TRIBUNBENGKULU.COM - Banyak yang penasaran jika tanggal 5 Agustus 2025 disebut sebagai hari terpendek.
Ya, tanggal 5 Agutus tahun 2025 jatuh pada hari ini, Selasa.
Sejak pencatatan waktu atomik dimulai pada tahun 1955, beberapa hari belakangan memang menjadi yang terpendek dalam sejarah modern.
Namun, jika kita melihat lebih jauh ke masa lalu, hari-hari di zaman purba jauh lebih singkat.
Menjadi sejarah di era modern, lantas kenapa di tanggal 5 Agustus 2025 menjadi hari terpendek?
Rotasi Bumi bisa berubah karena interaksi kompleks antara beberapa faktor. Berikut penjelasannya:
1. Pengaruh Bulan Posisi Bulan relatif terhadap ekuator
Bumi bisa memperlambat atau mempercepat rotasi. Saat mendekati ekuator, tarikan gravitasinya sedikit menghambat rotasi. Namun saat mendekati kutub, tarikan itu justru membantu Bumi berputar lebih cepat.
2. Variasi Atmosfer
Atmosfer Bumi dan kerak padat berbagi momentum. Ketika kecepatan atmosfer melambat pada musim panas karena perubahan aliran jet, kerak bumi harus berputar lebih cepat untuk menjaga momentum keseluruhan tetap konstan.
3. Perlambatan Inti Bumi
Ilmuwan menduga bahwa inti Bumi—bagian dalamnya yang cair—telah melambat selama 50 tahun terakhir. Untuk menjaga hukum kekekalan momentum sudut, bagian luar Bumi harus memutar lebih cepat. “Kami tidak tahu pasti mengapa, atau apa yang akan dilakukan inti Bumi ke depannya,” kata Duncan Agnew, ahli geofisika dari Scripps Institution of Oceanography.
Baca juga: Ada Apa di Tanggal 5 Agustus? Ternyata Jadi Fenomena Hari Terpendek, Bumi Berputar Lebih Cepat
Dampaknya Terhadap Teknologi dan Sistem Waktu
Selama ini, jika waktu astronomi—yang ditentukan berdasarkan rotasi Bumi—tertinggal dari waktu atomik yang lebih presisi, para penjaga waktu akan menambahkan leap second (detik kabisat) untuk menyinkronkan keduanya.
Sejak 1972, sudah ada 27 leap second yang ditambahkan.
Namun kini, karena rotasi Bumi lebih cepat, kita berpotensi menyaksikan untuk pertama kalinya dalam sejarah: negative leap second.
Artinya, waktu astronomi akan terlalu cepat dan harus dikurangi satu detik untuk kembali sejalan dengan waktu atom. Hal ini memicu kekhawatiran besar, terutama bagi industri teknologi.
Tahun 2012, penambahan detik kabisat sempat membuat sistem Linux dan server lainnya kacau.
Meta bahkan memperingatkan, “Negative leap second bisa berdampak besar pada perangkat lunak yang mengasumsikan waktu selalu bertambah.”
Apa yang Bisa Kita Harapkan?
Meski tak akan terasa dalam kehidupan sehari-hari, perubahan milidetik ini krusial bagi astronom, insinyur sistem, dan ahli geodesi.
“Prediksi akurat tentang panjang hari lebih dari enam bulan ke depan saat ini belum memungkinkan,” kata Stamatakos.
Dengan segala kerumitannya, rotasi Bumi mengingatkan kita bahwa bahkan hal paling konstan dalam hidup kita—panjang satu hari—ternyata tidak sepenuhnya tetap.
Matahari memang akan tetap terbit besok, tapi berapa lama ia akan bersinar setiap hari? Jawabannya masih menjadi misteri yang menantang sains modern.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com