Diduga Ada Penyalahgunaan Nopol untuk Antre Isi BBM Subsidi, Bagaimana Modusnya?
Saat ini ada dugaan penyalahgunaan nopol kendaraan untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, baik jenis Biosolar maupun Pertalite.
Penulis: Beta Misutra | Editor: Yunike Karolina
Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Beta Misutra
TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Saat ini ada dugaan penyalahgunaan Nomor Polisi (Nopol) kendaraan untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi berulang, baik jenis Biosolar maupun Pertalite.
Diduga ada oknum yang menggunakan kendaraan dengan Nopol yang bukan miliknya, untuk mendapatkan BBM subsidi.
Modus pemalsuan Nopol ini mulai muncul ke permukaan setelah ada beberapa kejadian saat masyarakat mengisi BBM di SPBU.
Saat penginputan Nopol atau scan QR Code, ternyata kendaraan yang bersangkutan terdata sudah melakukan pengisian BBM.
Padahal pemilik kendaraan merasa dirinya sama sekali belum pernah mengisi BBM di SPBU manapun.
Kejadian ini juga tidak ditampik oleh pihak SPBU pernah terjadi, salah satunya diungkapkan Manager SPBU KM 6,5 Kota Bengkulu, Surya Darmawan.
"Kami pernah cek, misalnya kendaraan ini pernah isi di SPBU KM 6,5 tapi setelah di input Nopolnya, kendaraan ini sudah ngisi di SPBU lain," ungkap Surya.
Pada dasarnya penginputan Nopol kendaraan saat pengisian BBM memang seharusnya menggunakan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
Ini untuk mencocokkan antara Nopol yang ada di STNK dengan Nopol yang ada di kendaraan.
Selain itu, hal ini juga harusnya dilakukan untuk menghindari oknum yang memalsukan Nopol kendaraan untuk mendapatkan BBM bersubsidi.
Namun sayangnya masih ada pelonggaran yang terkadang dilakukan oleh pihak SPBU untuk menghindari konflik.
Di mana pihak SPBU masih memberi toleransi pengisian bagi kendaraan yang tidak membawa STNK dengan alasan ketinggalan.
Sehingga penginputan hanya dilakukan berdasarkan Nopol yang terpasang pada kendaraan saja.
Sehingga disaat itulah diduga dengan alasan ketinggalan STNK ini merupakan modus bagi oknum untuk mendapatkan solar subsidi.
Apalagi pihak SPBU juga merasa tidak enak, mengingat yang bersangkutan sudah mengantre cukup lama.
"Mudah-mudahan mereka itu tidak bohong, ada konsumen yang bilang STNK tinggal padahal sudah antre lama. Jadi kadang-kadang kami bantu, paling tidak 5-10 liter, jangan sampai dia beralasan kami nggak ada minyak untuk pulang," ujar Surya.
Kasus seperti itu saat ini masih ditemui di SPBU, karena alasan pihak SPBU merasa kasihan karena yang bersangkutan sudah antre lama.
Namun pihak SPBU beralasan BBM yang diberikan untuk kasus seperti itu masih dalam batas toleransi.
"Kalau misal dia minta isi 40 liter, ini indikasinya lain. Tapi kalau batas 10 liter masih batas kewajaran," kata Surya.
Sementara itu seperti diketahui, saat ini pengisian BBM bersubsidi harus menggunakan QR Code atau penginputan Nopol kendaraan yang dicocokkan dengan STNK.
Hal ini tentunya untuk menghindari agar jangan sampai ada kendaraan yang memakai Nopol Bodong, mendapatkan BBM bersubsidi yang bukan merupakan haknya.
Namun terkait sistem baru ini pihak SPBU mengaku juga pernah melakukan pengecekan CCTV karena menemukan adanya Nopol kendaraan yang sama.
Namun pihaknya tidak mampu menjelaskan, apakah memang hal tersebut kesalahan dari pihak Samsat, atau memang penyalahgunaan oleh oknum yang ingin mengambil keuntungan.
"Nah itu, teknis Nopol itu kami nggak tau, tapi ada kejadian persis seperti itu. Jenis kendaraan lain, tapi Nopolnya sama," ungkap Surya.
Baca juga: Belum Isi BBM tapi Saat Scan QR Code di SPBU Terdata Sudah Isi, Begini Penjelasan Pertamina
Baca juga: Apa Penyebab Antrean Panjang Pengisian BBM Bersubsidi di Bengkulu? Ini Penjelasan Pihak SPBU
Baca juga: Problem Baru Antre BBM Bersubsidi di Bengkulu, Adakah Indikasi Penyalahgunaan Nomor Plat Kendaraan?