkulu
Sebanyak 150 ton serpih porang kering dalam bentuk chip atau keripik dari PT Asia Prima Konjac, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun diberangkatkan menuju China yang dilepas langsung Bupati Madiun, Ahmad Dawami, pada Rabu (6/7/2022).
150 ton keripik porang tersebut dikirim menggunakan enam truk kontainer.
Baca juga: Warga Jambi Unjuk Rasa Tolak Pendirian Hollywings di Kota Jambi
Ahmad Dawami mengatakan pembukaan ekspor ini tidak akan disia-siakan oleh Kabupaten Madiun.
Nantinya PT Asia Prima Konjac, secara konsisten akan mengirim olahan porang tersebut ke negeri Tirai Bambu.
"Ini kabar baik untuk semuanya, sejak tahun 2020 (ekspor) ditutup sekarang sudah dibuka. Semoga dengan ini harga (porang) menjadi normal, petani Madiun bisa semangat lagi jika harganya membaik lagi," kata pria akrab disapa Kaji Mbing, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Pria Beristri di Rejang Lebong Rudapaksa Anak di Bawah Umur Ditangkap Polisi, Sempat Buron 8 Bulan
Harga Porang memang sedang anjlok, saat ini umbi porang basah dari petani hanya dihargai Rp 2.200 perkilogram.
Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan pada tahun 2020 lalu yang mana harga porang mencapai Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu perkilogram.
Tak hanya umbi basah, harga Porang kering dalam bentuk chip atau keripik juga terjun bebas.
Saat ini harga porang kering berada di angka Rp 22 ribu perkilogram, padahal tahun 2020 harganya sampai Rp 68 ribu perkilogram.
Baca juga: Gunakan Skema Ponzi Jerat Korban dengan Iming Keuntungan Berlipat, Bos Arisan Online Jadi Tersangka
Untuk itu dengan dibukanya kran ekspor porang, menjadi angin segar bagi para petani terutama di Kabupaten Madiun.
"Untuk harga akan dipantau terus pergerakannya, logisnya ketika ekspor ke Cina dibuka maka hukum pasar akan berlaku sehingga harga pelan-pelan akan naik seiring permintaan yang juga kembali naik," jelas Kaji Mbing.
Para petani dan pabrik untuk tetap menjaga standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh negara penerima yaitu China.
Baca juga: Tak Kuat Menanjak di Tebing Kedurang Bengkulu Selatan, Truk Muatan 6 ton Barang Bekas Terperosok
"Ada sesuatu yang harus dijaga protokol ekspornya, mulai keamanan pangan dan kesehatan makanan, hingga keterangan asal barang. Jadi mulai hulu sampai hilir, petani sampai pabrik dan kemasan semuanya diatur," ungkapnya.
Hal tersebut penting karena jika sampai ada yang dilanggar lalu barang kiriman dari Madiun direject atau ditolak ketika sudah sampai China maka pintu ekspor akan kembali ditutup setidaknya selama lima tahun.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bengkulu/foto/bank/originals/Ekspor-150-Ton-Serpih-Porang.jpg)