Guru Tersangka Gegara Hukum Anak Polisi

Kuasa Hukum Aipda WH Bantah Guru Supriyani Tertekan saat Kesepakatan Damai, Sebut Saling Memaafkan

Kuasa hukum Aipda WH akhirnya buka suara dan bantah Supriyani merasa tertekan ketika kesepakatan damai antar keduanya.

Editor: Yuni Astuti
TribunnewsSultra
Kolase foto Kuasa Hukum Aipda WH (kiri) dan Supriyani (kanan), usai Supriyani sebut saat kesepakatan damai dirinya merasa tertekan, kuasa hukum Aipda Wh bantah pernyataan guru Supriyani. 

TRIBUNBENGKULU.COM - Kuasa hukum Aipda WH bantah guru Supriyani tertekan saat kesepakatn damai, sebut saling memaafkan antar keduanya.

Dalam pengakuannya, guru Supriyani mengaku saat itu dirinya mengatakan jika ia dipaksa untuk berdamai, kini pernyataan guru Supriyani dibantah oleh kuasa hukum Aipda WH.

Bahkan ia menguak gelagat Supriyani saat kesepakatan damai ketika itu.

Menurut La Ode, Supriyani saat itu lebih banyak senyum-senyum.

"Diberi kesempatan oleh Bupati Konawe Selatan untuk berbicara dia tu senyum-senyum. Sambil berbicara bahwa Semoga kita semua ini ya saling memaafkan ya, tidak ada terjadi lagi seperti ini.

Pada prinsip nya apa yang dia utarakan itu bahwa permasalahan ini sudah selesai" ujar La Ode, melansir dari tayangan Nusantara TV.

Namun meski demikian, pihaknya menghargai keputusan guru Supriyani.

Ia masih meyakini bahwa guru Supriyani melakukan tindak penganiayaan terhadap anak Aipda WH, DF.

"Saya pikir, persidangan akan tetap dilanjutkan bila seperti itu kesimpulan yang dipilih ibu Supriyani."

"Kita akan melihat kebenaran materi itu dalam persidangan. Kita juga berharap kepada hakim bisa melihat perkara ini secara murni."

"Lepas dari desakan publik atau sentimen. Ibu Supriyani ini terbukti sadar dan meyakinkan."

"Namun, arah kami bukan sekadar menghukum. Tapi bagaimana hak-hak korban terpulihkan dan peristiwa ini tidak terulang lagi," katanya.

Namun, pernyataan La Ode dinilai tak sesuai dengan cerita yang disampaikan guru Supriyani kepada awak media. 

Termasuk terkait perdamaian dalam kasus yang sedang bergulir saat ini.

Pasalnya, dalam tayangan yang sama, guru Supriyani menegaskan akan mencari keadilan sampai kapan pun.

"Iya (akan menuntut balik), untuk mengembalikan nama baik saya dan sekolah," jawabnya. 

Lebih lanjut, La Ode membantah adanya keterpaksaan guru Supriyani menandatangani kesepakatan damai. 

"Karena kami sangat yakin sebelum menandatangani surat tersebut, pasti dia membaca bahwa sepakat mengadakan perdamaian."

"Sikap ini menunjukkan adanya inkonsistensi dari ibu Supriyani. Harusnya ada jangka waktu panjang untuk menyatakan keberatan," terangnya.

La Ode Muhram juga membantah adanya relasi kuasa yang menyebabkan guru Supriyani terpaksa menandatangani surat kesepakatan damai itu.

"Soal relasi kuasa, bisa kita ungkapkan kalau tidak mau." 

"Tidak usah datang. Tapi ini kan terkonfirmasi datang dari kuasa hukumnya," tambahnya.

Baca juga: Perjalanan Supriyani Jadi Guru Honorer dengan Gaji Rp 300 Ribu, Dituding Pukul Murid Hingga Disomasi

Awal Mula Guru Supriyani Cabut Kesepakatan Damai

Awal mula guru Supriyani cabut kesepakatan damai, ternyata gegara ucapan Bupati Konawe Selatan.

Salah satu penyebab Supriyani mencabut kesepakatan damai adalah karena perkataan Bupati Konawe Selatan.

Supriyani sempat dipertemukan oleh orang tua korban, Aipda Wibowo Hasyim dan istrinya, Nurfitriana pada Selasa (5/11/2024) kemarin.

Pertemuan tersebut diinisiasikan oleh Bupati Konawe Selatan Surunnudin Dangga di rumah jabatan (rujab).

Detik-detik pertemuan Supriyani dengan orang tua korban sempat terekam kamera awak media.

Terlihat Nurfitriana sempat memeluk guru Supriyani.

Mereka juga sempat bersalaman bak menandakan perdamaian.

Usai pertemuan itu terjadi, muncul surat perdamaian yang ditandatangani Supriyani dan orang tua korban.

Terkait aksinya itu, Supriyani lugas mengurai penjelasan.

Dalam tayangan di Nusantara TV, Supriyani menceritakan momen saat ia dipertemukan dengan orang tua korban.

"Kemarin pada hari Selasa tanggal 5 November kita dipertemukan di rujab Bupati dan itu panggilan dari Bupati langsung. Saya menghadap ke sana, di sana dipertemukan pada orang tua korban," ungkap Supriyani dilansir TribunnewsBogor.com pada Kamis (7/11/2024).

Di pertemuan tersebut, Supriyani mendengar beberapa ucapan Bupati yang membuatnya kepikiran.

Pertama, Bupati mengurai saran agar Supriyani dan orang tua korban berdamai saja.

Kolase foto Supriyani
Kolase foto Supriyani (TribunnewsSultra)

Mendengar ucapan tersebut, Supriyani pun teguh dalam pendiriannya.

Bahwa ia tidak mau mengakui perbuatan penganiayaan yang dituduhkan kepadanya.

Sebab perdamaian yang tersirat diucapkan sang Bupati seolah agar Supriyani mengakui dugaan penganiayaan.

"Di sana bupati menyampaikan untuk melakukan perdamaian. Di situ saya menjawab 'kalau untuk dipertemukan untuk perdamaian pengakuan permasalahan saya tidak siap, semua saya serahkan ke kuasa hukum saya'. Karena saya tidak melakukan perbuatan itu," kata Supriyani.

Ucapan kedua Surunnudin Dangga yang disorot Supriyani adalah soal alasan berdamai.

Sang Bupati mengungkit soal karir Supriyani yang masih panjang dan harus punya catatan di kepolisian yang bagus.

Terkait ucapan tersebut, Supriyani heran karena ia merasa tidak bersalah sama sekali namun diminta menghentikan perjuangannya di pengadilan dengan cara berdamai.

"Pak Bupati kemarin menyampaikan bahwa karena karir saya masih panjang dan ke depannya saya akan mengurus SKCK di kepolisian dan saya membutuhkannya," ucap Supriyani.

Ucapan ketiga dari sang Bupati yang membuat Supriyani berubah pikiran adalah karena didesak untuk berdamai.

Diungkap Supriyani, ia tidak keberatan jika disuruh minta maaf.

Namun permintaan maaf itu diucapkan Supriyani bukan dalam kaitan kasus penganiayaan.

"Kalau masalah minta maaf saya sebagai manusia biasa ya saya minta maaf. Tapi kalau disuruh mengakui kesalahan, saya tidak siap. Pak Bupati tidak suruh mengakui. Cuma Pak Bupati menyampaikan 'atur damai saja supaya permasalahan ini selesai'," akui Supriyani.

Lagipula diakui Supriyani, ia sudah lima kali minta maaf kepada orang tua korban sebelum kasusnya menjadi viral dan panjang.

Namun kala itu ibunda korban ngotot ogah memaafkan Supriyani dan menuding sang guru.

"Selama lima kali (Supriyani minta maaf). Awalnya tetap tidak menerima, disuruh menunggu dua hari lagi, karenanya ibunya yang melahirkan, ibunya belum bisa memaafkan," ungkap Supriyani.

Perihal aksinya minta maaf ke orang tua korban, Supriyani mengurai alasan.

"(Kenapa minta maaf) itu pada waktu mediasi itu sempat dipaksa dan ditekan oleh pak penyidik, Pak Jefry dari Polsek Baito. Saya minta maaf di rumah orang tua korban itu apabila selama anaknya sekolah di SDN 4 Baito ada perkataan teman guru atau saya yang kurang diterima oleh orang tua siswa. Tapi orang tua tersebut tidak menerima permintaan maaf dari saya," jelas Supriyani.

Lantaran ucapan sang Bupati, Supriyani pun mengaku merasa tertekan dalam pertemuan dengan orang tua korban tersebut.

"Saya dalam kondisi tertekan dan terpaksa dan tidak mengetahui isi dan maksud dari surat kesepakatan tersebut," akui Supriyani.

Resmi mencabut surat damai, Supriyani mengaku akan berjuang di persidangan.

Supriyani yakin dirinya akan diputus tidak bersalah dan bebas murni.

"Atas dorongan bahwa saya akan buktikan di persidangan, saya akan bebas tidak bersalah. Harapan saya ke depannya, persidangan tetap berlangsung dan saya terbukti tidak bersalah dan bisa bebas," imbuh Supriyani.

 

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Bantah Guru Supriyani Tertekan saat Sepakat Damai, Pengacara Aipda WH Beber Gelagat: Senyum-Senyum

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved