Natal 2023
7 Contoh Khotbah Renungan Natal 2023 yang Singkat, Bermakna dan Penuh Suka Cita
Perayaan Natal biasanya diisi dengan lagu -lagu natal dan juga khotbah yang berisikan tentang renungan Natal.
Penulis: Yuni Astuti | Editor: Hafi Jatun Muawiah
Natal mengajarkan kita bahwa kasih sejati tidak hanya untuk saat-saat bahagia, tetapi juga di tengah kebutuhan.
Saat Maria dan Yusuf mencari tempat di Betlehem, mereka mengalami kesulitan, namun di situlah kasih Allah terwujud dalam tindakan. Kita juga dipanggil untuk memberikan kasih di tengah kebutuhan dan kesulitan sesama.
Kasih Kristus yang kita hidupi dapat menjadi kekuatan yang mengubah dunia.
Dalam Matius 5:16, Yesus mengatakan, "Biarlah terangmu bersinar di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.
Dengan tindakan kasih kita, kita dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain dan memuliakan Allah."
Saudara-saudara, dalam kesederhanaan Natal ini, mari kita merayakan kasih Kristus dalam tindakan nyata.
Kasih bukan hanya kata-kata, tetapi tindakan yang membawa dampak positif bagi sesama.
Semoga Natal tahun ini menjadi kesempatan bagi kita untuk menyebarkan kasih Kristus kepada dunia ini.
Selamat Natal, saudara-saudara. Semoga tindakan kasih kita membawa sukacita dan berkat bagi banyak orang. Amin.
4. Khotbah Renungan Natal Pesta St. Stefanus, Martir Pertama: Dicari Saksi yang Beriman"
Bacaan: Kis. 6:8-10; 7:54-59; Mat. 10:17-22
Perayaan hari ini menampilkan segi lain dari Natal, yakni tentang: keberanian, kepercayaan, pengorbanan, tentang kematian dari martir pertama: Stefanus, diakon dan murid Yesus Kristus. Bukan kebetulan Gereja menampilkan sisi lain dari Natal yakni: kematian. Kelahiran dan kematian, berbeda tapi satu. Bagai dua sisi mata uang yang sama.
Stefanus - adalah seorang Kristen, ia seorang diakon yang ramai diperbincangkan oleh orang-orang kota Yerusalem. Konon ia keturunan Yunani, orang asing menurut pandangan Yahudi. Ia diangkat menjadi diakon oleh para Rasul, untuk melayani dan menjalankan karya amal dan karitatip di kalangan jemaat. Stefanus bekerja sekuat tenaga. Ia penuh iman dan Roh Kudus, dan ia mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak (Kis 6:5-8). Stefanus juga orang yang pandai berbicara, ia tidak takut bersoal jawab untuk membela Tuhan dan kebenaran ajaran Yesus Kristus. Dalam bersoal jawab atau debat, Stefanus selalu meyakinkan dengan jawaban-jawaban yang benar; yang membuat lawan-lawannya marah, tersinggung dan tak berdaya. Bagi mereka, Stefanus menjadi batu sandungan. Maka akibatnya, ia disingkirkan. Perjuangan Stefanus demi Kristus diakhiri secara paksa oleh kematian. Mereka menyeret dia keluar dari tembok kota dan dirajam dengan batu sampai tak bernyawa. Dan kita bertanya, dengan itu siapa yang menang dan siapa yang kalah? Ini bukan soal kalah-menang, tetapi soal mempertanggungjawabkan iman yang benar, dengan keteguhan dan keberanian tanpa takut, ia tetap memberikan kesaksian iman yang benar akan Kristus yang ia yakini. Stefanus bukan tipe pribadi yang asal-asal dalam beriman, bukan pribadi yang takut ketika dihadapkan dengan para penantang dan pencemooh imannya akan Allah. Ia tidak berpenampilan sembunyi-sembunyi, tapi dengan terus terang, yakin sungguh akan kebenaran iman yang ia percaya. Bahwa Yesus adalah jaminan dan kekuatan, Yesus adalah sumber dan puncak dari seluruh keyakinan imannya. Karna Yesus ia tidak mundur selangkah pun memberikan kesaksian. Ia mempertaruhkan nyawa demi kebenaran. Karena kebenaran tetaplah kebenaran.
Gereja menempatkan pesta St. Stefanus yang mati sebagai martir sehari setelah pesta Natal. Pesan natal di hari kedua ini adalah kelahirannya Yesus dalam Natal ini, memerlukan keberanian seperti seorang Stefanus yang berjiwa ksatria, berani untuk meneruskan pesan dan kesaksian tentang kebenaran. Beriman kepada Yesus, bukan beriman dalam diam, tapi ketika kebenaran (dan iman) itu semakin pudar dan mudah diputarbalikkan, ketika dengan mudah direkayasa demi kepentingan pribadi, perlu semangat keberanian seperti Stefanus untuk mewartakannya.
Gereja dalam pengalaman sejarah menyadari bahwa darah para martir yang ditumpahkan demi kebenaran, demi Injil dan demi Kristus sungguh menghidupkan dan menyuburkan iman Gereja. "Jika biji gandum tidak jatuh ke alam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" (Yoh 12:24).
Karena itu, Gereja mengajak kita untuk tampil sebagai seorang ksatria, seorang yang berani dalam mempertahankan dan memperjuangkan serta menyaksikan imannya, mencintai kebenaran dan hidup dalam kebenaran itu, yang berkata benar, berpikir benar dan bertindak yang benar dalam Yesus Kristus Tuhan kita. Dicari, saksi yang beriman yakni saksi yang mencintai kebenaran, dengan semangat St. Stefanus martir. Itulah Natal yang sesungguhnya.
Baca juga: Rekomendasi Kado Natal untuk Keluarga, Rekan dan Sahabat yang Mengesankan Sesuai Budget
5. Khotbah Renungan Natal Pembawa Kabar Baik
Bacaan: Yes. 62:11-12; Tit 3. 4-7; Luk.2: 15-20
Pada hari raya Natal yang bahagia dan penuh sukacita ini mengajak kita untuk belajar dari para gembala di padang Efrata, pergi mencari dan menemukan sang bayi Yesus yang lahir, seperti yang disampaikan oleh Malaikat Tuhan kepada mereka. Warta yang disampaikan kepada para gembala itu tidak sekedar didengar, tetapi mereka pergi dan bergegas, mereka tidak tinggal diam. Warta itu menggerakkan hati dan budi agar pergi dan mengalami sendiri peristiwa itu secara lebih nyata dan mendalam. Mereka tergerak hati untuk beranjak dari zona nyamannya sebagai gembala, tetapi bergegas dan bergerak, bangkit dan pergi untuk melihat apa yang terjadi. Dan mereka menjumpai sang bayi itu seperti yang disampaikan malaikat Tuhan kepada mereka. Perjumpaan mereka dengan sang bayi itu, menjadi sebuah sukacita besar yang luar biasa dan istimewa. Kegembiraan itu menumbuhkan semangat baru dan penuh rasa syukur kepada Allah karena boleh menyaksikan dan mengalami karya besar Allah melalui kelahiran sang gembala agung mereka. Dan tanggapan mereka adalah dengan gembira dan pujian tulus mewartakan kembali dan memberikan kesaksian akan pengalaman iman yang istimewa itu, bahwa sungguh telah lahir Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan! Hanya orang yang tergerak hati, hanya orang yang terus mencari dan menemukan Dia, mengalami sukacita rohani yang luar biasa dan istimewa. Sukacita itu tidak lagi menjadi milik sendiri, tetapi mewartakan dan mengajak orang lain untuk boleh mengalami kelahiran Tuhan itu dalam hati dan hidupnya. Kegembiraan yang dibagikan menjadi kegembiraan yang luar biasa. Harus menjadi pengalaman bersama dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Warta kelahiran Tuhan, warta keselamatan sudah begitu sering kita dengar entah melalui khotbah atau renungan, melalui bacaan Kitab Suci, melalui ajaran-ajaran iman dan juga melalui perayaan-perayaan. Juga pada hari raya natal ini. Namun kita sering berhenti di situ saja. Hanya menjadi konsumsi pribadi saja. Hanya untuk diri sendiri dan jarang kita bagikan itu kepada orang lain dalam hidup kita. Kita sering tidak tergerak hati dan tidak bergerak untuk keluar dan pergi dari zona nyaman kita, kita tidak mau terganggu dan diganggu untuk membawa warta keselamatan itu bagi orang lain, melalui kata dan tindakan, melalui sikap dan cara hidup kita. Kita mencari selamat sendiri, dan tidak peduli dengan sesama yang lain. Kita pun tidak mau mencari dan menemukan-Nya seperti yang diwartakan, seperti yang diajarkan atau yang kita renungkan dari Kitab Suci dan yang kita rayakan natal-Nya ini. Atau terkadang merasa bahwa kita telah menemukan Dia yang lahir itu, tetapi tidak rela berbagi, tidak bersedia mewartakannya. Kita tidak seperti para gembala yang penuh sukacita mewartakan pengalaman imannya, bahwa Yesus tidak lagi di gua Betlehem, atau di palungan, tetapi kini Yesus telah lahir dalam hati, dan dalam hidup mereka. Yesus telah menjadi pengalaman hidup yang harus terus diwartakan penuh sukacita. Yesus kini telah dijumpai dan dialami dan diwartakan bagi orang lain.
Pengalaman itu telah mengubah hidup mereka menjadi pembawa kabar baik, kabar gembira bagi siapa saja. Karena itu, kita harus berani keluar dari zona nyaman hidup kita, harus tergerak dan bergerak keluar dari diri kita sendiri untuk terus pergi dan mencari serta menemukan-Nya di dalam diri sesama, di dalam tugas dan pengalaman harian kita, di dalam peristiwa-peristiwa hidup kita, di sana Tuhan hadir. Kegembiraan menumbuhkan rasa syukur kita kepada Allah yang solider dengan kita manusia, yang menjadi senasib dengan kita. Syukur atas karya besar Allah terjadi dalam diri dan hidup kita. Natal menjadi perayaan syukur karena Allah dalam diri Yesus rela lahir dalam hati, hidup, keluarga dan komunitas kita. Kita bergembira dan bersyukur di hari raya Natal Tuhan ini, dan terus menjadi pembawa warta keselamatan kepada siapa pun melalui kata dan tindakan, dan bersolider dengan sesama yang menderita. Itulah natal yang sesungguhnya.
Selamat pesta Natal!
6. Khotbah Renungan Natal Pesta Keluarga Kudus; "Menjadi Keluarga Teladan"
Bacaan: Sir. 3;2-6,12-14; Kol. 3:12-21; Mat.2:13-15,19-23.
Sering orang berbicara tentang keluarga bahagia, keluarga sejahtera. Bahkan dikatakan, "Keluarga retak, masyarakat rusat". Keluarga adalah sel terkecil dalam hidup masyarakat. Berbagai upaya orang berusaha untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia lahir dan batin. Kebahagiaan keluarga adalah cita-cita setiap hidup perkawinan. Dan keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan anak. Setiap keluarga memiliki sejumlah kebanggaan. Kebanggaan karena keluarga itu berhasil dalam mengarungi bahtera keluarga melewati badai tantangan dan kesulitan, tetap bertahan setia satu sama lain, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang. Bangga karena keberhasilan orang tua dalam pekerjaan dan usaha, keberhasilan anak-anak dalam pendidikannya, bangga karena saling setia, saling percaya, saling melayani dan berkorban satu bagi yang lain. Semuanya itu bukan tanpa tantangan dan kesulitan, bukan bebas dari penderitaan, tetapi justru dalam tantangan, kesulitan dan penderitaan, bahtera hidup rumah tangga dan keluarga masih kokoh berdiri.
Menjadi keluarga teladan tentu tidak selalu mudah. Hari ini kita merayakan pesta keluarga, dengan berpedoman pada Keluarga Kudus: Yesus, Maria dan Yusuf. Keluarga kudus dari Nazaret. Keluarga dikatakan kudus, bukan hanya karena keluarga itu hidup damai, rukun, bahagia, sejahtera Juga bukan karena hal-hal yang hebat dan luar biasa dari keluarga itu; tapi justru pada hal-hal biasa dan sederhana, tapi telah dengan cara luar biasa melakukan hal-hal yang biasa itu.
Keluarga Nazaret: Yesus, Maria dan Yusuf tidak luput dari keprihatinan terhadap bahaya yang selalu mengancam kehidupan keluarga yang sederhana ini. Keluarga ini sudah sejak awal terancam dibunuh. Yusuf bertanggungjawab atas keselamatan dan masa depan keluarganya, dengan setia, penuh pengorbanan berusaha meluputkan dan menyelamatkan keluarganya dari ancaman Herodes. Karena itu mereka harus menyingkir melalui padang gurun yang penuh bahaya. Yosef seorang bapa yang berani mengambil risiko karena ia percaya akan kehendak Allah, yang terbuka pada sapaan dan perintah Allah. Yang menarik ialah bahwa keluarga ini sungguh hidup dalam rangka menggenapkan yang difirmankan Tuhan. Arah hidup dan keputusan yang diambil dalam keadaan sulit, diambil dengan bijaksana dalam terang rencana Allah yang jauh lebih luas dari pada kepentingan-kepentingan keluarga itu sendiri. Keluarga ini merupakan tempat nilai-nilai kehidupan yang luhur diwariskan, ditanam dan bertumbuh. Dalam keluarga ini, Allah sungguh mendapat tempat, dan Putera Allah dalam diri Yesus mendapat tempatnya yang istimewa.
Karena itu, Keluarga Nazaret menjadi contoh dan model bagi setiap keluarga beriman, yang percaya akan peranan Allah dan memberi tempat bagi Allah dan bagi Yesus sang Putera Allah itu hadir, hidup dan bertumbuh dalam seluruh ziarah perjalanan keluarga ini. Keluarga ini menjadi teladan dalam banyak hal bagi keluarga-keluarga sepanjang sejarah. Keteladanan itu dalam hal iman, kesetiaan, pengorbanan, pelayanan, kesederhanaan dan ketergantungan secara penuh dan total pada Allah sebagai kekuatan dan andalannya. Bukan dengan cara yang hebat, luar biasa, tetapi dengan sederhana dan biasa, semuanya menjadi sungguh luar biasa. Tantangan, kesulitan, penderitaan yang menimpa, iman tetap teguh, setia, kokoh bertahan.
Bagaimana keluarga-keluarga Katolik zaman ini dapat menjadi teladan seperti keluarga Nazaret? Apakah keluarga-keluarga jaman ini sduah sungguh menjadi tempat nilai-nilai luhur, nilai-nilai kehidupan yang baik itu diwariskan dan ditanamkan? Apakah keluarga-keluarga kita zaman ini sungguh bertanggungjawab atas masa depan kehidupan keluarga dalam pendidikan, dalam keteladanan, dalam pengorbanan, dalam saling melayani? Apakah sebagai orang tua dalam mengambil keputusan sungguh bijaksana dalam terang rencana Allah, dan berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan situasi keluarga yang terancam bubar, yang nyaris hancur, yang rusak dan retak? Dan ketika keluarga atau kehidupan perkawinan Anda, mengalami berbagai kesulitan dan tantangan atau krisis apakah Tuhan menjadi tempat Anda mencari perlindungan, atau membiarkan benih perpecahan menghancurkan keutuhan dan kesetiaan keluarga dan hidup perkawinan Anda?
Bila kita bisa melewati semuanya itu, maka bukan tidak mungkin, keluarga kita pun menjadi keluarga kudus. Sebagaimana Rasul Paulus mengingatkan, "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Dan di atas semuanya itu, kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah" (Kol.3:12,14-15)
Karena itu pesta Keluarga kudus ini kiranya menjadi pesta setiap keluarga kita, dengan menjadikan Maria dan Yusuf sebagai teladan setiap keluarga kita, yang semakin beriman, yang terus menjaga, merawat dan membesarkan Yesus dalam setiap perjuangan keluarga-keluarga kita. Dengan demikian, keluarga, kita pun berbangga dan berbahagia karena patut menjadi keluarga kudus, keluarga teladan. Tuhan memberkati.
7.Khotbah Renungan Natal Pada Mulanya adalah Sabda
Bacaan: Yes. 52:7-10; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18.
Natal menempatkan kita dalam suatu relasi, suatu hubungan yang baru dengan Allah; membuka suatu cakrawala hidup baru; suatu pandangan baru, dmana Tuhan menjadi tumpuan harapan manusia yang mendambakan kasih karunia Ilahi. Natal kiranya membawa perubahan dalam sikap hidup manusia beriman: lama menjadi baru, menjadi manusia yang dapat menguasai diri, manusia yang baik, yang suka mengampuni, yang mau dan mencintai damai, yang solider dengan sesama, yang semakin mencintai.
Yesaya melukiskan bagaimana Israel bergembira atas berita damai, kabar baik, sebab Tuhan telah menghibur umat-Nya dan menebus mereka. Warta gembira ini diberitakan kepada segala bangsa sehingga seluruh ujung bumi melihat penyelamatan oleh Allah. Di sini, orang yang menerima kabar gembira, warta keselamatan itu, harus menjadi pembawa kabar gembira, kabar keselamatan kepada orang lain di mana saja melalui sikap, kata dan hidupnya.
Selanjutnya Allah mengutus para utusan-Nya, para nabi untuk menyampaikan kabar keselamatan itu. Utusan Allah itu berpuncak pada diri YESUS Putera Allah sendiri. Yesus Kristus adalah segalanya. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah. Dia itulah yang oleh Yohanes dalam Injil diwartakan sebagai perwujudan Allah, yang oleh Firman, Sabda-Nya itu menjadi manusia, Yesus Kristus. Dalam bacaan kedua mengajak kita merenungkan bahwa natal harus meneguhkan perjalanan iman kita untuk bertemu dengan Yesus dan mengakui Yesus sebagai Putera Allah. "Sejak dahulu kala Allah berulang kali dan pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Putera-Nya".
Merayakan Natal juga membuat kita menemukan suatu misteri baru dalam perjalanan ziarah iman kita. Injil mengatakan, "Sabda itu menjadi manusia dan diam di antara kita". Itu berarti manusia itu adalah pribadi yang sangat penting yang perlu dihargai dan diperhatikan. Bahwa Tuhan hadir dalam sesama, dalam pribadi manusia. Karena itu, peristiwa natal mengungkapkan betapa dekat dan bersatunya Allah dengan manusia ciptaan-Nya. Allah yang Agung itu menjadi Allah yang akrab, dekat, satu senasib dan sepenanggungan dengan manusia. Dalam segala ha Ia sama dengan manusia, kecuali dalam hal dosa. Tuhan tidak hanya ada di tengah kita, tetapi Ia sungguh menjadi manusia untuk membuka diri-Nya, mencintai, lahir, hidup dan wafat untuk manusia, untuk kita.
Pesta Natal adalah pesta keselamatan. Allah menyapa manusia dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus. Dialah Immanuel, Allah beserta kita. Bila demikian maka, Natal ini kiranya memberikan kita kekuatan, hiburan, harapan akan masa depan sehingga tetap tabah dan setia dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam memberikan kesaksian tentang berita kesukaan Natal di tengah dunia, di tengah kehidupan kita. Natal juga kiranya mendorong kita untuk melakukan refleksi, introspeksi, memantapkan kebersamaan untuk membaharui diri terus menerus, untuk dilahirkan kembali. Natal mengajak kita untuk menghayati kehidupan kita secara bertanggung jawab sebagai orang yang ditebus dan dibebaskan dari dosa. Dan pada akhirnya, dengan merayakan Natal Tuhan ini kita kiranya menghayati kelahiran baru sebagai anak-anak Allah, putera-puteri kesayangan Allah.
Tuhan datang sebagai terang dan terang itu bersinar dalam kegelapan, dan kegelapan tidak akan menguasainya. Maka, semoga kita pun selalu menjadi terang dalam hidup ini berkat Firman-Nya yang sudah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.
Di depan bayi natal yang terbaring damai, kita datang bersujud. Yang kaya boleh jadi meminta sesuatu yang tidak terdapat pada harta kekayaannya, yang miskin datang boleh datang meminta sesuatu mengatasi kemiskinannya, yang putus asa boleh datang untuk mencari jalan baru, yang tertindas, boleh datang untuk mencari kelapangan hati, yang maju boleh datang untuk menyadari bahwa masih ada tujuan hidup yang lebih tinggi. Semua kita mengalami dan merayakan bahwa Allah dekat dengan kita. Ia adalah Sabda yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Ia tinggal, Ia ada, hadir untuk membebaskan kita, damai sejati bagi hati yang mendamba. Selamat pesta Natal.
Natal
Hari Natal 22 Desember 2023
Peringatan Hari Natal
Contoh Khotbah Renungan Natal 2023
Khotbah Renungan Natal 2023
30 Ucapan Hari Natal ke Teman Kerja, Atasan dan Kerabat Dekat, Simple Tapi Berkesan |
![]() |
---|
20 Doa Natal yang Singkat Penuh Harapan, Sambut Hari Kelahiran Yesus |
![]() |
---|
40 Ucapan Selamat Natal 2023 dalam Bahasa Inggris, Rayakan Momen Bahagia Bersama Keluarga |
![]() |
---|
50 Ide Untuk Kado Natal 2023 Unik dan Berkesan, Harganya yang Terjangkau |
![]() |
---|
25 Link Twibbon Hari Raya Natal 2023 Cocok untuk Share ke Media Sosial Pada 25 Desember 2023 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.