Viral Lokal

Legislator Erna Sari Dewi Soroti Pemprov soal Pemanggilan Reriza Guru Honorer Bengkulu Nangis di DPR

Anggota DPR RI dari Fraksi NasDem Dapil Bengkulu, Erna Sari Dewi (ESD), angkat bicara perihal guru honorer, Rerisa,

Penulis: Jiafni Rismawarni | Editor: Hendrik Budiman
TV Parlemen dan IG @Erna Sari Dewi official
GURU HONORER - Kolase Erna Sari Dewi (kiri) dan Reriza guru honorer nangis di DPR RI (kanan). Anggota DPR RI dari Fraksi NasDem Dapil Bengkulu, Erna Sari Dewi (ESD) angkat bicara perihal guru honorer bernama Reris 

Laporan Reporter TribunBengkulu.com, Jiafni Rismawarni 

TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Anggota DPR RI dari Fraksi NasDem Dapil Bengkulu, Erna Sari Dewi (ESD) angkat bicara perihal guru honorer bernama Rerisa  yang sempat menjadi perhatian publik usai disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X DPR RI.

Ia menyatakan keprihatinannya atas kondisi guru honorer di Provinsi Bengkulu, menyusul viralnya curahan hati seorang guru bernama Reriza dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X DPR RI, Senin (14/7/2025) lalu.

Dalam RDPU tersebut, Reriza yang juga pengurus Ikatan Pendidik Nusantara (IPN) Provinsi Bengkulu, menyampaikan kondisi kesejahteraan guru honorer, termasuk menyebutkan jumlah honor yang dinilainya tidak manusiawi.

Ungkapan tersebut kemudian memicu respons dari Pemerintah Provinsi Bengkulu yang memanggil guru tersebut untuk dimintai klarifikasi.

Baca juga: Respon Anggota Komisi X Dewi Coryati Viral Reriza Guru Honorer Bengkulu Nangis Adukan Nasib ke DPR

Terkait hal itu, Legislator DaerahPemilihan (Dapil) Bengkulu ini menegaskan bahwa inti dari persoalan ini harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah.

"Saya sangat prihatin mendengar ada guru honorer yang digaji dengan angka seperti itu. Ini adalah gambaran keresahan di lapangan yang perlu ditindaklanjuti dan dicari solusinya," kata Erna, Sabtu (19/7/2025).

Untuk itu, ia menekankan bahwa pemanggilan terhadap guru honorer yang menyampaikan aspirasinya di forum resmi DPR RI harus dilakukan dalam semangat mendengarkan dan bagaimana kita duduk bersama mencari solusi, bukan menghukum.

"Hidup mereka sudah cukup sulit. Jangan dibikin tambah susah hanya karena mereka bersuara. Kalau ada yang tidak tepat, mari kita benahi bersama. Yang penting semangatnya adalah perbaikan ke depan, bukan mencari-cari kesalahan mereka," tambahnya.

Erna menyatakan, persoalan ini seharusnya menjadi momentum refleksi bersama, khususnya bagi pemerintah pusat dan daerah, bahwa negara masih belum mampu memberikan penghargaan yang layak atas jasa para guru honorer.

"Kita harus jujur mengakui bahwa negara memang belum bisa memberikan penghargaan yang sepadan terhadap pengabdian guru honorer. Karena itu, ketika mereka bersuara, dengarkanlah. Jangan bungkam semangat mereka untuk memperjuangkan hidup yang lebih baik," pungkasnya.

Erna menyatakan siap mendukung setiap upaya perbaikan kebijakan yang berpihak pada guru honorer, termasuk dari sisi penganggaran dan regulasi yang lebih adil dan manusiawi.

Sosok Guru Reriza

Sosok Reriza guru honorer di Kepahiang Bengkulu yang menangis saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR RI ternyata memiliki kesan yang baik di sekolah tempatnya mengajar.

Reriza merupakan seorang guru di SMKN 4 Kepahiang, yang sehari-hari mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved