Kecelakaan Maut di Tol Malang

RSSA Butuh Persetujuan Keluarga untuk Tindakan Operasi Korban Kecelakaan di Tol Pandaan-Malang

Pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar (RSSA) menunggu dan membutuhkan persetujuan keluarga inti pasien untuk tindak lanjut operasi. 

RSSA Malang
Pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar (RSSA) menunggu dan membutuhkan persetujuan keluarga inti pasien untuk tindak lanjut operasi.  

TRIBUNBENGKULU.COM - Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang saat ini menangani 8 pasien korban kecelakaan bus rombongan pelajar dan truk di Km 77 Tol Pandaan - Malang. 

Pihak rumah sakit menunggu dan membutuhkan persetujuan keluarga inti pasien untuk tindak lanjut operasi. 

Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSSA, dr. Syaifullah Asmiragani, Sp.OT(K) mengatakan, kondisi 8 pasien yang ditangani rata-rata mendapatkan perawatan intensif. 

Mereka ditangani oleh sekitar 7 dokter spesialis. 

Di antaranya, dokter anestesi, dokter bedah saraf, dokter emergency medicine, dokter bedah anak, dokter bedah ortopedi, dokter bedah jantung dan dokter bedah plastik.

Dia berpesan kepada pihak keluarga pasien yang saat ini masih dirawat untuk tidak khawatir soal biaya karena ditanggung oleh Jasa Raharja. 

Hal ini karena ada 5 pasien dengan kondisi stabil memerlukan tindakan pembedahan ortopedi, seperti mengalami patah tulang paha, patah tulang kaki, patah tulang tengkorak dan wajah. 

"Jadi saat ini untuk hari ini masih belum ada acara operasi lanjutan, karena kami masih menunggu kedatangan dari pihak keluarga inti terutama, jadi kalau kayak gitu kan orangtua atau kakak adik begitu ya, yang sudah dewasa, untuk mendapatkan persetujuan, karena kondisinya stabil," kata Syaifullah, Selasa (24/12/2024).

Sebanyak 8 pasien ini sebelumnya sempat dirawat di IGD, dan saat ini 4 pasien di antaranya dirawat di ruang ICU yakni berinisial A (31), QA (13), R (6) dan N (12). 

Dari 4 pasien tersebut, 2 pasien di antaranya dipasang ventilator karena mengalami kondisi trauma berat, seperti pendarahan otak. 

Sedangkan 1 pasien di ruangan highcare, dan 3 lainnya di ruangan lowcare. 

"Perlu diketahui, 8 pasien yang kami tangani ini semuanya merupakan kasus multitrauma. Jadi artinya tidak hanya satu bagian organ saja yang terkena, tapi ada beberapa. Jadi ini melibatkan banyak dokter, sebagian besar mereka menderita cedera kepala dan pendarahan di otak, patah tulang, trauma jantung," katanya. 

Dia juga menjelaskan, salah satu pasien, yakni ustaz berinisial A teridentifikasi sebagai pendamping rombongan telah dilakukan tindakan pembedahan emergency dengan kondisi saat ini kritis. 

Tindakan operasi dilakukan karena mengutamakan prioritas urgensi meskipun hanya melalui persetujuan videocall keluarga. 

"Kalau boleh saya langsung saja sedikit memberikan informasi data yang kami operasi kemarin itu adalah ustaz yang mendampingi, Ustaz A itu memang cedera cukup berat dan istrinya meninggal pada saat kejadian jadi kondisinya sampai saat ini masih dalam kondisi kritis," katanya. 

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved