Wawancara Khusus Lisa Yati

Bunda Kok Tega Sama Ayah? Wawancara Khusus Lisa Yati, Istri Potong Kemaluan Suami di Sumsel

Wakil Pemimpin Redaksi Sriwijaya Post dan Tribun Sumsel Prawira Maulana mewawancarai secara langsung Lisa Yati, istri potong kemaluan suami di Sumsel.

TribunBengkulu.com/Tangkap Layar Youtube Tribun Sumsel
Wawancara khusus Lisa Yati istri potong kemaluan suami di Sumsel. Kolase alat bukti (kiri) dan air mata Lisa Yati (kanan). 

Malam itu saya bilang saya minta cerai, dia tidak mau. Saya minta dia menceraikan yang muda (istri kedua), dia juga tidak mau dengan alasan perempuan itu sudah hamil.

Kami cekcok sampai sekitar jam dua belas malam. Tapi kami hanya cekcok mulut Pak. Jam dua belas malam suami meminta saya untuk menerima perempuan itu.

Saya berpikir lagi, kalau saya bercerai, bagaimana ketiga anak saya? Dengan terpaksa saya menerima perempuan itu.

Terus suami menelepon perempuan itu supaya saya berbicara dengan perempuan itu bahwa saya menerimanya.

Saya telepon, saya menerima. Selesai itu kami berdamai. Pak.

Tidak ada pertengkaran. Lalu kemudian istirahat. Kami istirahat, berdamai. Sebelum tidur sempat kami berhubungan. Setelah kami berhubung kami tidur kembali.

Saya terbangun. Saat adzan subuh saya mandi, saya sholat. Setelah sholat saya beres-beres warung. Di saat itu saya menangis lagi. Masih tidak terima. Masih menyesali.

Spontan saya melihat cutter di warung. Terus saya langsung lari ke kamar. Saya melakukan itu. Spontan saja. Waktu melihat ada cutterr.

Baca juga: Istri Potong Kemaluan Suami di Sumsel Karena Ingin Menikah Lagi, Tangis Lisa Pecah Cerita Kronologi

Apa pada malam cekcok sempat terbesit sebelumnya untuk melakukan itu?

Tidak ada.

Pada saat anda melakukan itu apa suami terbangun?

Dia lagi tertidur pulas. Saat dia terbangun, selesai saya melakukannya.

Anda sudah tidak ada di situ?

Masih ada disitu. Sempat dia mengejar saya sampai ke ruang tengah. Mungkin karena sakit kan sempat dia ngomong bunda tega sama ayah.

Terus dia mengejar saya sampai ke dapur. Saya buka pintu dapur, saya berlari keluar. Disana sempat dia mengejar saya sampai keluar.

Di sana ada laki-laki yang mau kerja untuk motong (penyadap karet). Dia sempat minta tolong sama laki-laki itu.

Saya bilang “kak jangan sampai ikut campur” orang itu lalu menjawab 'iya, saya mau kerja saja (tidak mau ikut campur)'."

Terus karena tak ada pertolongan, dia lari ke tempat orang tuanya tidak jauh dari rumah kami.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved