Tarif Angkutan TBS Sawit Berpotensi Naik Dua Kali Lipat, Lantaran Ada Larangan Pembelian BBM Subsidi

Tarif angkutan Tandan Buah Segar atau TBS sawit berpotensi naik dua kali lipat, jika larangan pembelian solar bersubsidi terhadap truk angkutan sawit

Penulis: Beta Misutra | Editor: M Arif Hidayat
Beta Misutra/TribunBengkulu.com
Mobil truk angkutan TBS sawit ikut berjejer didepan Pertamina Pulau Baai Bengkulu mempertanyakan larangan pembelian solar bersubsidi 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Beta Misutra

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Tarif angkutan Tandan Buah Segar atau TBS sawit berpotensi naik dua kali lipat, jika larangan pembelian solar bersubsidi terhadap truk angkutan sawit terus diberlakukan.

Cepat atau lambat hal tersebut akan terjadi, karena sejak seminggu terakhir mereka sudah tidak diperbolehkan lagi membeli BBM jenis solar bersubsidi.

Baca juga: Lantaran Pasokan TBS Sawit Berkurang, Pabrik Kelapa Sawit di Bengkulu Tengah Naikkan Harga

Di Provinsi Bengkulu sendiri kebijakan ini sudah berlaku di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU).

"Kalau pengaruhnya, jelas akan sangat-sangat berpengaruh, intinya untuk angkutan sawit cuman bio solar yang bisa kita pakai. Karena untuk Dexlite ongkos kita tidak memungkinkan," ungkap Razi salah satu sopir truk angkutan TBS sawit kepada TribunBengkulu.com, Senin (11/7/2022).

Para sopir truk angkutan TBS sawit mengaku mereka tidak sanggup lagi mengambil biaya angkutan TBS sawit, karena saat ini mereka harus membeli Dexlite sebagai bahan bakar.

Sudah seminggu terakhir para sopir angkutan sawit di Provinsi Bengkulu harus membeli Dexlite yang harganya 3 kali lipat dari harga solar bersubsidi.

Baca juga: Fakta Petani Jual Sawit ke Malaysia, Pembelinya Bukan Pabrik Tapi Pengumpul dengan Harga Rp 4000/Kg

"Harga TBS sekarang rendah, jelas ini akan sangat memberatkan masyarakat jika sampai ada peningkatan harga angkutan," ungkap Razi.

Namun jika pemerintah tetap menginginkan para sopir truk angkutan untuk menggunakan Dexlite, mereka mengaku siap untuk beralih.

Dengan syarat pemerintah harus menyediakan BBM jenis Dexlite ini dalam jumlah yang banyak, sehingga tidak terjadi kelangkaan.

Selanjutnya para sopir juga menginginkan adanya kenaikan biaya angkutan, termasuk juga untuk biaya angkut TBS sawit.

"Kalau memang harus pakai Dexlite, kami minta naikkan harga angkutan minimal 2 kali lipat. Jadi misal kalau biasanya biaya angkut TBS sawit itu Rp 100 perkilo, maka paling tidak kita minta naik jadi Rp 200 perkilo," ujar Razi.

Sementara itu jika memang para sopir angkutan TBS sawit sudah menaikkan tarif angkutan, jelas ini akan benar-benar menyiksa petani sawit yang ada di Provinsi Bengkulu.

"Sebenarnya kami juga tidak tega karena harga sawit saat ini benar-benar anjlok. Akan tetapi kalau tetap pakai tarif yang lama, sedangkan kami harus isi Dexlite, tentu kami sangat berat jika tidak menaikkan tarif angkutan," kata Agung, sopir TBS sawit lainnya menambahkan. 
 
 
 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved