Jemaah Islamiyah Bubar
'Apa Keluar dari Jemaah Islamiyah Artinya Murtad?' Ketika Abu Fatih Berdialog dengan Densus 88
Abu Fatih alias Abdullah Anshari menceritakan saat-saat awal dirinya keluar dari Jemaah Islamiyah.
TRIBUNBENGKULU.COM - Abu Fatih alias Abdullah Anshari menceritakan saat-saat awal dirinya keluar dari Jemaah Islamiyah.
Abu Fatih adalah salah satu tokoh atau sesepuh Jemaah Islamiyah.
Seperti diketahui, Jemaah Islamiyah merupakan organisasi militan yang mengatasnamakan Islam di Asia Tenggara.
Setelah bertahun-tahun dianggap tersembunyi, kini para tokoh senior dan sesepuh Jemaah Islamiyah buka suara.
Kepada Harian Kompas, Abu Fatih menjelaskan, saat dirinya didatangi Densus 88 setelah keluar dari Jemaah Islamiyah.
"Jadi kembali ke soal bubarnya JI ini, kalau tidak salah tahun 2021, ada petugas dari Densus 88, datang ke rumah saya," kata Abu Fatih.
"Di antaranya Kombes Sodik, kemudian Pak AKBP Fino, Pak Wawan, dan temen-teman lain."
Menurutnya, Densus 88 saat itu memang ingin menangkap dirinya.
"Saya sih pasrah saja. Apa yang diinginkan saya siap kalau harus mempertanggungjawaban secara hukum adanya sesuatu," ujarnya.
Namun diluar dugaan, ternyata rombongan Densus 88 itu hanya meminta surat pernyataan bahwa dirinya telah keluar dari Jemaah Islamiyah.
"Saya jelaskan waktu itu kalau saya sudah tidak aktif sejak Abdullah Sungkar wafat. Kalaupun ada sedikit itu hanya proses aja," katanya.
"Kemudian saya tanya, kepada Pak Fino dan Pak Sodik, apa keluar dari JI artinya saya keluar dari Islam atau murtad."
"Kemudian dijawab tidak ada hubungan dengan keimanan dan keislaman seseorang."
Abu Fatih mengatakakan, upaya mereka itu terkait dengan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menetapkan JI adalah organisasi terlarang.
"Nah, karena jawaban tidak menyangkut keimanan, saya merasa itu sesuatu yang menarik," ujarnya.
"Selanjutnya kami banyak berdiskusi dengan Pak Fino dan Pak Wawan," Abu Fatih melanjutkan.
"Setelah itu, tatkala saya sudah membuat surat pernyataan, saya kira sudah tidak ada masalah. Saya diminta tidak ke mana-mana, tidak pergi jauh-jauh."
"Saya di rumah saja. Paling ke kebun, ke masjid."

Inisiasi Membubarkan Jemaah Islamiyah
Lebih lanjut, Abu Fatih mengaku dirinya diajak Bambang Sukirno berdiskusi.
"Saya merasa tidak cukup kalau kita hanya diam," katanya.
"Kemudian Pak Arif Siswanto, beliau bebas dan memaparkan yang intinya JI itu perlu dibubarkan. "
Abu Fatih lantas berpikir dan mengatakan, "Antum (Siswanto) bubarkan saja, lalu kita bikin organisasi apa yang kita bisa duduk-duduk bareng, ngaji bareng atau kenduri bareng hehehehehe!"
"Lalu ternyata muncul masalah ketika ada orang K*r*m mendengar info ini, dan terjadi kesalahpahaman, seolah-olah saya hendak membuat organisasi JI baru."
"Sehingga terjadi kehebohan di dunia intelijen."
Namun demikian, Abu Fatih bersyukur, kesalahpahaman tersebut dapat dijelaskan dengan baik.
"Alhamdulillah kemudian bisa diredam dan dijelaskan segala sesuatunya," ujarnya.
"Bukan mau mendirikan JI baru, tapi organisasi terbuka yang menyelaraskan dengan perjalanan pemerintah dan tuntutan negara."
"Tapi waktu itu kan kita belum bicara lebih jauh, konsepnya saja belum disusun."
Sosok Abu Fatih
Sosok Abu Fatih alias Abdullah Anshori terlihat sangat dihormati di kalangan tokoh-tokoh utama eks Jamaah Islamiyah.
Ini tampak ketika Tribun mendapat kesempatan dan akses beberapa kali menemui mereka di pinggiran Kota Solo, sepanjang Rabu (17/7/20204) hingga Jumat (19/7/2024).
Semua yang hadir dan bertemu Abu Fatih di lokasi terlihat segan. Beruntungnya, Tribun mendapat kesempatan pertama melakukan wawancara khusus dengan tokoh asal Magetan Jatim ini.
Sepintas Abu Fatih tampak orang yang tak banyak bicara, tenang, atau istilahnya klemar-klemer. Usianya kini 66 tahun, dan tinggal di Sukoharjo.
Kesibukannya sehari-hari di kebun, mengurus kebun pisangnya yang luasnya sekira 8.000 meter persegi.
Tapi setelah berbicara, Abu Fatih menunjukkan kemampuan verbalnya yang sangat bagus. Artikulasi bicaranya runtut, lugas, jelas meski ia sempat berseloroh dirinya orang tua yang ompong.
Gigi atas Abu Fatih memang sudah nyaris semuanya tanggal. Sebelum diwawancarai, Abu Fatih menegaskan ia tidak membuat batasan apapun terkait isu yang ditanyakan.
Ia akan menjawab semua yang ditanyakan, sesuai kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Ia juga menjelaskan di awal, aktif di Jamaah Islamiyah hanya sampai 2001.
Sesudah itu ia pasif, tidak ikut apapun yang dilakukan jamaah. Abu Fatih berusaha benar-benar di luar organisasi walau tidak berlepas diri.

Keterlibatan Abu Fatih di gerakan berbasis keagamaan ini dimulai dari beberapa dekade lalu, ketika ia masih muda.
Inspiratornya dan patronnya Abdullah bin Ahmad Sungkar yang menginisiasi gerakan keagamaan usroh terkait afiliasinya dengan NII warisan SM Kartosoewirjo.
Akhir 70an hingga awal 80an, gerakan itu berkembang pesat dari Jawa Tengah lalu ke Jakarta dan sekitarnya. Menyeberang ke Sumatera dan daerah lainnya.
Taun 1985 Abdullah Sungkar lari ke Malaysia, tapi jaringan gerakan dan pengaruhnya masih eksis seperti kanker.
Abu Fatih mengikuti gerakan usroh, dan aktif di wilayah Jawa. Namanya lalu muncul ketika terjadi peristiwa Talangsari, Lampung.
Aktor penting perlawanan Talangsari adalah Nurhidayat. Pria ini menjadi anggota usroh di Jakarta Selatan.
Ia mengenal gerakan usroh ini pada 1984 saat direkrut Abu Fatih alias Ibnu Thoyib, yang merupakan kader usroh Abdullah Sungkar sejak di Solo.
Saat Abu Fatih aktif di Jakarta inilah, meledak peristiwa bentrok ormas dan pasukan keamanan Indonesia di Tanjungpriok.
Peristiwa Tanjung Priok adalah peristiwa kerusuhan massa pada 12 September 1984 yang menewaskan sekurangnya 24 aktivis dan simpatisan gerakan Islam, termasuk Amir Biki.
Sekurangnya 160 orang ditangkap aparat keamanan segera sesudah kejadian tragis itu, termasuk Abu Fatih alias Ibnu Muhammad Toyib.
Sesudah peristiwa Tanjungpriok, Abu Fatih dijebloskan ke LP Cipinang bersama ara aktivis usroh dan gerakan Islam di Jakarta.
Sosok Ibnu Toyib alias Abu Fatih inilah yang kelak ketika Abdullah Sungkar mendirikan Jamaah Islamiyah, ditunjuk menjadi Ketua Mantiqi II meliputi wilayah Jawa.
Menurut pengakuan Abu Fatih, sekira tahun 1997, jauh setelah bebas dari LP Cipinang, ia dipanggil Abdullah Sungkar ke Malaysia.
Kepada Abu Fatih, Abdullah Sungkar meminta ia memimpin Mantiqi II yang membawahi Pulau Jawa.
Ia disuruh menggantikan Abdurrochmin alias Abu Husna, adik Abu Fatih, yang oleh Abdullah Sungkar dianggap lebih cocok jadi mubaligh atau guru dakwah.
“Antum gantikan Abdurochmin, adik antum karena ia tampaknya lebih cocok jadi guru saja,” pesan Abdullah Sungkar seperti diutarakan Abu Fatih.
Abu Fatih tidak bisa menolak, ia melaksanakan tugas Abdullah Sungkar yang kala itu jadi amir atau pemimpin Jamaah Islamiyah.
Pada saat itu pula Abdullah Sungkar memberi penawaran istimewa kepada Abu Fatih terkait ide Syekh Usamah bin Ladin.
Kata Abdullah Sungkar seperti diceritakan Abu Fatih, Syekh Usama in Laden yang kelak memimpin Al Qaeda atau Al Qaidah, menyiapkan bantuan dana, senjata berikut 6.000 petempur Afghanistan.
“Saya lalu berpikir apakah mungkin, dan saya sampaikan belum bisa langsung memberi jawaban, dan saya akan mencari tahu dulu bagaimana keadaan di tanah air,” tutur Abu Fatih.
Abdullah Sungkar lantas meminta Abu Fatih pulang, mencari informasi dan lalu harus memberi jawaban atas tawaran itu.
Abu Fatih lalu pulang ke Jawa, melaksanakan tugas memimpin Mantiqiyah II Jamaah Islamiyah. Ia lantas pergi ke Sulawesi Selatan mencari informasi ke akar rumput. (**)
Antrean Mengular di Jembatan Darurat Kembang Tanjung Seluma Bengkulu, Warga Keluhkan Minim Petugas |
![]() |
---|
Bongkar Kasus Ijazah, Komjen Purn Dharma Pongrekun: Asli Secara Fisik, tapi Prosesnya Bikin Kaget |
![]() |
---|
Satpol PP Bengkulu Selatan Razia Pelajar yang Bolos dan Nongkrong saat Jam Sekolah: Ada yang Mabuk |
![]() |
---|
Warga Kampung Baru Rejang Lebong Resah Usai Pembegalan, Kades Imbau Tingkatkan Kewaspadaan |
![]() |
---|
Dispar Bengkulu Selatan Gelar Lomba Foto dan Video Wisata Lokal Sambut HUT ke-80 RI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.